Hasan bin Yassar (yang pada akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri) tumbuh di salah satu rumah Nabi ﷺ. Besar dipangkuan salah satu istri beliau, yaitu Hindun binti Suhail yang lebih sering dipanggil dengan Ummu Salamah.
Ibunda bayi itu bernama Khairah, seorang budak dari Ummu Salamah. Dan bapaknya Yassar, adalah budak Zaid bin Tsabit yang paling disayangi dan diutamakan di antara budak yang lain.
BACA JUGA: Imam Hasan Al-Bashri dan Rahasia Zuhudnya
Meski Hasan Al-Bashri terlahir dari seorang budak, ia tidak putus semangat. Haus akan ilmu begitu tinggi. Ia berguru kepada sahabat-sahabat utama di Masjid Nabawi. Ia meriwayatkan hadis dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah, dan lain-lain.
Menginjak usia 14 tahun, ketika memasuki usia remaja, Hasan Al-Bashri berpindah bersama kedua orangtuanya ke Bashrah dan menetap di sana.
Dari sinilah muncul julukan Al-Bashri, yang dinisbahkan pada kota Bashrah. Lalu, keutamaan beliau mulai dikenal orang-orang di Bashrah.
BACA JUGA: Imam Hasan Al-Bashri dan Istighfar kepada Allah
Lihatlah perjuangan hidupnya. Hasan Al-Bashri tidak pernah merasa malu dalam menuntut ilmu, meski dirinya terlahir dari seorang budak, yang kita tahu memiliki kedudukan paling rendah di masa itu. Keadaan ekonomi bukanlah suatu kendala dalam meraih kesuksesan. Itulah hal istimewa yang melekat padanya.
Jika, Hasan Al-Bashri saja mampu meraih kesuksesan di dunia, dengan keadaan ekonomi yang rendah. Tentu kita pun bisa! Asalkan, kita mau berusaha dan terus menuntut ilmu. Sebab, ilmu bisa membuat seseorang memiliki kedudukan tinggi di mata manusia lainnya. Wallahu ‘alam. []