• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Kamis, 15 April 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Home Wacana Note

Eet Syahrani

Redaktur Dini Koswarini
11 bulan ago
in Note
Reading Time: 2 mins read
0
Foto: Instagram | Majalah Hai

Foto: Instagram | Majalah Hai

  • Bagikan Yuk :

Oleh: Saad Saefullah

KELAS 5 SD, tahun 1988. Kami berenam duduk melingkar di saung kebun milik Dani Wira. Satu pohon coklat, dan empang yang luas, dan Sabtu sore yang hujan. Kami berbicara ingin jadi apa. Giliran saya, hanya ada dua cita-cita di kepala. Jadi gitaris seperti Eet Syahrani. Dan jadi penulis karena terinspirasi oleh Hilman sampe sering kebawa mimpi.

Eet waktu itu baru saja muncul dengan “Bis Kota”-nya mengiringi Iyek (Achmad Albar). Top banget. Kemudian, dia menggantikan Ian Antono di God Bless. Makin kesengsem saja saya. Kalau Anda merasa jago gitar, tapi nggak pernah tau siapa itu Eet, mending ke laut aja, karena Eet pasti lebih jago daripada Anda. Kakak saya laki-laki, wajahnya mirip Eet, jago juga bermain gitar dan memainkan “Bis Kota”. Saya suka melongo kalau melihat dia main di depan saya.

Hilman, saya pertama kali baca Lupus di Majalah HAI bekas, beli di Pasar Jumat seharga 200 perak. Sejak itu saya juga menulis di buku tulis. Pas edisi awal PSBB, saya membaca semua karya Hilman yang ada di rumah, terutama Olga dan Lupus tentu saja.

Seiring usia, keinginan jadi kayak Eet menguap. Bukan apa, kelas 3 SMA, saya malah jadi nge-fans sama Ahmad Dhani. Tapi keinginan menulis tak pernah padam.

Waktu itu, saat melingkar itu, semua sahabat masa kecil menyatakan mendukung saya menulis. Mereka menceritakan ide-ide dan saya kebagian menuliskannya. Cerita pertama kami adalah tentang pendekar, karena waktu itu kami baca Wiro Sableng “Empat Brewok dari Gua Sanggreng” di mushola kampung saat orang pada tarawih.

Tapi selain para sahabat, tak ada yang percaya saya bisa jadi penulis. Tahun 1988, di kampung kecil, tak akan ada yang yakin, engkau bisa hidup dari melakukan hal seperti itu.

Akhir kelas 3 SMA, tahun 1995, hampir saja saya ingin jadi guru. Teman sebangku mengatakan ia ingin jadi penulis. Tahun 2005, ia jadi seorang guru, dan saya hidup dari menulis.

Saya ga kaya banget dari menulis. Tapi saya hidup. Sampai saat ini, menulis adalah anugerah dari Allah SWT yang membuat saya diamanahi istri dan tiga orang anak. Tahukah Anda, kalau Anda ingin jadi penulis, Anda bisa memulainya sekarang juga. Menulis adalah satu jendela yang selalu terbuka untuk siapa saja. Saat hendak menulis, kata William Forester, “Mulailah dengan perasaanmu. Setelah itu, menulislah dengan pikiranmu.”

Hiduplah dengan cita-cita, maka engkau akan selalu menemukan tujuan. Seberat apapun keadaanmu. []

  • Bagikan Yuk :
Tags: eet syahraniehilman hariwijaya
Dini Koswarini

Dini Koswarini

Related Posts

Foto: Pinterest

Ramadhan di Pasar Rebo

13 April 2021

Tobat

11 April 2021
Foto: Pexels

Kalau Gaul sama Orang yang Suka Ngomongin Orang …

9 April 2021
Foto: Freepik

Berenti Makan Mie

8 April 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
tidak ucapkan salam saat nama rasulullah disebut

Ya Rasulullah, Sesungguhnya Saya Mencintai Engkau!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Ilustrasi. Foto: 
Adobe Stock
Miracle of Quran

Keistimewaan Kurma, Tumbuh dalam 5 Fase

Redaktur Eneng Susanti
20 menit ago
Foto: Unsplash
Akhir Zaman

3 Golongan yang Tidak Mendapat Syafaat di Hari Kiamat

Redaktur Yudi
51 menit ago
Foto: Pinterest
Ramadhan

Dinukil dari Hadis, Inilah 7 Doa Andalan di Bulan Ramadhan

Redaktur Ari Cahya Pujianto
1 jam ago
Relawan Turki Goecen Muelayim, 55, (kiri) dan Ural Hasan, 55, dari layanan pengiriman makanan buka puasa, membagikan makanan kepada seorang perempuan Muslim yang membutuhkan dan anaknya selama Ramadan di tengah pandemi COVID-19 di Wupperta, Jerman. Foto: VOA
Dunia

Ramadhan di Tengah Pandemi, Komunitas Muslim di Jerman Gelar ‘Iftar To Go’

Redaktur Sodikin
2 jam ago
ADVERTISEMENT

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Share via
  • Bagikan Yuk :
  • Twitter
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Digg
  • Email
  • Buffer
  • Pocket
  • Gmail
  • Comments
  • Subscribe
  • Facebook Messenger
  • LiveJournal
  • Bagikan Yuk :
We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications
Send this to a friend