• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Selasa, 17 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Kolom

Wibawa Dakwah Buya Hamka

Oleh Yudi
7 tahun lalu
in Kolom
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
dakwah buya hamka

Foto: Radar Pekanbaru

0
BAGIKAN

DI saat hubungan penguasa dan ulama memanas, di saat fatwa ulama diragukan dan dianggap fitnah, di saat ulama dicurigai, digertak, diancam, dan dikriminalisasi, di saat kesaksian ulama di pengadilan dianggap dusta, di saat ulama didata layaknya buronan, di saat rumah ulama digeledah bak pengedar narkoba, di saat gerak khatib mau dipersempit dengan standardisasi, dan di saat politik Islam diadu dengan konstitusi, maka membicarakan kiprah dakwah seorang ulama-pujangga legendaris Buya Hamka, bukan hanya relevan, melainkan juga sangat penting untuk dijadikan rujukan utama dalam sikap keagamaan kita.

Tepat hari ini, 109 tahun silam, Hamka dilahirkan. Ia seakan hadir ditakdirkan untuk menjadi sosok berwibawa di hadapan penguasa. Bahwa berdakwah yang benar bukan menuruti selera penguasa sebagaimana bunyi gendang begitu gerak tari, dan bukan pula didasarkan pada keterampilan merias kata-kata, kecermatan menjual agama, dan seni memperkosa ayat suci dan sabda Nabi, bukan! Melainkan justru meneguhkan prinsip, menyuarakan kebenaran dan keadilan secara merdeka, serta berakhlak mulia.

Hamka telah membuktikan itu. Kala ia menjadi politisi partai Islam Masyumi, ia menyaksikan rezim Sukarno inkonstitusional dan tidak demokratis. Sebab kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif berada dalam satu genggamannya. Dan Front Nasional menjadi alat pelaksanaanya. Maka pada sidang Konstituante 1959, ia mengkritiknya dengan lantang, “Trias politica sudah kabur di Indonesia. Demokrasi terpimpin adalah totaliterisme. Front Nasional adalah partai negara.”

BACA JUGA: Bersama di Jalan Dakwah Berliku

ArtikelTerkait

Kenapa Nasi Padang Begitu Disukai oleh Siapa Saja dan di Mana Saja?

Orang Bodoh

Saat Iron Dome Menahan Rudal Hipersonik Iran

A Happy Marriage Needs A Very Hard Work

Beberapa tahun setelah Konstituante dibubarkan oleh Sukarno, Hamka tak lepas dari akibat kritikannya itu. Dengan tuduhan macam-macam, termasuk tuduhan makar, ia dipenjara oleh aparat Sukarno tanpa proses pengadilan. Namun apakah itu membuat ia dendam kesumat pada Sukarno? Ternyata tidak! Ia tetap menerima permintaan Sukarno yang menginginkan ia mengimami shalat jenazahnya kelak (Irfan Hamka, Ayah: Kisah Buya Hamka, 2013). Meski berstatus mantan tahanan, wibawa Hamka tak roboh di mata Sukarno. Subhanallah! Air tuba dibalas air susu! Lapang sekali dada Hamka! Orang-orang besar memang selalu menyediakan ruang di hatinya untuk dibenci.

Jiwa Hamka juga independen sekali! Sebab saat itu, menurut Nurcholish Madjid, dalam buku “Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka” terbitan 1978, Sukarno sedang gencar-gencarnya dinilai sebagai pengkhianat bangsa oleh penguasa orde baru dan umat Islam, karena kaitannya dengan Gestapu dan persekongkolannya dengan PKI. Menyalati jenazah Sukarno, kata Nurcholish, “berarti Buya Hamka berhadapan dengan opini sebagian besar penguasa, dan lebih penting lagi, melawan arus opini umat.” Dan Hamka berani melawan itu.

Naiknya Suharto memimpin orde baru, kembali menguji keteguhan Hamka. Kali ini lebih ngeri. Sebab ia dilantik oleh penguasa sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pertama. Posisi yang membuatnya sangat dekat dengan penguasa. Dan ia sadar betul akan hal itu. Dalam pidato pengarahannya di hari pembukaan Musyawarah Nasional MUI, ia katakan, “Kadang-kadang benar-benar ulama-ulama terletak di tengah-tengah laksana kue bika yang sedang dimasak dalam periuk belanga. Dari bawah dinyalakan api; api yang dari bawah itu ialah berbagai ragam keluhan rakyat. Dari atas dihimpit dengan api; api yang dari atas itu ialah harapan-harapan dari pemerintah supaya rakyat diinsafkan dengan bahasa rakyat itu sendiri.” (Panji Masyarakat, 15/8/1975). Dalam perjalanannya memimpin MUI, ia justru tampak “galak” dan kritis terhadap penguasa.

Sewaktu penguasa mengatur-atur, melarang-larang, dan menghukum-hukum khatib yang tak menuruti seleranya, Hamka marah. Tiga kali meja Departemen Agama dipukulnya. Menteri Agama kala itu, Alamsyah, yang duduk di sampingnya, sampai kaget. “Saya tak setuju kesempatan berhari raya Idul Fitri dan Idul Adha dijadikan medan politik. Sayang masih ada rekan-rekan yang mempergunakan kesempatan itu untuk mengungkapkan ketidakpuasan politiknya,” tegas Hamka. Hamka juga menolak intervensi penguasa terhadap isi khutbah. “Kalau semua khatib, khutbahnya harus diperiksa dulu, saya berhenti saja jadi khatib.” (Tempo, 23/8/1980).

Buya Hamka bersama Mukti Ali dan Menteri Penerangan, Mashuri. Sumber foto: Majalah Panjimas
Buya Hamka bersama Mukti Ali dan Menteri Penerangan, Mashuri. Sumber foto: Majalah Panjimas
Kemudian, saat penguasa mewacanakan perayaan natal bersama dengan kedok toleransi, Hamka meresponnya dengan mengeluarkan fatwa haram bagi umat Islam mengikuti natal. Sebabnya tiada lain karena dalam natal ada ritual-ritual ibadah agama Kristen. Dan menghadiri peribadatan agama lain terlarang bagi seorang muslim. MUI merasa berkewajiban mengingatkan umat Islam agar tidak terjebak menyerahkan aqidahnya hanya karena takut dianggap intoleran.

BACA JUGA: Ini Cerita Gus Miftah, 12 Tahun Berdakwah di Dunia Malam

Dalam sebuah khutbah Jum’at di Masjid Agung Al-Azhar, Hamka menegaskan, ”Haram hukumnya bahkan kafir bila ada orang Islam menghadiri upacara natal. Natal adalah kepercayaan orang Kristen yang memperingati hari lahir anak Tuhan. Itu adalah aqidah mereka. Kalau ada orang Islam yang turut menghadirinya, berarti dia melakukan perbuatan yang tergolong musyrik. Ingat, dan katakan pada kawan-kawan yang tidak hadir di sini. Itulah aqidah tauhid kita ” (Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof.Dr. Hamka, 1981).

Fatwa itu sampai ke telinga penguasa dan membuatnya gerah. Mereka lalu meminta fatwa itu dicabut. Namun Hamka menolaknya dan lebih memilih mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum MUI. Terlalu berharga aqidah umat baginya ketimbang hanya menjadi stempel penguasa. Posisinya boleh lengser, tapi pendiriannya tak mampu digeser oleh tekanan penguasa. Fatwa itu tetap ada hingga kini, melindungi dan menjaga aqidah umat.

Advertisements

Kita amat sangat membutuhkan banyak sosok seperti Hamka hadir saat ini. Sosok yang berwawasan luas, merdeka dan tegas menyatakan kebenaran di hadapan penguasa, teguh memegang prinsip, berakhlak mulia, dan berwibawa. Semoga segera muncul Hamka-Hamka baru!

Oleh: Andi Ryansyah – Pegiat Jejak Islam untuk Bangsa (JIB)

SUMBER: JEJAKISLAM.NET

Tags: buya hamkadakwah
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Soal Rekaman Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi, Erdogan: Kami Berikan kepada Saudi, Amerika, Jerman, Prancis, dan Inggris

Next Post

Misteri Pembunuhan Jamal Khashoggi: Diduga Dilarutkan dalam Cairan Asam Lalu Dibuang ke Selokan

Yudi

Yudi

Terkait Posts

Nasi Padang

Kenapa Nasi Padang Begitu Disukai oleh Siapa Saja dan di Mana Saja?

17 Juni 2025
Musailamah al-Kazzab, Tipe Manusia di Akhir Zaman, ibadah, Sifat Sumber Dosa, Orang yang Tidak Diajak Bicara Allah, Paradoks, syahwat, Muhammadiyah, InsyaAllah, takdir, Nasihat Ibnul Qayyim, Hisab, Buruk, Keutamaan Tauhid, Macam Cemburu, Tauhid, sumpah palsu, Politik, Fitnah, Perkara Akhir Zaman, dosa, pengangguran, Maksiat, Sebab Murtad, Larangan, Maksiat, Jiwa, Ulama, Musuh, Dosa Besar, Kaum Khawarij, Cara Rasulullah Redakan Amarah,Kemaksiatan, Dosa Besar, Rasulullah, Kejahatan Abu Lahab, Bahaya Hasad, Perkara yang Mendatangkan Keburukan, Dampak Buruk Maksiat, Shadenfreude, Ciri Penjilat di Dunia Kerja, Suami yang Ringan Tangan, Bodoh

Orang Bodoh

17 Juni 2025
Iron Dome

Saat Iron Dome Menahan Rudal Hipersonik Iran

17 Juni 2025
Penyebab Suami Selingkuh, Ciri Lelaki Pengumbar Janji, Marriage

A Happy Marriage Needs A Very Hard Work

16 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Nasi Padang

Kenapa Nasi Padang Begitu Disukai oleh Siapa Saja dan di Mana Saja?

Oleh Haura Nurbani
17 Juni 2025
0

prabu siliwangi

Kisah Masuk Islamnya Prabu Siliwangi: Antara Legenda, Sejarah, dan Spiritualitas

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

Pengeluaran, Ciri Orang Medit

Ciri-ciri Orang Medit

Oleh Dini Koswarini
17 Juni 2025
0

piramida, kaum

5 Kaum yang Memiliki Keahlian Membangun Bangunan Megah dalam Sejarah

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

rezeki, ashabul kahfi

Kisah Ashabul Kahfi: Pemuda-Pemuda Beriman yang Tertidur Selama Ratusan Tahun

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

Terpopuler

Nama-nama Bayi yang Dilarang dalam Islam

Oleh Saad Saefullah
24 Mei 2022
0
Foto: .lanlinglaurel.com

Demikian juga kita mesti mengubah nama-nama yang buruk.

Lihat LebihDetails

10 Hal Yang Tidak Boleh Terlewat oleh Suami Istri sebelum Tidur setiap Malam

Oleh Dini Koswarini
1 Juni 2025
0
Jima, Suami Istri

Bagi suami istri, momen sebelum tidur bukan hanya waktu untuk beristirahat fisik, tapi juga saat yang penuh berkah untuk memperkuat...

Lihat LebihDetails

10 Tips agar Rajin Puasa Sunnah Senin dan Kamis

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0
buka puasa, qadha, lapar, puasa

Tanamkan dalam hati bahwa puasa ini dilakukan untuk mencari ridha Allah, bukan sekadar ikut-ikutan atau demi manfaat kesehatan semata.

Lihat LebihDetails

Mengapa Jatuh di Kamar Mandi Itu Berbahaya untuk Keselamatan Jiwa?

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0
junub, kamar mandi, adzan, mandi junub

Kamar mandi umumnya sempit dan penuh dengan permukaan keras seperti keramik, wastafel, tepi bathtub, atau kloset.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.