SAMIRIadalah salah satu nama yang tercantum dalam Al-Quran dan berkaitan erat dengan kisah Nabi Musa dan Nabi Harun. Samiri-lah sosok yang membuat patung sapi emas saat Nabi Musa pergi ke Bukit Tursina untuk menerima wahyu dari Allah. Saat itulah Bani Israil melakukan kesyirikan dengan menyembah patung sapi emas buatan Samiri.
Pertanyaannya adalah siapakah Samiri itu? Ada tiga pendapat para ulama terkait identitas Samiri.
Pendapat pertama, Samiri adalah seseorang yang berasal dari suku Aqbath yang beriman tetapi selang beberapa waktu ia menjadi munafik, kemudian ia mengikuti kaumnya Nabi Musa.
Pendapat kedua, Samiri bukan berasal dari suku Aqbath dan juga bukan dari Bani Israil tetapi kebetulan ia berada di Mesir, akhirnya kemudian beriman kepada nabi Musa.
Pendapat ketiga, Samiri adalah seorang yang berasal dari Bani Samir, salah satu suku besar Yahudi.
BACA JUGA: 4 Fakta Nabi Harun, Salah satunya tentang Sapi Betina Samiri
Tidak ada dalil yang tegas terkait identitas Samiri. Apa yang telah tercantum dalam Al-Quran, berupa perbuatan Samiri, percakapannya dengan Nabi Musa, serta hukuman yang Nabi Musa doakan atasnya adalah kabar pasti tentang Samiri yang kita ketahui. Adapun selebihnya maka tidak ada dalil valid tentangnya.
Seorang penulis asal Mesir bernama Muhammad Isa Daud, dalam bukunya yang berjudul Dajjal Muncul Dari Segitiga Bermuda, menyatakan bahwa Samiri adalah Dajjal. Perkataannya ini tidak dilandasi dengan dalil apa pun, baik dari Al-Quran, hadis, ataupun pernyataan para sahabat. Bahkan, tidak seorang ahli tafsir pun yang menyatakan bahwa Samiri adalah Dajjal. Klaim Isa Daud tersebut hanyalah didasari perkiraan dan cocoklogi belaka! Tidakkah ia sadar bahwa penentuan identitas Dajjal adalah ilmu gaib?!
Isa Daud menyimpulkan dari kisah Nabi Musa bersama Samiri bahwa Nabi Musa tampak tidak berani melakukan tindakan yang kasar ketika memarahi Samiri. Ia mengatakan bahwa ini adalah pertanda Nabi Musa mengetahui identitas Samiri yang sebenarnya, bahwa dialah Dajjal yang akan keluar pada akhir zaman. Ia juga mengklaim bawa Samiri adalah Dajjal karena Samiri dapat melihat Jibril.
Semua argumentasinya tersebut tidaklah ilmiah dan bahkan tidak masuk akal. Nabi ﷺ telah bersabda, “Tidaklah seorang nabi pun, kecuali ia telah mengingatkan umatnya dari si buta sebelah yang pendusta (Dajjal).”
Jikalau Samiri adalah Dajjal, dan Nabi Musa mengetahui hal itu, tentunya Nabi Musa akan memperingatkan kaumnya sejak awal akan keberadaan Samiri di antara mereka. Lantas, apakah kenyataannya demikian? Mengapa Nabi Musa malah menyembunyikan identitas Samiri dari Bani Israil, sementara kewajiban beliau adalah memperingatkan mereka tentangnya?
Lalu, bukankah para sahabat juga pernah melihat Jibril ketika ia menjelma menjadi seorang manusia? Lantas, apakah kita katakan bahwa para sahabat juga merupakan Dajjal?
BACA JUGA: Yahudi Taurat, Masih Adakah Saat Ini?
Bukankah Samiri telah dihukum dengan ketidakmampuan menyentuh seorang pun dan bahwa semua orang tidak sudi menyentuhnya sampai ia mati? Sedangkan Dajjal, ia akan muncul diikuti oleh 70.000 Yahudi yang setia kepadanya dan mengeluh-alukanya sebagai Tuhan.
Disebutkan pula kelak Dajjal akan bertemu dengan seorang pemuda dari kota Madinah, kemudian Dajjal memegang pemuda tersebut untuk ia sembelih. Dajjal adalah makhluk yang akan mengaku sebagai Tuhan, sementara Samiri tidaklah mengaku sebagai Tuhan. Ia hanya menyuruh manusia untuk menyembah berhala sapi, bukan untuk menyembah dirinya.[]
SUMBER: TAFSIR AT TAYSIR | SUMBER: PUSAT STUDI QURAN