IRAK—Anggota Dewan Tertinggi Majma’ Fiqh Irak, Shaikh Dr. Abdul Sattar Abdul Jabbar mengapresiasi keberhasilan Indonesia mengelola kerukunan dan kehidupan umat beragama.
Apresiasi ini disampaikan Abdul Sattar saat menerima Delegasi Indonesia yang akan mengikuti Konferensi Internasional tentang Moderasi dan Islam Wasathiyah. Delegasi ini dipimpin oleh Mukhlis Hanafi yang mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan KH. Muhyiddin Junaidi dari MUI.
BACA JUGA:Â Tiga Tema Besar Ini yang Dibahas Dalam Konferensi Internasional di Irak
“Kami mengakui bahwa Indonesia lebih maju dari kami dalam mengelola kehidupan umat beragama. Indonesia mampu menyatukan berbagai perbedaan agama, baik Islam, Hindhu, Buddha, Kristen dan lainnya. Kami sangat senang Indonesia bisa hadir dalam Konferensi Internasional tentang Islam Wasathiyah ini,” kata Abdul Sattar di kantornya, Baghdad, dari rilis yang diterima Islampos.com, Rabu (27/6/2018).
Menurut Abdul Sattar, seharusnya Islam bisa bersatu, khususnya menghadapi berbagai perbedaan internal. Perbedaan itu baik yang terkait Sunni dan Syiah, maupun perbedaan lainnya.
“Islam seharusnya bisa mengelola segala perbedaan, menyatukan berbagai mazhab, aliran, seperti Sunni, Syiah dan lainnya di seluruh dunia. Tentu, semua itu bisa dilakukan dengan penerapan Islam wasathiyah yang mengedepankan al-i’tidal (keseimbangan) dan tasamuh (toleransi),” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, KH. Muhyiddin Junaidi juga menjelaskan kehidupan umat beragama di Indonesia. Junaidi memulai dari kondisi Indonesia yang terdiri dari berbagai agama, paham dan aliran.
“Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, lebih dari 215juta. Umat Islam Indonesia dikenal sangat toleran terhadap penganut agama lainnya,” ungkapnya. []
REPORTER: RHIO