• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Senin, 18 Januari 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Kenapa Masakan Ibu Belum Matang? (2-Habis)

Redaktur Adam
2 tahun ago
in Syi'ar
Reading Time: 4min read
0
shafiyah binti abdul muthalib

Foto Ilustrasi: WallpaperStock

 

MELIHAT abu yang sudah menumpuk banyak di periuk itu, Khalifah Umar bin Khattab dapat menebak bahwa wanita itu telah cukup lama memasak.

“Tetapi, kenapa masakan itu belum juga dianggkat?” gumam Umar dalam hati.

“Kenapa masakkan ibu lama sekali belum matang?” tanya Umar.

“Entahlah Tuan!” jawab sang ibu itu dengan dengan nada yang kurang senang atas pertanyaan yang diajukan oleh Khalifah. Boleh jadi ia menyangka bahwa tamunya ini menginginkan maksakkannya.

“Tetapi anak-anak ini kelihatannya sudah lapar sekali,” ujar Umar.

BACA JUGA: Surat Umar bin Khattab pada Sungai Nil

“Tepat sekali dugaan tua itu. Anak-anakku memang sedang kelaparan, tetapi…” suaranya terhenti sampai di situ.

“Tetapi kenapa?” tanya Umar bersungguh-sungguh.

Wanita itu hanya diam saja. Ia tak menjawab pertanyaan Umar, sementara sebelah tangannya tetap mengaduk-aduk ini periuk di hadapannya.

Karena didesak dengan perasaan ingin tahu yang amat sangat, Umar segera bangkit dari duduknya dan mengambil sendok dari tangan wanita itu. Umar sangat terkejut karena isi periuk itu amat keras seperti batu.

“Bahan masakan apa yang sekeras batu ini?” pikir Umar.

“Kenapa isi periuk ini keras seperti batu?” ujar Umar dengan suara pelan agar pertanyaan itu tidak didengar oleh anak-anak wanita itu.

“Memang benar dugaan tuan, yang ada dalam periuk itu adalah sebuah batu!” jawab wanita itu.

Loading...

“Ya! Batu!” tegas wanita itu lagi, sambil membelai-belai anaknya yang sedang terkulai lemah.

Dan akhirnya, wanita itu menjelaskan kepada Umar dan Aslam bahwa mereka sudah tidak memiliki bahan makanan lagi. Jadi untuk menghibur hati anak-anaknya yang sedang kelaparan, direbuslah batu itu. Dengan begitu anak-anaknya menduga ibunya sedang memasak makanan untuk mereka. Sehingga mereka menunggu, menunggu, dan menungggu.

BACA JUGA: Bagaimana Umar bin Khattab Dijuluki Al Faruq

“Menunggu apa?” tanya Umar.

“Sebenarnya bukan mereka yang menunggu. Tapi sayalah yang menunggu supaya mereka tertidur. Bila mereka tertidur, tentu mereka tidak akan meminta makan lagi,” jelas wanita itu.

Umar menoleh ke arah Aslam, yang termenung. Wanita itu melirik ke arah anaknya yang kurus-kurus. Dua orang telah tertidur, tinggal satu orang lagi yang sedang menunggu masakkan ibunya matang.

Ketika itu, Umar dan Aslam merasa dirinya bagai bayang-bayang. Badannya panas-dingin tidak karuan. Bukan karena mereka demam, namun jiwa mereka turut merasakan penderitaan yang dirasakan oleh wanita dan anak-anaknya itu.

“Persediaan makanan ibu sudah habis? Suami ibu ke mana?” tanya Khalifah dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

Wanita itu hanya terdiam, tak mejawab apa-apa. Sementara pipinya mulai dibasahi air mata yang keluar tanpa disadari.

“Ayah anak-anak itu telah gugur sebagai mujahid sewaktu ikut serta dalam perang Sirya beberapa bulan lalu. Kini tinggallah kami di gubung kumuh seperti yang tuan-tuan lihat. Janda tiga anak. Saya harus berusaha mencari nafkah yang halal. Namun, rezeki kami kurang sekarang-sekarang ini.” Jelas wanita itu dengan isak tangis.

“Mengapa ibu tidak melaporkan hal ini kepada Khalifah Umar bin Khathab?” tanya Umar memancing pendapat wanita itu.

BACA JUGA: Doa Umar bin Khattab

“Hmmm Khalifah!” katanya sambil mencibirkan bibirnya.

“Suami saya dikirim kemedam peperangan untuk menegakkan kebenaran dan kesucian Islam, kemudian ia gugur sebagai syahid. Sedangkan Khalifah Umar yang katanya bijaksana, ternyata tidak pernah memedulikan nasib kami. Bahkan kami tidak pernah menerima bantuan apa pun darinya. Jangankan bantuan menengok saja tidak pernah!” ujar wanita itu kesal.

“Pernah ibu sendiri mencoba datang menemui Khalifah dan menceritakan kadaan ibu kepadanya?” tanya Umar lagi.

“Apa guna saya pergi ke sana?” tukas wanita itu dengan suara meninggi.

“Bukankah Khalifah itu telah diberi mata oleh Allah untuk melihat dan telinga untuk menedengar. Apakah ia tidak menggunakan kedua nikmat Allah untuk melihat dan mendengar nasib hambanya di tengah padang pasir yang gersang ini?” ujarnya sambil bangkit dari duduknya untuk meletakkan anaknya yang telah tidur di pangkuannya di atas tikar using.

Umar tersedak mendengar kata-kata wanita itu. Tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa ketika itu. Segala kesedihan dan penyesalan ditutupinya hingga tidak sedikit pun tampak di wajahnya.

“Tahukah tuan?” ujar wanita itu mengemukakan kekesalan hatinya.

“Khalifah itu sudah kaya, sudah senang, memiliki rumah yang besar dan bagus, makan dan minuman yang tidak pernah kekurangan. Karena itu, untuk apa ia menengok fakir miskin di perkampungan kecil ini. Walaupun janda dari pejuangan yang gugur di medan jihad!” tambah wanita itu.

Hati Khalifah semakin tersayat medengar kata-kata wanita itu. Semua yang diucapkannya adalah perasaan yang telah lama terpendam dalam hatinya. Kini suara hatinya tekah dikeluarkan. Wanita itu teramat kesal.

“Kenapa ibu juga tidak menyampaikan ini kepada salah seorang dari pegawai-pegawai khalifah?” tanya Umar lagi.

“Penah sekali, tapi hanya sekali saja!” jawab wanita itu.

“Ada tanggapan?” tanya Khalifah.

“Mungkin karena saya orang desa, pegawai itu seakan-akan telah menceritakan keadaan saya kepada khalifah. Hasilnya seperti yang tuan lihat sekarang ini!’ ujar wanita itu memelas.

“Menurut pengatahuan saya, Khalifah Umat tidak pernah membedakan orang desa atau kota. Miskin atau kaya. Semua sama saja,” ujar Umar meyakinkan wanita itu.

BACA JUGA: Menilik Trik Umar Bin Khattab Saat Menghadapi Muslim Paceklik

“Itu pendapat tuan, tapi tidak bagi saya. Faktanya hingga kini saya belum pernah menerima bantuan dari khalifah yang tuan katakan baik dan adil itu. Semua ini adalah bohong belaka! Terkutuklah khalifah itu dan saya doakan semoga ia masuk neraka karena dosanya. Dosa yang tidak memperhatikan rakyatnya yang miskin seprti saya!” ujar wanita itu.

Khlaifah Umar hanya terdiam saja mendengar kata-kata wanita itu. Mendengar kepedihan wanita itu. Umar terharu.

“Tunggu sebentar Bu, kami akan berusaha untuk mencarikan sedikit bahan makanan untuk ibu dan anak-anak!” ujar Umar sambil membelai kepala salah seorang anak wanita itu.

Wanita itu mengangguk. Lalu Khalifah Umar keluar bersama Aslam menuju ke Madinah segera. []

HABIS

Referensi: Cerita Teladan Para Sahabat/Komarudin Ibnu Mikam/Dian Rakyat/2004

Tags: umar bin khattab
Adam

Adam

Dengan Ilmu, engkau berani bertindak dan dapat menahan diri untuk diam

Related Posts

Mengambil Berkah dari Air Hujan

Cara Membersihkan Bekas Air Liur Anjing

18 Januari 2021
Keutamaan Shalat Isyraq

Keutamaan Shalat Isyraq

18 Januari 2021
Sedih dan Haru, Ini 7 Kisah yang Terjadi saat Gempa di Lombok

Ini Doa dan Amalan Khusus bagi Muslim Kala Mengalami Bencana

17 Januari 2021
Ikhlas dalam Shalat, Pentingkah? (1)

Tata Cara Shalat Istikharah beserta Doanya

17 Januari 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
Salah Kalendar Zaman Julius Caesar

Salah Kalendar Zaman Julius Caesar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Rumah Dihias dan Dibangun dengan Megah Demi Membanggakan Diri
Keluarga

Tetangga yang Baik dan Tetangga yang Jahat

Redaktur Yudi
11 menit ago
Ketika Hati Dihinggapi Penyakit
Tahukah Anda

10 Penyebab Hati Mati Menurut Ibrahim bin Adham

Redaktur Sodikin
1 jam ago
Muslimbiz

Selamat dari Tsunami Selat Sunda, Ifan Seventeen Petik Pelajaran Berharga

Redaktur Eneng Susanti
2 jam ago
Mengambil Berkah dari Air Hujan
Syi'ar

Cara Membersihkan Bekas Air Liur Anjing

Redaktur Yudi
3 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add