KISAH dara bernama Lailatul Qomariyah (27) ini sangat menginspiratif. Meski dilahirkan dari keluarga tidak kaya raya, Laila sapaannya, bisa berprestasi dan mengenyam pendidikan yang sangat tinggi. Laila, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini baru saja meraih gelar Doktor di usianya yang cukup muda.
Laila berhasil meraih gelar doktor teknik kimia di Fakultas Teknologi Industri di Fakultas Tekhnologi Industri, ITS Surabaya pada Rabu (4/9/2019) kemarin.
Laila merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Saningrat (43) dan Rusmiati (40). Gadis ini berasal dari Dusun Jinangka, Desa Teja Timur, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Madura.
Berikut empat fakta menarik mengenai kisah gadis berprestasi bernama Lailatul Qomariyah:
1 Lulus dengan IPK 4
Laila menjadi satu-satunya dari 80 mahasiswa doktoral yang mengikuti sidang terbuka dan memperoleh IPK 4.0.
BACA JUGA:Â Kisah Haru Ustadz Felix Siauw soal Kakaknya Masuk Islam: 35 Tahun Doa Pertama
Dalam disertasinya Lailatul Qomariyah meneliti mengenai aplikasi silika untuk solar yang berjudul “Controllable Characteristic Silica Particle and ITS Composite Production Using Spray Process”.
Perempuan kelahiran 16 Agustus 1992 itu mengaku sangat bahagia, saat dua profesor doktor yang menjadi promotor Laila, dan lima penguji dalam sidang terbuka, telah meluluskannya.
“Cukup bahagia karena perjuangan dan cita-cita saya untuk meraih pendidikan yang tertinggi bisa terwujudkan,” ungkap dia.
2 Lulus dalam waktu singkat
Laila juga menjadi satu-satunya mahasiswa yang dapat menyelesaikan kuliah S2 dan S3 dalam waktu singkat, hanya selama tiga tahun.
Gadis yang mengaku selalu meraih ranking 1 sejak SD hingga SMA ini, mengaku hanya menjalani studi selama tiga bulan melalui program fast track.
“Selama S2, ada target IPK harus 3,5 jika mau dinyatakan lulus dalam program fast track. Alhamdulillah, IPK saya melampaui ketentuan itu karena IPK saya 4.0 sehingga S2 saya hanya tiga bulan,” terang Laila, Ahad (8/9/2019).
Perempuan yang punya hobi nonton debat berbahasa Mandarin di TV ini kembali menceritakan, setelah lulus S2 program fast track, Laila kembali mendapatkan beasiswa melalui Program Magister Doktor Sarjana Unggul (PMDSU).
3 Mendapatkan beasiswa riset ke Jepang
Setelah masuk menjadi mahasiswa doktoral di ITS, Laila langsung mendapatkan beasiswa untuk melakukan riset ke Jepang dalam rangka persiapan riset disertasi yang diajukannya.
Laila melakukan penelitian tentang pemanfaatan aplikasi silika solar sel sebagai pengganti energi yang dihasilkan dari minyak bumi dan batubara.
Selama di Jepang, Laila tinggal sendirian dari tahun 2017 sampai 2018, karena hanya dirinya satu-satunya mahasiswa yang bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah.
“Happy saja meskipun sendirian di Jepang. Ini semata-mata untuk mencapai cita-cita dan demi ilmu pengetahuan,” ujarnya.
BACA JUGA:Â Viral Kisah Siswi SMA yang Cedera Tulang Belakang Akibat Candaan Tarik Kursi
4 Kebanggaan orang tua
Meskipun dilahirkan dari seorang tukang becak, namun Laila bisa membuktikan bahwa orang miskin pun memiliki kesempatan yang besar untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi.
“Kata siapa orang miskin tidak bisa sukses? Saya sudah membuktikannya. Ayah saya tukang becak dan ibu saya buruh tani.”
“Namun, tekad yang kuat untuk mengangkat martabat kedua orangtua saya, saya menjawabnya dengan prestasi pendidikan,” ujarnya.
Saningrat, ayah Laila, mengaku sangat bangga dengan prestasi yang ditorehkan anak sulungnya tersebut. Dia mengaku selalu mendoakan anaknya itu setiap waktu.
Sebab, kata dia, sejak anaknya itu menempuh pendidikan di ITS, dirinya tidak banyak membantu dari segi pembiayaan. Laila sudah mandiri sejak masih SMA hingga ke perguruan tinggi.
“Seingat saya, biaya yang saya keluarkan hanya untuk membelikan dia sepeda motor dan laptop.”
“Selain itu, saya sudah tidak membiayainya karena Laila sudah mengaku mandiri,” ungkap Saningrat. []
SUMBER: TRIBUNNEWS