• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Minggu, 1 Oktober 2023
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Ramadhan

Malam Penuh Berkah, Malam Seribu Bulan

Oleh Ari Cahya Pujianto
2 tahun lalu
in Ramadhan
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Keutamaan Ramadhan

Foto: Google Image

0
BAGIKAN

Oleh: Eeng Nurhaeni
Pengasuh Pondok Pesantren “Al-Bayan”, Rangkasbitung, Banten Selatan
[email protected]

ADA ungkapan yang sangat religius bahwa sesuatu yang terbaik menurut kita, belum tentu yang terbaik menurut Tuhan. Dapat juga diartikan bahwa sesuatu yang benar menurut kita belum tentu benar menurut Tuhan. Kita seringkali mendengar petuah yang sakti dari para alim-ulama ketika dimintai nasehat oleh muridnya, yakni “hendaknya kita bersabar dalam menghadapi ujian hidup ini.”

Sabar adalah kata yang ringan diucapkan tapi kepentingannya sungguh luar biasa, hingga Tuhan sendiri menekankan bahwa sabar adalah kata kunci terbaik, dan Dia beserta orang-orang yang sabar. Seringkali orang mengeluhkan sesuatu bahwa ia sudah berusaha seoptimal mungkin, sudah rajin beribadah dan berdoa, tapi mengapa nasibnya seperti ini? Apa kesalahan saya, Pak Ustad?

BACA JUGA: Kapan Tanggal Pasti Lailatul Qadar Terjadi?

ArtikelTerkait

Keutamaan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Ini Niat Puasa Syawal

Yang Dimakan Ali bin Abi Thalib dan Keluarganya di Hari Raya Idul Fitri

Hadist-Hadist tentang Bulan Syawal, yang Dhaif dan yang Shahih

Pertanyaan “apa kesalahan saya” mengindikasikan bahwa manusia punya sifat-sifat “sok tahu” atau merasa dirinya tahu segalanya, merasa dirinya bersih dan suci, lalu Tuhan disalah-salahkan (karena Dia belum mengabulkan doa-doanya). Justru pertanyaan seperti ini muncul karena orang itu belum mahir mengidentifikasi masalah yang ada pada dirinya.

Padahal, Nabi Muhammad menyarankan pentingnya kesibukan kita untuk membaca diri, mengoreksi diri, karena hidup manusia sarat dengan berbagai kekurangan dan kekhilafan yang dilakukannya.

Tak bisa dipungkiri bahwa hidup manusia sangat dilumuri dosa dan kesalahan, misalnya marah, iri, dengki, cemburu, ujub, riya, sombong, mengambil hak orang, menyakiti orang lain (disengaja atau tidak), tak sesuai omongan dengan perbuatan, membuat orang mati atau terbunuh (disadari atau tidak).

Misalnya ada batu melintang di jalanan, tetapi kita tak peduli hingga pengendara sepeda motor terpelanting mengalami kecelakaan. Ada kejadian banjir yang merenggut nyawa, diakibatkan sampah menumpuk dan menutupi sanitasi air, salah satunya adalah sampah yang pernah kita buang di jalanan.

Karyawan terlambat menerima gaji dari pemimpin perusahaan, hingga nyawa ibunya tak tertolong lagi, karena terlambat menebus obat yang harganya mahal. Bisa juga kita berwacana, menulis cerpen atau puisi, kemudian ada orang bunuh diri lantaran diilhami dari puisi yang kita ciptakan.

Banyak hal yang membuat kita — disadari atau tidak — memiliki andil tersendiri dalam penyelenggaraan kesewenangan dan ketidakseimbangan kosmik. Padahal, manusia ditugaskan selaku “khalifah” yang mestinya merawat dan melestarikan tatanan kosmik.

Momentum Introspeksi Diri

Termasuk pemimpin pesantren seperti saya yang mengasuh banyak umat, hal ini merupakan ujian dan amanat Tuhan yang disodorkan kepada diri saya. Kadang-kadang ada orang yang kepingin jadi kiai, ingin jadi pejabat, ingin jadi pengusaha, ingin jadi menteri, presiden dan seterusnya.

Ketahuilah, bahwa hal tersebut hanyalah bagi-bagi tugas saja. Tetapi, semua manusia mesti menghadapi problem, cobaan, kesempitan, diguncang masalah dan prahara. Yang membedakan, apakah seseorang sanggup bersikap sabar dari masalah yang dihadapinya, ataukah sibuk menggerutu, menyalahkan pihak lain, atau bahkan frustasi.

BACA JUGA: Mencari Lailatul Qadar di 10 Malam Terakhir Ramadhan

Ada orang yang mengambil sikap dengan tetap senyum ketika menghadapi banyak masalah. Ada juga orang yang melampiaskan diri dengan mengumbar amarah, memfitnah, menebar hoaks, bahkan mencacii-maki orang lain. Sepanjang harinya dilumuri dengan rasa dengki dan amarah.

Meskipun kelihatan banyak amal-amalnya, banyak harta kekayaannya, tanahnya berhektar-hektar, rumahnya megah, mobilnya mewah, tapi belum tentu tenang hatinya dan lapang jiwanya. Selaku pemimpin pesantren, kelihatannya dia banyak murid dan santrinya, juga banyak amal-amalnya, tapi hal itu cuma pandangan kasatmata manusia. Jadi, belum identik dengan penilaian dan pandangan Tuhan.

Pernah saya uraikan mengenai kisah seorang yang merasa telah banyak beramal saleh, hingga ketika wafat merasa pede akan dimasukkan di surga firdaus.

Tetapi, justru Tuhan memasukkannya di surga paling bawah. Melihat anak buahnya dimasukkan ke surga yang lebih tinggi darinya, dia protes dan menggugat janji dan keadilan Tuhan. “Di manakah letak keadilan itu, jika aku yang banyak amalnya dimasukkan di surga paling bawah, sedangkan dia yang sedikit amalnya justru berada di surga yang lebih tinggi derajatnya?”

Pertanyaan semacam itu muncul karena sifat “merasa tahu”, padahal manusia hanya “sedikit tahu” tentang segala persoalan kehidupan di jagat makrokosmos yang maha luas ini. Mestinya dia bersyukur dengan pemberian dan rahmat Tuhan yang dianugerahkan kepadanya, sebab bila ditimbang-timbang sungguh amal-amal kebaikan yang kita lakukan belum seberapa bila dibanding dosa-dosa dan kesalahan dalam sepanjang perjalanan hidup kita di dunia ini. Kita kelihatan bersih dan terhormat, justru karena Tuhan masih sayang, hingga masih menutupi aib dan kesalahan-kesalahan kita.

Malam Seribu Bulan

“Beruntunglah orang yang mahir mengevaluasi dirinya, daripada sibuk mengorek-ngorek kesalahan orang lain.” Hadits Nabi ini sangat filosofis dan sangat dalam maknanya. Karenanya, konsep “mengidentifikasi masalah” itu bukan sibuk mengukur dan menghitung-hitung amal-amal kebaikan kita.

Sebab, tiap amal kebaikan harus diserahkan dan dipasrahkan kepada Tuhan. Di situlah makna keikhlasan. Jadi, bukan dikalkulasi seolah-olah amal kita sudah banyak, lantas merasa berhak untuk mengklaim bahwa orang lain lebih rendah derajatnya ketimbang diri kita.

BACA JUGA: Lailatul Qadar

Kita diperintahkan untuk berbaik sangka kepada Tuhan, sepahit apapun derita hidup yang sedang kita alami. Karena, kesempitan hidup tidak selamanya, begitu juga kelapangan hidup tidak selamanya kita jalani. Kita diperintahkan agar konsisten, istikomah, jangan berputus asa dari rahmat dan kasih sayang Tuhan, meskipun tengah bergelimang problem dan guncangan prahara. Bahkan, tiga hari sebelum wafatnya, Nabi Muhammad masih sempat memberi nasihat kepada para sahabat, “Janganlah di antara kalian mati melainkan dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.” (H.R. Muslim dan Ahmad).

Sungguh tak pernah ada takdir Tuhan yang sia-sia tanpa hikmah dan rahasia indah. Nalar dan imajinasi kita tak cukup mampu menduga secara tepat apa yang akan terjadi dan menimpa hidup kita. Karena itulah, kita diperintahkan untuk terus berdoa, meminta, memasrahkan urusan hidup dengan cara meningkatkan pengabdian kita kepada Tuhan Semesta Alam.

Selalu ada waktu kita memperoleh nikmat sebagaimana adanya waktu kita mendapatkan musibah. Satu hal yang harus kita yakini, sebagaimana Tuhan berkuasa memberikan kejutan berupa musibah (seperti wabah Corona ini), sudah tentu Tuhan juga berkuasa memberikan kejutan berupa hikmah dan nikmat hidup.

Tuhan Yang berkuasa menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup. Sudah pasti sangat berkuasa untuk membahagiakan hati yang sedang pilu. Sangat mudah bagi-Nya untuk menyelesaikan urusan hidup yang tak kunjung usai. Mari kita berpegang hanya kepada-Nya, Yang Maha Menolong lagi Maha Bijaksana. []

 

Tags: lailatul qadarmalam seribu bulan
ShareSendShareTweetShare
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Tolak Penundaan Pemilu, Ratusan Warga di Gaza dan Ramallah Gelar Aksi Unjuk Rasa

Next Post

Ketika Jibril Memimpin Para Malaikat Turun ke Bumi di Malam Lailatul Qadar

Ari Cahya Pujianto

Ari Cahya Pujianto

Hanya Pemuda Akhir Zaman yang Berharap Ridha dan Ampunan Allah Swt

Terkait Posts

syarat qadha puasa, Amalan Pelebur Dosa di Bulan Ramadhan, Ketentuan Qadha Puasa, Tata Cara Puasa Senin dan Kamis, Qadha Puasa Ramadhan

Keutamaan Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

21 April 2023
Batas Qadha Puasa Ramadhan, Pola Makan Sehat, Keistimewaan Puasa Daud, Rasulullah Makan Sebelum Lapar, Niat Puasa Syawal, Jenis Puasa Sunnah, kolombus, Akibat Memakan Makanan Haram, Akibat Makan Makanan Haram, Cara Cek Makanan Halal

Ini Niat Puasa Syawal

21 April 2023
susu, Barang yang Tak Boleh Ditolak Jika Diberi, ali bin abi thalib

Yang Dimakan Ali bin Abi Thalib dan Keluarganya di Hari Raya Idul Fitri

21 April 2023
sahabat sejati Tips Hidup Sehat Cara Nabi, Ayat-ayat Al-Quran dan Hadist tentang Jujur, adab makan, Keutamaan Mencintai Saudara karena Allah, Sunnah Puasa Ramadhan, solusi untuk ikhlas, Kriteria saat memilih teman, Tata Cara Makan Nabi, Pola Makan Sehat, Urutan Tata Cara Berbuka Puasa, Syarat agar Puasa Diterima Allah, Jawab Azan atau Buka Puasa, Hukum Menelan Sisa Makanan di Mulut, Keutamaan Puasa Ramadhan, Hadist tentang Bulan Syawal, Cara Singkirkan Emosi Negatif

Hadist-Hadist tentang Bulan Syawal, yang Dhaif dan yang Shahih

20 April 2023
Please login to join discussion

Terbaru

Fahri Hamzah

Fahri Hamzah Ungkap Bakal Banyak Kejutan-kejutan Hingga 19 Oktober

Oleh Saad Saefullah
30 September 2023
0

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks bertajuk "Menanti Kejutan Baru Koalisi Capres 2024".

Level Shalat, Syarat Imam Shalat Berjamaah, Fikih Shalat Dhuha, Waktu Terlarang Shalat Dhuha, Tata Cara Shalat Hajat, keutamaan shalat hajat, Sholat Dhuha 4 Rakaat, Syarat Amal Ibadah Diterima Allah, rukun shalat, Keutamaan Doa Iftitah, Ikhlas, Perkara yang Disukai dan Dibenci Allah, tahajud, Shalat Witir, iman, Imam Shalat di Akhir Zaman, Amalan Ringan Berpahala Besar, Shalat Dhuha, Keutamaan Shalat Tahajud, Hukum Doa Iftitah dalam shalat, Ustadz Adi Hidayat, Tingkatan Khusyuk dalam Shalat, Hukum Shalat tanpa Peci, Waktu Terlarang Shalat Dhuha, Shalat Sunnah Qabliyah Shubuh,, Tempat Dilarang Shalat, Hukum Lelaki Shalat tanpa Peci, shalat dhuha, Adab Sebelum Shalat, Batas Waktu Shalat Dhuha, Jumlah Rakaat Shalat Witir, Keutamaan Shalat Sunnah, shalat dhuha,,Rukun Islam, Hukum Muslim Meninggalkan Shalat Fardhu, Cara Menenangkan Hati, Sedang Shalat Dipanggil Orang Tua,, Hukum Tahajud setelah Witir, Keutamaan Shalat Sunnah, Prasangka Baik pada Allah, Hukumnya Hanya Membaca Surat Al-Ikhlas dalam Shalat Tahajud, Cara Membersihkan Jiwa, Shalat Tahajud, Hukum Shalat di Tempat yang Ada Patungnya

Hukum Shalat di Tempat yang Ada Patungnya

Oleh Haura Nurbani
30 September 2023
0

Apa hukum shalat di tempat yang ada patungnya?

Hukum Berdoa Agar Panjang Umur, InsyaAllah, Cara Berbakti pada Orangtua yang Sudah Wafat

3 Cara Berbakti pada Orangtua yang Sudah Wafat

Oleh Dini Koswarini
30 September 2023
0

Ya, bagaimana cara berbakti pada orangtua yang sudah wafat?

umrah

Pemerintah Saudi Tetapkan Aturan Pakaian Umrah Wanita Terbaru

Oleh Yudi
30 September 2023
0

Seperti diketahui, Kerajaan Arab Saudi telah resmi membuka kedatangan jemaah umrah dari luar Kerajaan sejak 1 Muharram 1445 H lalu.

Terpopuler

Tidak ada konter tersedia
Facebook Twitter Youtube Pinterest

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.