PERTANYAA yang menarik! Banyak orang memilih menikah di bulan Syawal bukan tanpa alasan—baik dari sisi sejarah Islam, budaya, maupun psikologi sosial. Berikut beberapa alasannya:
1. Teladan dari Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ menikahi Aisyah radhiyallahu ‘anha pada bulan Syawal, dan beliau juga menyarankan agar umat Islam tidak terpengaruh oleh keyakinan jahiliyah yang menganggap Syawal sebagai bulan sial untuk menikah.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:
“Rasulullah ﷺ menikah denganku di bulan Syawal dan membangun rumah tangga denganku juga di bulan Syawal. Maka istri mana dari istri-istri beliau yang lebih beruntung di sisi beliau daripadaku?” (HR. Muslim)
Jadi, menikah di bulan Syawal justru meneladani sunnah Nabi ﷺ.
BACA JUGA: Wali Nikah Anak Hasil Zina, Siapa?
2. Menghapus Keyakinan Jahiliyah
Di masa jahiliyah, orang-orang Arab menganggap bulan Syawal sebagai waktu yang tidak baik untuk pernikahan karena mitos atau kepercayaan kuno. Rasulullah ﷺ justru membantah takhayul ini dengan tindakan nyata, agar umat Islam tidak terjebak dalam kebiasaan lama yang salah.
3. Momentum Setelah Ramadhan
Syawal datang setelah Ramadhan, bulan penuh ibadah dan pembinaan diri. Banyak orang merasa lebih siap secara spiritual dan emosional setelah melewati Ramadhan.
Hati yang bersih setelah Ramadhan menjadi landasan yang kuat untuk membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
BACA JUGA: 3 Tata Cara Pelaksanaan Puasa Syawal
4. Momen Silaturahmi Keluarga
Bulan Syawal identik dengan Lebaran, di mana keluarga besar biasanya berkumpul. Ini memudahkan untuk melangsungkan akad nikah dan walimah karena banyak pihak yang sudah hadir dan suasana kebersamaan sedang hangat.
5. Pertimbangan Praktis dan Sosial
Dari sisi teknis, libur panjang dan suasana gembira saat Idulfitri menjadikan bulan Syawal sebagai waktu yang pas secara sosial untuk pernikahan. []