Oleh: Felix Siauw
Teringat nasihat Cak Nun, kita bukan Malaikat yang selalu benar, bukan juga syaitan yang pasti salah. Kita ini manusia yang perlu dimanusiakan tiap hal baik dan buruknya.
Maka tidak perlu kita memalaikatkan manusia, hingga jadi yang dielu-elukan, bahkan saat berbuat salah kita puji, bahkan nista dan dustanya kita junjung tinggi-tinggi.
Tapi juga tak bisa kita mensyaitankan manusia, hingga seolah tak ada hal baik pada dirinya, semua harus kia kritik, kita teliti tiap salah dan celanya, lalu kita publikasikan.
Kita manusia, yang dalam gunungan keburukan menyimpan emas kebaikan didalamnya. Kita manusia yang dalam lautan kebaikan pun masih ada palung keburukan.
Manusia bisa berubah, tapi nilai satu ide tetap. Maka pastikan kita jangan membenci atau mencintai manusia secara berlebih, tapi kita boleh mencintai ide secara tetap.
Dulu saat seorang teman membagikan tautan seorang dai yang sedang marak saat itu di saat 411 dan 212, Gus Nur namanya, saya menyampaikan pada sahabat itu.
Sebelum membagikan harap berhati-hati, setahu saya beliau itu pemikirannya rada-rada liberal, saya pernah menonton beberapa ceramahnya di YouTube, lumayan masalah”.
Teman saya berkata, “Beliau sudah mengubah pendapat, saat ini beliau begitu istiqamah membela barisan Islam di 411 dan 212, pandangan beliau kritis dan mencerahkan”.
MasyaAllah, begitu mudah Allah menguatkan agama ini dengan para pengemban dakwah yang ikhlas di jalannya. Saya berubah salut dengan Gus Nur yang sangat berani ini.
Satu kesempatan, saya mendapat kontak beliau dan meminta maaf via telpon sebab dulu tak menyukai beliau. Di kesempatan lain, saya menyampaikannya secara langsung.
Manusia bisa berubah, ada yang dulu begitu membenci Rasul, kini terbaring mesra disamping beliau, ada pula yang membela Islam awalnya, lalu meninggal jauh dari itu.
Tidak ada yang menjamin beliau tetap istiqamah, apalagi saya. Maka jangan cintai kami, cintai saja Islam. Maka siapapun yang mencintai Islam, pasti akan kita cintai. []
Sumber: Diambil dari FP Ustadz Felix Siauw