• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Selasa, 17 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Opini

Siap Menang dan Siap Kalah

Oleh Yudi
1 tahun lalu
in Opini
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Menang, Sebab Murtad, Dunia, Dosa Besar, Memenuhi Janji

Foto: Unsplash

0
BAGIKAN

Siap Menang dan Siap Kalah 1 MenangORANG yang dangkal wawasan religiusitasnya, akan mudah memahami kemenangan dari pandangan kasatmatanya. Padahal, Islam lebih menekankan pentingnya kemenangan rohani ketimbang kemenangan materi belaka. Untuk itu, Rasulullah pernah menyatakan sesuatu yang masih belum dimengerti sebagian sahabat, bahwa kemenangan Perang Badar, dengan segala kemegahan harta dan rampasan perang, itu baru sekadar kemenangan kecil-kecilan.

“Lho? Kok kemenangan kecil-kecilan?” beberapa sahabat memprotes.

“Karena kemenangan yang sebenarnya, ketika kalian sanggup menaklukkan hawa nafsu,” ujar Rasulullah.

Gegap gempita dan eforia kemenangan tetap berlangsung, dan Rasulullah membiarkan para sahabat bersuka-cita atas kemenangan tersebut. Di sisi lain, para musuh yang masih memiliki harta-kekayaan, bersikeras membangun agenda dan kekuatan untuk membalas-dendam. Mereka berjuang mati-matian, dari hari ke hari, bulan ke bulan, untuk menggalang persatuan dan kekompakan, bahkan mengumpulkan segenap pemikiran dan strategi jitu untuk mengalahkan kekuatan lawan.

ArtikelTerkait

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

The End of Medsos

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

Shalat Tahajud dan Derajat yang Mulia : Tadabur surat Al-Isra Ayat 79

Bahkan ada seorang ibu-ibu nekat, yang rela mengorbankan harta-bendanya untuk membayar seorang pemuda tangkas yang ahli menombak dan memanah. Orang itu terus berlatih dan mengasah kemampuannya menombak, untuk diterjunkan ke medan perang kelak, sampai kemudian ia berhasil meraih cita-cita dan harapan yang didambakannya.

Rasa percaya diri para sahabat dan pengikut Muhammad sebagai Rasulullah, serta keyakinan akan meraih kemenangan seperti Perang Badar, seakan nampak di depan mata. Mereka merasa yakin akan pertolongan Allah, meski syarat-syarat untuk mendapatkan pertolongan itu telah diabaikannya. Sebagian mereka hanya berleha-leha dan tak mau mengasah kemampuan dan kemahirannya. Justru mereka menghitung ketip demi ketip akan kesuksesan di depan mata, terutama harta rampasan perang yang kelak akan diperolehnya.

Rasulullah seakan menangkap sinyal akan kekalahan, ditambah tidak adanya ayat yang turun untuk memberitahu para pengikutnya perihal apa yang akan terjadi. Sampai kemudian datanglah hari “H” dan meletuslah Perang Uhud, dengan kesiapan sang lawan yang lebih cekatan dan tangguh. Abdullah bin Ubay bin Salul dengan lihai mengendus kelemahan para pasukan pemanah yang mengabaikan strategi matang yang telah dipersiapkan Rasulullah.

BACA JUGA: Ibnu Taimiyah dan Corak Pemikirannya

Pasukan pemanah dari pihak musuh berputar haluan untuk merebut dan mengendalikan bukit dan benteng pertahanan. Ratusan pemanah andal dan telah dipersiapkan matang dengan segenap kecerdasan dan strategi canggih, kini menjadi ujung-tombak yang kemudian berhasil meluluhlantakkan pasukan Rasulullah. Beberapa sahabat melindungi Nabi di balik batu besar, sampai kemudian sebujur anak panah melesat, hingga menanggalkan gigi gerahamnya.

Pemuda penombak bernama Wahsyi yang telah mengadakan training dan pelatihan berbulan-bulan, akhirnya berhasil menombak tubuh Hamzah, paman Rasulullah yang dianggap biang keladi yang menimbulkan kemenangan Perang Badar. Tetapi kali ini, Wahsyi telah mencapai kesuksesan materi yang didambakannya. Tubuh Hamzah dikoyak-koyak oleh perempuan yang membalas-dendam atas kematian suaminya di Perang Badar dulu. Sampai kemudian, dengan segenap emosi dan kemarahan, perempuan nekat itu berhasil mengunyah-ngunyah organ jantungnya.

Tempat Nabi Adam, Syahwat, Menang
Foto: Unsplash

Saat ini, kemenangan materi beralih ke pihak lawan, hingga kaum musyrikin Qurays memeriahkan gegap-gempita dengan kemeriahan pesta-pora yang diselenggarakan selama berhari-hari.

Rasulullah semakin tajam membaca sinyal kebenaran yang diperingatkan Allah, bahwa kemenangan materi yang mengandalkan kenikmatan duniawi, hanyalah sesaat dan sekejap mata. Di sisi lain, banyak orang yang nampaknya lebih siap menghadapi ujian kekalahan (musibah) ketimbang ujian kemenangan (kesenangan). Untuk itu, kenapa kepekaan dan kemenangan rohani, sebagai bekal meraih kenikmatan sejati (keabadian), harus dikorbankan demi untuk mencapai kesenangan sesaat yang semu dan sekejap mata saja?

Maka, semakin terarah agenda yang dirancang dalam benaknya. Wahyu Allah semakin santer memberinya petunjuk. Bagaimanapun para jamaah dan pengikut Rasulullah harus lebih mengutamakan kemenangan rohani, agar dapat melangkah ke masa depan dengan revolusi mental dan moralitas yang baik.

Beberapa ayat kemudian turun, dan dibacakan di hadapan para sahabat, agar mereka lebih tenang dan tentram atas kekalahan Uhud yang mereka derita. Terjadi sanering pada sebagian pengikut yang kurang peka dalam memahami nilai kehidupan dan tanda-tanda zaman. Mereka berpaling meninggalkan Rasulullah. Sebagian ibu-ibu yang suaminya masih hidup memprotes keras, “Jika dia itu memang kekasih Tuhan, kenapa tak punya kemampuan meramal nasib manusia di masa depan? Coba perhatikan, seberapa parah kami harus menanggung kekalahan dan kerugian ini?”

Dengan demikian, wahai para kandidat presiden dan pejabat publik yang terhormat. Seperti itulah mentalitas orang yang semata-mata hanya siap untuk menang, tanpa punya kesiapan untuk menerima kekalahan. Sedangkan Rasulullah (Islam) mengajarkan, bahwa kita harus rendah-hati dan bersyukur dalam memperoleh nikmat dan kemenangan, juga harus tenang dan sabar dalam menerima kekalahan.

Mental semacam itulah yang harus disandang oleh manusia sejati (insan kamil), sehingga Rasulullah senantiasa memperingatkan, bahwa orang yang memiliki kekuatan iman, tak ada masalah dengan dua kemungkinan itu. Karena, kesuksesan dan kemenangan materi, tidak selamanya diperoleh oleh orang baik dan saleh. Juga tak selamanya diraih oleh mereka yang ingkar dan durhaka pada Allah.

Untuk itu, hanya orang-orang beriman yang lebih siap menghadapi kemungkinan menang maupun kalah. Hanya orang-orang beriman yang lebih siap menghadapi sehat maupun sakit, sukses maupun gagal. Dan hanya orang beriman yang memiliki kekuatan moril dalam meghadapi pujian (kemuliaan), bahkan penghinaan dan caci-maki sekalipun.

Jika syarat-syarat itu belum dimiliki oleh kita sebagai warganegara Indonesia, maka layak bagi kita untuk bermuhasabah dan bercermin diri: “Sudah seberapa kuat keimanan kita? Benarkah selama ini kita sudah ber-Islam dengan baik?”

Jadi, perkara kekuatan iman adalah perkara kecerdasan spiritual (rohani), yang memerlukan proses dan kesabaran, terlebih bagi orang-orang pedalaman Baduy untuk mencapainya. “Wahai, Rasulullah,” tanya sekelompok warga Baduy, “Sekarang kami sudah mengucap syahadat, salat, puasa, kirim-kirim gandum pada pemerintah, juga muter-muter di sekitar Kakbah. Itu berarti kami sudah beriman dong?”

Rasulullah paham orang-orang yang kualitas keislamannya masih diselimuti kepercayaan pada takhayul, azimat dan benda-benda pusaka (animisme). Maka, beliau menjawab dengan rileks tanpa menghakimi, “Sebenarnya kalian belum beriman dengan baik, tapi baru ber-Islam. Tetapi tenang saja, karena kebaikan apapun yang kalian usahakan, pasti akan dilihat dan dinilai baik oleh Allah.”

BACA JUGA: Hawa Nafsu dan Hasrat Ingin Berkuasa

Itulah kecermatan Rasulullah dalam menyampaikan misi ilahiyah. Beliau mampu menempatkan diri sesuai imajinasi lawan bicaranya. Bahkan, jika pun melihat seorang warga Baduy (Banten) tak mampu membayar toilet, lalu kencing di serambi masjid agung, mampukah kita berpikir universal untuk menghargai kemanusiaan, lalu dengan tenang dan sabar mempersilakan si Baduy untuk kencing di toilet rumah kita? Kalau perlu, sekaligus diajak ngobrol di sofa sambil dibuatkan teh manis dengan suguhan risol yang dicocol sambal kacang?

Etika Berjabat Tangan, Menang
Foto: Unsplash

Sudahkah para ibu dan segenap istri-istri Indonesia meneladani jejak ketulusan Khadijah, yang sanggup memandang orang lain (liyan) sebagai sahabat-sahabat kemanusiaan (ukhuwah basyariyah)?

Ataukah keislaman kita baru sebatas ritual-ritual mahdlah, sementara kualitas keilmuan masih terlampau dangkal dan konservatif. Seakan-akan kita tak punya akses kepada Sunah Rasul, lalu mengarang-ngarang cerita seenaknya untuk membenarkan tingkah-laku kedengkian dan hawa nafsu primordial, yang masih melekat dan bersemayam dalam kalbu?

Kebanyakan kita lebih sibuk mengejar kesuksesan dan kemenangan materi ketimbang rohani, sambil mencari alibi dengan mencomot-comot dalil sekenanya. Padahal, di akhir zaman ini segala bentuk ilmu sudah terbuka, dan tingkah-laku manusia semakin mudah ditebak, apakah ia benar-benar tulus menyampaikan nilai-nilai kebenaran dan keadilan? Ataukah hanya berpura-pura baik dan adil, demi meraih keuntungan dunawi bagi sanak famili dan kroni-kroninya semata? []

Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.

Tags: Hafis AzhariKekalahanKemenangan
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Timnas AMIN Nggak Nyangka Respons Kpopers ke Anies, Ada yang Bikin Fandom

Next Post

Kisah Tsalabah, Dilaknat Allah dan Nabi

Yudi

Yudi

Terkait Posts

telur

Apa yang Terjadi Jika Makan Telur Tiap Hari?

16 Juni 2025
Threads

The End of Medsos

14 Juni 2025
Syarat Taubat Diterima, Waktu Mustajab untuk Berdoa, Hukum Menggunakan Masker ketika Shalat, Waktu Berdoa yang Mustajab, Hadits tentang sabar, Sedekah Shubuh, ibadah, keutamaan berdoa, Syarat Taubat, Waktu Mustajab untuk Berdoa di Hari Jumat, Hukum Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Diri Sendiri, Doa Memohon Ampunan pada Allah SWT, Perkara Iman, Istighfar,Hukum Meminta Doa dari Orang Lain, Nimbus

Apa Itu Nimbus, Varian Baru Covid 19 yang Lagi Merebak?

13 Juni 2025
Batas Shalat 5 Waktu, Shalat Sunnah, Sunnah dalam Shalat, Shalat Tahajud

Shalat Tahajud dan Derajat yang Mulia : Tadabur surat Al-Isra Ayat 79

31 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Nasi Padang

Kenapa Nasi Padang Begitu Disukai oleh Siapa Saja dan di Mana Saja?

Oleh Haura Nurbani
17 Juni 2025
0

prabu siliwangi

Kisah Masuk Islamnya Prabu Siliwangi: Antara Legenda, Sejarah, dan Spiritualitas

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

Pengeluaran, Ciri Orang Medit

Ciri-ciri Orang Medit

Oleh Dini Koswarini
17 Juni 2025
0

piramida, kaum

5 Kaum yang Memiliki Keahlian Membangun Bangunan Megah dalam Sejarah

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

rezeki, ashabul kahfi

Kisah Ashabul Kahfi: Pemuda-Pemuda Beriman yang Tertidur Selama Ratusan Tahun

Oleh Yudi
17 Juni 2025
0

Terpopuler

Nama-nama Bayi yang Dilarang dalam Islam

Oleh Saad Saefullah
24 Mei 2022
0
Foto: .lanlinglaurel.com

Demikian juga kita mesti mengubah nama-nama yang buruk.

Lihat LebihDetails

10 Hal Yang Tidak Boleh Terlewat oleh Suami Istri sebelum Tidur setiap Malam

Oleh Dini Koswarini
1 Juni 2025
0
Jima, Suami Istri

Bagi suami istri, momen sebelum tidur bukan hanya waktu untuk beristirahat fisik, tapi juga saat yang penuh berkah untuk memperkuat...

Lihat LebihDetails

10 Tips agar Rajin Puasa Sunnah Senin dan Kamis

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0
buka puasa, qadha, lapar, puasa

Tanamkan dalam hati bahwa puasa ini dilakukan untuk mencari ridha Allah, bukan sekadar ikut-ikutan atau demi manfaat kesehatan semata.

Lihat LebihDetails

Mengapa Jatuh di Kamar Mandi Itu Berbahaya untuk Keselamatan Jiwa?

Oleh Yudi
16 Juni 2025
0
junub, kamar mandi, adzan, mandi junub

Kamar mandi umumnya sempit dan penuh dengan permukaan keras seperti keramik, wastafel, tepi bathtub, atau kloset.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.