HUD hud merupakan burung yang melegenda. Nama burung yang terkenal dalam kisah Nabi Suaiman ini sekali disebutkan dalam Al-Quran.
“Dan dia menerima burung-burung lalu berkata: “Kenapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang,” (QS An-Naml: 20-21).
Mungkin Anda penasaran seperti apakah bentuk burung hud hud? apakah burung ini masih dapat kita jumpai saat ini?
Burung hud hud memang masih ada saat ini dan banyak hidup bebas di alam, namun tidak banyak tahu bahwa burung tersebut adalah burung hud hud yang disebutkan dalam Al-Quran.
BACA JUGA: Apa itu Dajjal, Dabbah, Ya’juj dan Ma’juj?
Nama hud hud berasal dari bahasa arab, orang arab telah mengenal dan menamai burung tersebut sejak zaman dahulu kala.
Di Indonesia, hud hud dikenal dengan nama ‘hupo tunggal’ (Upupa epops) yang dapat kita jumpai di hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan. Ciri-ciri burung yakni memiliki jambul panjang di kepalanya, warna kepala hingga punggung coklat muda, sedangkan sayap dan ekor putih bergaris hitam. Di Indonesia, hupo tunggal termasuk burung langka. Persebaran burung ini meliputi afrika, eropa, dan asia.
Burung hupo atau dalam bahasa inggris ‘hoopoe’ merupakan burung diurnal (aktif di siang hari), mencari makan serangga-serangga kecil seperti ulat, belalang, dan kumbang. Mereka akan bersarang di lubang-lubang pohon bekas sarang hewan lain. Telur hupo berwarna putih bersih berukuran kecil, hupo dewasa akan menjaga dan memberi makan anaknya hingga cukup dewasa untuk mencari makan sendiri.
Hupo memiliki metode perlindungan diri yang unik. Mereka akan melumuri bulu tubuhnya dengan cairan berbau busuk yang dihasilkan oleh kelenjar yang terletak di sekitar kloaka (dubur).
Saat ada pemangsa atau hewan pengganggu, mereka juga dapat menyemprotkan cairan busuk ke arah mata si pengganggu untuk mengusirnya. Karena kekotorannya, bangsa Israel mengganggap burung ini sebagai burung yang haram dimakan.
BACA JUGA: Kaya Raya, Ini Do’a yang Diamalkan Nabi Sualaiman
Suara burung ini juga tidak indah, terdengar seperti “huuf huuf huuf” yang berulang-ulang. Karena suaranyalah burung ini akhirnya dinamai hupo. Karena baunya yang busuk dan suaranya yang kurang indah, burung ini jarang ditangkap manusia baik untuk dimakan maupun sebagai hewan peliharaan.
Oleh karena itu status konservasi burung ini masih LC (Least Concern), artinya belum ada penelitian lebih lanjut karena jumlahnya masih melimpah di dunia. []
SUMBER: EDUBIO