• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 12 Desember 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Sirah

Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, Putri dari Gembong Munafik namun Malah Mengikuti Ajaran Nabi

Setelah beberapa lama menjanda Jamilah akhirnya menikah dengan Tsabit bin Qais Radhiallahu ‘anhu, seorang juru bicara Anshar.

Oleh Haura Nurbani
9 bulan lalu
in Sirah
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Jima, Sanggul, Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, Potongan Rambut Perempuan yang Tidak Diperbolehkan dalam Islam

Foto: Freepik

0
BAGIKAN

JAMILAH binti Abdullah bin Ubay bin Salul adalah seorang wanita dari kalangan Ansar, putri dari Abdullah bin Ubay bin Salul, seorang pemuka suku Khazraj di Madinah yang dikenal sebagai kepala kaum munafik pada masa Nabi Muhammad ﷺ.

Jamilah awalnya bernama Asmā’, tetapi setelah masuk Islam, Nabi Muhammad ﷺ mengganti namanya menjadi Jamilah. Ia menikah dengan Thabit bin Qais bin Syammas, seorang sahabat Nabi. Namun, dalam pernikahannya, Jamilah tidak merasa cocok dengan Thabit bin Qais, meskipun suaminya tidak berbuat zalim kepadanya.

Karena itu, ia mengajukan khulu’ (permintaan cerai dengan mengembalikan mahar) kepada Nabi Muhammad ﷺ. Nabi mengabulkan permintaannya, dengan syarat ia mengembalikan kebun yang diberikan sebagai mahar oleh Thabit.

Jamilah  sangat taat dalam menjalankan perintah agama. Wanita ini telah masuk Islam dan berbai’at. Suatu hari yang indah, seorang pemuda datang melamarnya. Dengan bahagia ia menerima lamaran itu.

ArtikelTerkait

7 Fakta Sosok Nabi Musa AS: Nabi Penyelamat Bani Israil

Bagaimana Cara Kerja Pembayaran QRIS dan Bagaimana Sejarahnya?

Abu Bakar: Cinta Sejati pada Rasulullah ﷺ yang Mengalahkan Segalanya

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

Bagaimana bisa ia menolak, padahal yang datang melamarnya adalah Hanzhalah bin Amir Radhiallahu ‘anhu, seorang muslim yang shalih, gagah serta ksatria pemberani. Setelah itu mereka menikah. Kejadian itu terjadi pada malam hari sebelum perang Uhud terjadi.

BACA JUGA: Abdullah bin Ubay Tidak akan Selamat hanya karena Jubah Rasulullah

Jubah malam dihiasi bintang bertaburan yang membawa suasana damai dan tentram membuai penduduk Madinah dalam mimpi indah. Sebenarnya itu hanya malam biasa, namun itu terasa istimewa bagi pengantin baru, Hanzhalah dan Jamilah. Karena malam itu adalah malam bersejarah bagi mereka.

Hanzhalah tahu bahwa besok akan berkecamuk perang yang besar di Uhud, untuk itu ia meminta izin kepada Rasulullah untuk bermalam bersama istrinya.

Sementara dia sendiri tidak tahu dengan pasti apakah malam itu malam pertemuan atau justru malam perpisahan. Rasulullah memberinya izin untuk menginap dan menghabiskan malam itu bersama pengantinnya.

Malam yang indah itu begitu cepat berlalu bagi mereka berdua, setelah shalat Shubuh Hanzhalah kembali ke pangkuan istrinya. Tiba-tiba kesunyian pagi terpecahkan oleh suara orang menyeru manusia untuk berjihad. Kedua pengantin itu pun tersentak.

Saat itu Hanzhalah sempat menimbang antara kenikmatan dunia dan kenikmatan akhirat. Dengan tekad kuat serta dorongan dari istrinya, ia melangkah pasti menuju medan perang, dengan pedang terhunus, menyongsong panggilan jihad dan meninggalkan dunia serta segala isinya.

Jamilah melepas suaminya dengan perasaan bercampur-aduk, antara bangga dan cemas. Bangga karena suami pergi berperang untuk membela agama, cemas bila suami terluka atau mungkin tewas di tangan musuh. Wanita mana yang tak akan gundah, baru saja ia labuhkan cintanya, dan sekarang harus melepas kekasih tercinta berperang mengadu nyawa.

Terlebih bila ia teringat mimpinya semalam, sewaktu ia melihat pintu langit terbuka di hadapan Hanzhalah dan ketika suaminya memasuki pintu itu kemudian tertutup kembali. Dari mimpinya itu Jamilah merasa bahwa suaminya akan syahid. Ia tak berdaya karena panggilan jihad wajib dipenuhi. Jika memang ditakdirkan, suaminya syahid maka itulah yang terbaik, apalah arti dunia ini jika dibandingkan akhirat yang kekal?

Ketika berangkat ke medan perang, Hanzhalah masih dalam keadaan junub, belum sempat mandi. Ketika ia sampai di tempat berkumpulnya para mujahidin ia melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam sedang menyiapkan barisan. Setelah siap, mereka lalu menuju gunung Uhud untuk menanti musuh yang datang.

Tak lama terjadilah perang yang dahsyat, pada awalnya kemenangan diraih oleh kaum muslimin, tetapi tatkala pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka, keadaan berbalik menjadi kacau dan orang-orang musyrik maju menyerang.

Beberapa tentara tetap teguh bertahan bersama Rasulullah, termasuk di dalamnya Hanzhalah, dia terus menunjukkan dan membuktikan kecintaannya terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia maju menghadapi Abu Sufyan bin Harb.

Ketika ia terlengah dengan cepat dia menebas kaki kuda Abu Sufyan dari belakang, sehingga Abu Sufyan terjatuh, namun pada saat itu datanglah Syaddad bin al-Aswad membantu Abu Sufyan melawan Hanzhalah, maka terjadilah pertarungan satu lawan dua.

Hanzhalah terdesak, hingga salah satu dari dua orang itu berhasil menikamkan tombaknya ke dada Hanzhalah tepat mengenai jantungnya. Seketika itu Hanzhalah roboh. Hanzhalah syahid sebab luka itu.

Ketika perang telah usai para sahabat mulai mencari jasad saudara-saudara mereka yang syahid. Ketika mereka menemukan jasad Hanzhalah, Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda, “Sesungguhnya sahabat kalian, Hanzhalah telah dimandikan oleh Malaikat, tanyakanlah kepada istrinya.” Ketika para sahabat bertanya, Jamilah menjelaskan bahwa suaminya pergi berperang dalam keadaan junub.

Mendengar berita tentang suaminya, Jamilah hanya bisa menangis dan bersabar mengharap pahala dari Allah. Setelah peristiwa itu Hanzhalah digelari sebagai “yang dimandikan Malaikat”. Setiap kali kita membuka buku sejarah yang menceritakan tentang perang Uhud, kita akan dapatkan cerita Hanzhalah, pengantin baru yang rela meninggalkan peraduannya demi mendapatkan syahadah di jalan Allah.

Setelah Hanzhalah syahid, Allah menakdirkan Jamilah hamil, buah dari malam pertama dan terakhir mereka. Setiap kali Jamilah melihat perutnya yang mulai membesar ia selalu teringat suaminya, tampak kesedihan dan juga rona bahagia dalam raut wajahnya.

Sedih mengingat nasib anaknya yang akan lahir tanpa ayah dan bahagia karena ia mengandung benih Hanzhalah. Beberapa bulan kemudian lahirlah seorang anak lelaki yang diberinya nama Abdullah. Abdullah bin Hanzhalah Radhiallahu ‘anhu ini termasuk sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam yang kecil. Ibunya mendidiknya dengan baik sehingga ketika dewasa Abdullah bisa menjadi seorang pejuang dan menjadi syahid, sama seperti ayahnya.

Memang, impian Jamilah bintu Ubay akhirnya benar-benar terwujud. Abdullah bin Hanzhalah syahid dalam peperangan (Harrah) pada tahun 63 H.

BACA JUGA: Abdullah bin Ubay, Gembok Munafik di Zaman Nabi

Setelah beberapa lama menjanda Jamilah akhirnya menikah dengan Tsabit bin Qais Radhiallahu ‘anhu, seorang juru bicara Anshar, dan di antara sahabat Nabi terbaik. Ia ikut berperang dan mencari syahadah bersama Rasulullah, namun ia tidak mendapatkannya kecuali pada masa kekahlifahan Abu Bakar.

Dari pernikahan itu, Jamilah melahirkan seorang putra yang bernama Muhammad bin Tsabit. Muhammad bin Tsabit nantinya juga menjadi syahid bersama saudara seibunya, Abdullah bin Hanzhalah Radhiallahu ‘anhum.

Suaminya yang terakhir adalah Khubaib bin Yasaf Radhiallahu ‘anhu. Ia sahabat Nabi yang masuk Islam ketika bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam sewaktu beliau hendak berangkat ke Badar, kemudian ia ikut berjihad di Badar, dan setelah itu ia selalu menyertai Rasulullah dalam setiap peperangan.

Khubaib wafat pada masa kekhalifahan Utsman. Ahli sejarah ragu, apakah Jamilah wafat sebelum ataukah sesudah Khubaib. Semoga Allah meridhai Jamilah binti Ubay, istri dua orang syahid dan ibu para syuhada’. Seorang wanita yang tabah dalam menghadapi pahit getir kehidupan.

Dalam cinta baginya memang tak selalu harus berakhir bahagia di dunia, namun di akhirat ia berharap akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Wallahu a’lam. []

SUMBER: AL-FURQON GRESIK

Tags: Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul
ShareSendShareTweetShareScan
ADVERTISEMENT
Previous Post

Apa Perbedaan Bensin Pertamax dan Pertalite?

Next Post

Bolehkah Minum Kopi di Waktu Sahur?

Haura Nurbani

Haura Nurbani

Terkait Posts

pasukan nabi isa, pemuda, nabi ibrahim, nabi musa

7 Fakta Sosok Nabi Musa AS: Nabi Penyelamat Bani Israil

7 Juli 2025
QRIS

Bagaimana Cara Kerja Pembayaran QRIS dan Bagaimana Sejarahnya?

30 Juni 2025
Ibnu Abbas, Bani Israil, Abu Bakar

Abu Bakar: Cinta Sejati pada Rasulullah ﷺ yang Mengalahkan Segalanya

27 Juni 2025
Penjagaan Allah terhadap Nabi, Abu Bakar

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

12 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

Senin

Jangan Lagi Bilang “Nggak Suka Senin!”

Oleh Dini Koswarini
14 Juli 2025
0

Cerai, Sebab Zina Dilarang dalam Islam, zina, Penyebab Lelaki Selingkuh, Talak

Talak: Halal yang Dibenci, Senjata Iblis untuk Memecah Belah

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999! 1 Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999!

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Terpopuler

Berikut 7 Ayat Al-Quran tentang Masjid

Oleh Sufyan Jawas
1 November 2021
0
Ayat Al-quran tentang masjid

Saking pentingnya dalam kehidupan seorang Muslim, ada beberapa ayat Al-Quran tentang masjid. 

Lihat LebihDetails

Sejarah Hari Ini: 3 Maret 1924, Kekhalifahan di Turki Dibubarkan

Oleh Sodikin
3 Maret 2019
0
Ilustrasi. Foto: Kabarsatu

Memang sejak kecil, jiwa pemberontak telah nampak. Sering ia bertengkar dengan gurunya di sekolah Fatimah. Hingga bapaknya memindahkannya ke sekolah...

Lihat LebihDetails

12 Ayat Al-Quran tentang Istiqamah, Dapat Memotivasi Kita

Oleh Sufyan Jawas
31 Oktober 2021
0
Hadist Nabi Tentang Ikhlas

ayat Al-Quran Tentang Istiqamah

Lihat LebihDetails

Khutbah Jumat – 3 Nikmat dari Allah yang Sering Diabaikan

Oleh Sodikin
4 September 2020
0
hujan, dajjal

Rasa aman adalah salah satu nikmat Allah SWT yang paling besar yang dikaruniakan kepada hamba-Nya setelah nikmat Iman dan Islam.

Lihat LebihDetails

8 Doa dalam Surat Al-Imran

Oleh Saad Saefullah
10 Maret 2025
0
Doa Sapu Jagat, Doa agar Dipermudah Mencari Rezeki, Doa dalam Surat Al-Imran

Kisah, sosok dan doa dalam Al-Qur'an, memang tak bisa dipisahkan.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.