AKHIR-akhir ini kamu sering mendengar kata ‘ta’aruf’? Kira-kira ta’aruf itu apa ya? Apakah ta’aruf berasal dari islam dan pernah dilakukan juga oleh Rasulullah dan para sahabat?
Ta’aruf berasal dari bahasa Arab, yang artinya saling mengenal. Berkenalan bisa dengan siapa saja, laki-laki atau perempuan. Makna ta’aruf menjadi lebih spesifik ketika ditujukan untuk kamu yang sedang mencari jodoh, tanpa melalui proses pacaran.
Ta’aruf diartikan sebagai berkenalan dalan rangka mengetahui lebih dalam tentang calon suami atau istri. Atau untuk lebih jelasnya lagi, ta’aruf adalah proses pendekatan antara laki-laki dan perempuan yang akan menikah (pra-khitbah atau lamaran).
Jadi, makna ta’aruf secara luas adalah berkenalan, sedangkan makna sempitnya adalah berkenalan yang dimaksudkan untuk menikah.
Istilah ta’aruf sebenarnya istilah yang baru. Sebab, pada zaman Nabi, orangtua atau wali yang bertanggungjawab untuk memilihkan suami yang saleh untuk anak perempuannya. Jadi, perempuan tidak perlu mencari jodoh sendiri atau dicarikan oleh orang lain. Keluarga dekatnyalah yang mencarikan.
Namun, akhir-akhir ini terjadi pergeseran. Orangtua tidak lagi memandang penting dalam mencarikan jodoh untuk putrinya. Apalagi setelah ada istilah ‘Siti Nurbaya’. Bisa-bisa mereka dicap seperti orangtua Siti Nurbaya kalau mencarikan jodoh untuk putrinya. Padahal, tentu saja tidak begitu, asal jodoh yang diajukan tidak seperti Datuk Maringgih. Anak-anak mereka yang sudah dewasa pun mulai mencari jodohnya sendiri.
Pergaulan yang mulai meluas, pengaruh budaya Barat, dan kebutuhan untuk mencari pasangan, membuat kita mengenal istilah yang bernama pacaran. Dalam KBBI, pacaran diartikan sebagai bermesraan untuk melampiaskan kasih-sayang. Lambat laun pacaran pun menjadi budaya. Bahkan bisa dianggap ‘gaul’, pacaran adalah salah satu alat dalam pergaulan. Kalau tidak pacaran, tidak dianggap sebagai anak gaul. Bahkan banyak remaja yang pusing, stress, dan rendah diri, karena belum punya pacar. Lantas apakah memang harus begitu?
Budaya Barat semakin mempengaruhi pikiran remaja zaman sekarang. Pacaran tidak lagi sekadar mengucapkan kata-kata sayang, berduaan, atau berpegang-pegangan tangan. Kini pacaran sudah diartikan lebih dari itu, istilah ML (Making Love) menjadi hal yang lazim. Yang maksudnya adalah berhubungan seks sebagai tanda cinta. Bahkan hal itu menjadi hal lazim bagi dua orang yang berpacaran untuk melakukannya, apalagi kalau sudah akan menikah. Banyak dari mereka melakukannya dengan modus,toh sebentar lagi menikah. Naudzubillah
Bagaimana dengan ta’aruf? Ta’aruf adalah proses perjodohan ala islam, proses untuk mendekatkan diri dengan calon pasangan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Kalau ada orang yang mengatakan,”Saya tidak akan pacaran”. Kemudian orang lain bertanya,”Terus, gimana kamu dapat jodohnya?”. Maka jawabannya adalah ta’aruf.
Mengapa harus ta’aruf? Ya, senada dengan perkataan para aktivis pacaran: agar kita tidak seperti membeli kucing dalam karung. Tentunya perkataan itu senada tapi tak sama. Karena ta’aruf tidak melanggar aturan syara’ dengan melakukan proses saling mengenal calon pasangan sebelum memutuskan untuk menikah dengan jalan yang bukan pacaran. Jalan itu adalah ta’aruf. []
Sumber: Taaruf Proses Perjodohan Sesuai Syari Islam. Leyla Hana. Jakarta: PT Elex Media Komputindo