• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 23 Mei 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Renungan

Mimpi Mantan

Oleh M Ardiansyah
7 tahun lalu
in Renungan
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Foto: Abu Umar/ Islampos

Foto: Abu Umar/ Islampos

1
BAGIKAN

Oleh: Daud Farma

AKU di sini, sendirian, kesepian, bersama keheningan, melamun sembari memeluk khayalan: dia akan datang menjemputku. Sedari tadi mataku belum berkedip menatap ke luar jendela. Bulan? Malam ini aku belum melihatnya. Lampu rumahku telah lama dimatikan ayahku. Lampu kamarku? Sengaja tidak aku nyalakan karena tak mau ibu melihatku duduk di tepi jendela dengan menyalakan lilin. Sinar lilinku tak jauh memantulkan cahaya. Satu meter? Lebih kayaknya. Lima meter? Oh terlalu jauh kiranya.

Semuanya telah tidur. Sekarang pukul satu lewat sepuluh menit. Gelap, sepi, sunyi, aku sendiri. Burung yang alis matanya lebar dan tebal itu barusan saja lewat di depan jendelaku. Hampir mematikan lilinku karena angin sayapnya. Aku tahu di mana burung itu hinggap, sudah pasti di pokok nangka di pojok halaman rumahku. Lima belas meter dari rumahku adalah makam umum, dan di samping kamarku, tepatnya di depan mataku memandang saat ini ada pohon-pohon setinggi dua meter, sudah sebulan tak diperhatikan ayahku. Ayah belum sempat membersihkannya sehingga ia terlihat rindang sekali seakan daunnya lebat padahal pohon-pohon di depanku ini sudah lama kurus dan tak sarat daun oleh sebab sekawanan rumput jahat yang mengeroyoknya.

Lilinku sudah habis satu inci, tapi masih banyak tersisa. Tahan untuk dua jam lagi. Ayah dan ibuku sudah tidur pulas, sejak pukul sebelas tadi. Tiba-tiba hujan pun turun, hanya gerimis. Kuulurkan tanganku ke luar jendela. Aku merasakan kedinginan, tapi aku tidak mau memakai jaket, juga tidak mau menutup jendela. Aku ingin menatap ke luar jendela sampai pagi. Seketika tanganku disentuh. Aku kaget, sedikit terkejut. Kurasakan ada yang menyalami tanganku dari luar. Nampaknya seseorang. Hanya sekilas saja, lalu tak kurasakan lagi. Kucoba dengan mengeluarkan setengah badanku keluar jendala. Kulihat kiri kanan tak ada siapa-siapa.

ArtikelTerkait

Qawwam Seorang Ayah

Jejak di Balik Bayangan: Siapa Pencuri Uang 5 Milyar di Rumah Pengusaha Ini?

Wahai Jiwa, Kenapa Engkau Enggan Baca Quran?

Yang Harus Diperhatikan oleh Orang yang Sudah Berusia 30 Tahun Lebih Agar Sehat Mental

“Ibu?” tanyaku. Tidak ada jawaban. Mungkin ibu bangun lalu keluar menampung air hujan pikirku. Aku bergegas ke kamar ibu. Kubuka pintu, ayah dan ibu ada di kamar. Aku kembali ke kamarku. Kukeluarkan lagi kepalaku.

“Siapa?” tanyaku lebih keras, tidak ada yang menyahut.

“Crek…crekkk..” bunyi suara jendela ruang tamu. Kususul. Ternyata ibu lupa menutup jendela. Aku kunci erat-erat.

“Duar!” suara jendela kamarku seperti dilempar dengan sesuatu diikuti suara halilintar. Aku lari ke kamarku. Lilinku mati. Sekarang aku tidak bisa melihat apa-apa. Kucoba hidupkan lampu kamar, tidak menyala. Mati lampu.

Macisku yang tadi kuletakkan di samping lilin sudah tidak ada lagi. Aku raba-raba di sekitar kasur, tidak ada. Aku turunkan kakiku, meraba-raba lantai, juga tidak ada. Mungkin jatuhnya ke luar jendela?, tapi kenapa lilinku tidak jatuh?

Aku kenakan jaketku. Aku ingin keluar mengambil macisku agar lilin ini bisa menyala. Begitu hendak membuka pintu, aku ingat pesan ibu yang dulu sering ia ucapkan setelah makan malam.

“Tuti, kamu itu perempuan dan masih umur 9 tahun, tidak boleh keluar rumah.” Itu dulu.

Tapi sekarang umurku sudah 20 tahun. Lagipula aku hanya ingin mengambil macisku. Ibu takkan marah kalau ia tahu aku keluar malam hari hanya untuk mengambil korek api. Aku buka pintu kemudian kukunci dari luar. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Sesekali burung yang poros matanya lebar berkedip di pohon nangkaku, lalu ia bersuara. Ingin kuusir ia tapi tidak mungkin. Karena pokok nangkaku sudah ia jadikan rumahnya. Sudah cukup lama burung itu di situ, sudah lebih setahun lalu. Hanya cahaya matanya yang aku lihat.

Advertisements

Hujan begini pemerintah sengaja mematikan lampu untuk desaku, karena rawan sekali. Desaku banyak pohon-pohon besar di tepi jalan raya, pemerintah khawatir pohon-pohon itu ada yang tumbang lalu mengenai tiang listrik.

Aku berjalan dan tanganku sambil meraba dinding rumahku menuju jendela kamar dari sisi luar. Aku sampai di jendelaku. Akhirnya kudapatkan macisku. Lalu kunyalakan lilin. Kusandarkan badanku ke dinding. Kupandangi kiri kanan, tidak ada siapa-siapa. Seketika ada yang melintas di pojok dekat pohon nangka, aku ikuti. Lilin di tanganku masih menyala, kututupi dengan jaketku agar gerimis dan angin tidak meniupnya. Tak berapa lama posisiku sudah ada di bawah pohon nangka. Sesekali burung yang tidak berkeliaran di siang hari ini mulai bersuara. Aku ingin mengikuti jejak yang melintas tadi. Aku masih penasaran dengan orang yang menyalamiku dari luar jendela kamar. Tujuh menit dari tempatku ini adalah kuburan. Aku berhenti. Aku mulai ragu. Tidak mungkin tengah malam begini ada manusia yang suka usil denganku. Menyalamiku? Main kucing-kucingan denganku? Tidak mungkin! Aku ingin kembali ke kamar. Aku mulai gemetar. Aku ingin lari ke dalam rumah.

“Dhupp!!” suara lemparan batu dua meter dariku.

Aku terpaku. Aku tidak bisa bergerak. Aku gemetar. Ingin aku lari sekencang-kencangnya ke kamarku, ingin berteriak, tapi tidak bisa. Seakan ada yang menarikku dari belakang, tapi aku tidak merasakan sentuhannya. Lalu aku balik badan. Tidak ada siapa-siapa. Kulihat pakaian putih berjelan mengarah makam lalu ia hilang begitu cepat. Aku mengikutinya, aku bergerak, kakiku melangkah. Hatiku sebenarnya ingin ke kamar tapi kakiku ingin mengikuti bayangan yang aku lihat. Lilinku mati lalu kuhidupkan, mati lagi, kuhidupkan, lalu mati. Tidak bisa menyala. Sumbunya ditetesi air yang jatuh dari jaketku. Aku berjalan ke arah makam. Sesekali aku hidupkan macis untuk menerangi jalan. Aku setengah sadar.

“Meong!” suara kucing yang tiba-tiba melintas di depanku.

Aku terus berjalan, lalu aku berhenti. Sekitarku sangat gelap, gelap sekali. Angin sudah tak berembus, gerimis sudah reda. Kucoba hidupkan lilin, tidak bisa hidup. Kupatahkan sedikit agar sumbu yang kering bisa menyala. Belum sempat aku menyalakan lilin, ada lampu semacam laser menembak tepat di jidatku. Asal laser itu tidak jaun dariku, mungkin dua meter saja. Tapi aku tidak bisa melihat wajah pemiliknya. Aku berusaha menghidupkan lilinku. Akhirnya bisa hidup!

Kulihat sekelilingku, banyak sekali kuburan. Ternyata aku sudah sampai di tengah-tengan kuburan. Aku mulai mendekat ke arah laser tadi. Semakin kudekati, cahayanya semakin jauh. Aku tetap mengikuti. Aku penasaran dengan yang menggangguku di tengah malam begini. Lebih sepuluh kali kakiku melangkah, aku jatuh karena licin dan lilinku mati, jatuh ke genangan air. Sementara aku masih di tengah kuburan. Aku hanya punya macis. Sesekali kuhidupkan. Aku masih mengikuti cahaya laser merah. Berjalan dan terus berjalan melewati kuburan.

Tidak lama kemudian aku sampai di jalan aspal. Aku sudah melewati kuburan. Tepat di sampingku, di pinggir jalan, pohon beringin yang rindang dan punya akar yang besar-besar. Sudah kubilang, di desaku banyak sekali pohon besar. Sampai saat ini pemerintah belum menghidupkan lampu untuk desaku, padahal hanya gerimis dan malah sudah reda. Mungkin sebentar lagi. Tadi waktu aku di kuburan cahaya laser itu dari pohon beringin ini, tapi sekarang tak ada lagi.
Seketika bahuku ditepuk. Aku sangat terkejut. Aku tidak berani membalikkan badan. Aku ingin berteriak. Tapi aku tidak bisa. Aku menutup mata.

“Lebih baik kau tinggalkan tempat ini!” bisiknya di telingaku. Sebelah kiri.

“Siapa kamu?” tanyaku tanpa balik badan.

“Haikal.” jawabnya.

Aku terkulai, badanku lemas, aku jatuh ke tanah. Aku bangun, kubuka mataku. Aku dapati diriku di atas lantai. Aku jatuh dari kasurku. Ah ternyata hanya mimpi ketemu mantanku si Haikal. []

Gamalia, Senin 26 Februari 2018.

Tags: MantanMimpi
ShareSendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Wahai Para Orang Tua, Jangan Lakukan 6 Hal Ini di Depan Anak

Next Post

Jangan Khawatirkan Takdir

M Ardiansyah

M Ardiansyah

Terkait Posts

Arti Kata Tabarakallah, Keutamaan Memuliakan Anak Yatim, Definisi Anak Yatim, Pijakan Aqidah, Cara Mendidik Anak ala Nabi Ibrahim, qawwam

Qawwam Seorang Ayah

23 Mei 2025
Rezeki, Jalan Rezeki, pencuri

Jejak di Balik Bayangan: Siapa Pencuri Uang 5 Milyar di Rumah Pengusaha Ini?

22 Mei 2025
Keutamaan Pembaca Quran, Orang yang Dirindukan Surga, Surat Al-BAqarah, Adab Membaca Al-Quran

Wahai Jiwa, Kenapa Engkau Enggan Baca Quran?

20 Mei 2025
Penyebab Badan Cepat Lelah, 30 Tahun

Yang Harus Diperhatikan oleh Orang yang Sudah Berusia 30 Tahun Lebih Agar Sehat Mental

19 Mei 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Berhubungan Sebelum Mandi Wajib Haid, berhubungan suami istri dalam Islam, Membayangkan Orang Lain saat Berhubungan, suami, istri, zina, jima, intim, suami istri, hubungan intim, ranjang, pernikahan, suami, istri, ranjang

Bagaimana Cara Istri Menghadapi Suami yang Kasar di Ranjang?

Oleh Yudi
23 Mei 2025
0

suami, istri, seksual, perawan

7 Cara Suami Menerima Istri yang Ternyata Sudah Tidak Perawan

Oleh Yudi
23 Mei 2025
0

Fakta Gua Hira, ashabul kahfi, wahyu

Cara Wahyu Turun kepada Nabi ﷺ

Oleh Saad Saefullah
23 Mei 2025
0

Arti Kata Tabarakallah, Keutamaan Memuliakan Anak Yatim, Definisi Anak Yatim, Pijakan Aqidah, Cara Mendidik Anak ala Nabi Ibrahim, qawwam

Qawwam Seorang Ayah

Oleh Dini Koswarini
23 Mei 2025
0

Olahraga, Pola Hidup Sehat, Kuisioner

Kuisioner: Cek Seberapa Bugar Tubuhmu!

Oleh Haura Nurbani
22 Mei 2025
0

Terpopuler

10 Kebiasaan di Malam Hari yang Membuat Tubuhmu Rusak, Nomor 5 Sering Banget Dilakukan!

Oleh Haura Nurbani
22 Mei 2025
0
Angin Duduk, Angin Duduk, Kebiasaan di Malam Hari

Berikut adalah 10 kebiasaan di malam hari yang bisa merusak tubuhmu, dan nomor 5 paling sering dilakukan oleh banyak orang. 

Lihat LebihDetails

7 Hal yang Harus Diperhatikan Jika Kamu Masuk Usia 40 Tahun

Oleh Yudi
22 Mei 2025
0
uban, usia 40

Kalau usia 20-an dipenuhi ego, maka usia 40 adalah saatnya menjadi penengah, penyayang, dan pembimbing.

Lihat LebihDetails

Siapa Penghuni Bumi Sebelum Nabi Adam? Ternyata Ada Makhluk Lain

Oleh Yudi
21 Mei 2025
0
bumi

Namun, tidak banyak informasi mengenai apakah makhluk-makhluk bercahaya ini pernah menghuni bumi atau tidak.

Lihat LebihDetails

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
19 Oktober 2024
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah, Kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat LebihDetails

Orang Baik Tapi Tak Pernah Shalat, Bagaimana?

Oleh Yudi
22 Mei 2025
0
hidup, orang baik, shalat

Sebagian ulama, seperti Imam Ahmad dan ulama madzhab Hanbali, bahkan menganggap orang yang sengaja meninggalkan shalat sebagai kafir.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.