• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Kamis, 9 Oktober 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Fiksi

Cerai

Oleh M Ardiansyah
8 tahun lalu
in Fiksi
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Foto: Introspek - Devianart

Foto: Introspek - Devianart

1
BAGIKAN

Oleh: Mawar Dani

Cintakah yang membuatnya membiarkan luka itu menimbun airmata?

AKU  baru saja mengecek file dokumen yang akan segera dikirim ke pusat. Jam masih lumayan pagi, beberapa hari ini matahari sudah tampak tersenyum menyapa kampung kami. Maklum, beberapa waktu terakhir asap memang menyelimuti hari yang kami jalani.

Mataku yang sudah mulai bermasalah dengan jarak pandang jauh menjadikan diri sebagai orang yang semakin cuek dengan lingkungan. Aku mendengar suara kereta – sebutan untuk sepeda motor bagi orang Medan – berhenti di parkiran kantor yang tak seberapa luas. Aku sempat melirik sekilas, lalu menundukkan pandangan. Khawatir jika tamu itu tersenyum, namun karena pandangan yang kurang jelas ini hanya berbalas tatapan wajahku yang jutek.

ArtikelTerkait

Tapi Ini Tanah Kami, Meski Duka dan Mati Tertanam di Sini

Hidup Itu Seperti UAP… Puisi Terakhir WS Rendra

Suamiku Mantan Majikanku

Gadis Cantik Sebagai Anugerah Tuhan

Semakin dekat aku mendengar langkah itu masuk. Ah, ternyata dia teman sekolahku, sejak SD hingga SMA satu kelas. Anaknya kini sudah dua. Dia menikah ketika aku masih menjalani semester tiga masa kuliah.

“Ada apa, Lis?”

“Aku mau minta buatkan surat talaq, bisa?”

Aku menggelengkan kepala. Sebenarnya masalah ini sudah kudengar dua tahun lalu.

“Aku panggil Ibu saja ya.” Maksudnya memanggil Ibu yang senior bekerja di kantor ini.

Dua anaknya terlihat sehat dan lincah. Aku bahkan gemas dengan anaknya yang kecil, badannya begitu montok, mirip dengan bintang iklan sufor.

“Ada masalah apa?” tanya Bu Boru.

KUA bukan hanya menangani masalah pendaftaran nikah, di sini juga terdapat BP4 yang mencakup ruang lingkup menangani perselisihan keluarga. Memang lebih baik menceritakan masalah pada tempatnya agar tidak timbul masalah baru.

“Aku mau cerai, Bu. Bisa minta buatkan surat talaq?”

Lalu Bu Boru menjelaskan, bahwa kami tidak menangani mengenai perceraian. Hanya membantu mencari solusi terhadap pernikahan yang sedang dilanda masalah.

“Masalahmu sebenarnya apa? Mungkin kita bisa cari penyelesaian yang lebih kekeluargaan sifatnya.”

Lisna, nama temanku tadi, menceritakan bahwa suaminya sudah sering melakukan KDRT. Sering keluar malam untuk minum maupun judi. Pulang menjelang subuh sehingga siang hari dijadikan sebagai waktu beristirahat.

Aku tak tega melihat dia menahan sesak atas perlakuan suaminya. Aku mengenal betul temanku ini. Wanita manapun takkan kuat bila lahir batinnya tersiksa begini. Aku memutar ingatan ke beberapa waktu sebelum dia lamaran dulu. Siang itu dia menelpon mengabarkan akan segera menikah.

“Kenapa terlalu cepat, Lis?”

“Untuk apa menunggu lagi jika sudah ada yang mau,” jawabnya kala itu.

“Apa alasanmu memilih dia?” tanyaku diplomatis. Aku memang terbiasa cerewet jika bercerita soal pasangan hidup.

“Dia ingin aku mengajarinya shalat juga mengaji. Bukankah ini baik? Katamu menjadi ladang amal.”

Saat itu aku cuma tertawa kecil menanggapinya. Sekarang terbukti menikah itu bukan seberapa cepat, tapi waktu dan dengan orang yang tepat. Sekalipun sudah ada dan niatnya baik, bukankah lebih baik melibatkan Allah dulu? Lelaki itu telah melupakan alasan yang diungkapkannya ketika memilih temanku sebagai calon istri.

Aku masih mendengarkan semua keluhannya. Yang tak bisa kubayangkan adalah bagaimana kondisi kejiwaan anaknya kelak jika mereka benar akan berpisah, tapi pernikahan yang di dalamnya terjadi kedzoliman juga hukumnya haram.

Ah, wajah itu sungguh kasihan. Kami dua sisi yang saling iri satu sama lain. Mungkin dia ingin sepertiku yang masih bisa tertidur tenang dan punya penghasilan. Sedang aku pernah juga merasa iri dengannya yang mendahuluiku menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Hari ini dia membuka mataku lewat airmata yang kian mengalir. Lewat dua bocah yang tak bersalah dan mungkin akan menjadi korban keegoisan lelaki tak bertanggung jawab.

Aku bermain-main dengan pikiranku seraya tangan tetap mengecek file. Pernikahan adalah rumah impian yang semestinya dibangun atas dasar penuh harap ridha-Nya. Bangunan yang didirikan dengan tanggung jawab. Di dalamnya terdapat kisah tentang cinta, kasih sayang dan rasa yang nyaman. Di mana letak sakinah jika tangan itu sanggup melukai wajah wanita yang menjadi pasangannya dalam buku kembar hijau-merah?

Aku lalu membayangkan bagaimana hari-hari yang dia jalani lewat potongan dialog kesedihan. Melewati semuanya tanpa bisa berbagi meski dengan orangtua maupun mertua. Bagaimana jika hari yang harus dilewati makan nasi tanpa lauk?

“Tidak ada sayur, uang sudah habis.”

Sebuah umpatan keluar dari mulut suaminya, mengujarkan dia tak becus mengatur keuangan rumah tangga. Padahal dia tahu betul jumlah nominal yang diberikan itu tak cukup. Kemudian pekerjaan rumah yang lain juga tidak bisa terselesaikan.

“Sabun juga habis, aku tidak punya uang untuk membeli.”

Satu umpatan lagi dia terima, mengatakan kalau jangan hanya berdiam diri di rumah. Mestinya bekerja dan membantu suami yang pontang panting. Sementara menurut pengakuan, sang suami pulang subuh dan tidur siang hari. Maaf kata, ingin buang air saja dia tidak bisa menggantikan memomong anak kedua mereka yang sedang aktif belajar jalan. Bagaimana jika ditinggal bekerja?

Lewat sayu mata itu aku kembali belajar. Bahkan sebelum dia datang ke kantor tempatku menjemput rezeki, aku sudah banyak memetik hikmah dari pernikahan yang (mungkin) gagal. Aku memeluknya penuh iba, ada doa yang kulangitkan semoga saja menggemparkan hati milik para suami yang lupa janjinya dalam sighat taklik. Sebab kutahu, lelaki yang berakhlak tidak akan mendzolimi istrinya. []

“Nikahkanlah putrimu dengan yang paling bertakwa di antara mereka, karena jika orang yang bertakwa itu mencintai anakmu maka dia akan memuliakannya dan jika dia tidak mencintai putrimu maka dia tidak akan mendzoliminya.”

Asahan, 03/11/2015
Mawar Dani, pegiat tulis berdomisili di Asahan. Berjuang memuliakan hidup melalui jejakan pena.

Tags: CeraiIstriNikahPisahrumah tanggasuami
ShareSendShareTweetShareScan
ADVERTISEMENT
Previous Post

Koneksi Internet Boleh Hilang

Next Post

Ini Empat Tulisan Jonru yang Jadi Alasan Hakim Putuskan Vonis Penjara

M Ardiansyah

M Ardiansyah

Terkait Posts

Palestina, Semangka, tanah, Pelajaran dari Gaza, Palestina, Palestina

Tapi Ini Tanah Kami, Meski Duka dan Mati Tertanam di Sini

6 November 2023
Hadits tentang Sabar, Konsultasi Kesehatan, Puisi Terakhir WS Rendra

Hidup Itu Seperti UAP… Puisi Terakhir WS Rendra

10 Oktober 2023
KDRT, Balasan bagi Orang yang Suka Memaki dan Menyakiti Orang Lain, Suamiku

Suamiku Mantan Majikanku

17 Agustus 2023
cantik, Rukun Islam, Amal Penghapus Dosa

Gadis Cantik Sebagai Anugerah Tuhan

9 Maret 2023
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

Senin

Jangan Lagi Bilang “Nggak Suka Senin!”

Oleh Dini Koswarini
14 Juli 2025
0

Cerai, Sebab Zina Dilarang dalam Islam, zina, Penyebab Lelaki Selingkuh, Talak

Talak: Halal yang Dibenci, Senjata Iblis untuk Memecah Belah

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999! 1

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999!

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Terpopuler

21 Sifat Manusia Menurut Al Quran

Oleh Laras Setiani
17 Oktober 2019
0
ilustrasi.foto: kiblat

Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya...

Lihat LebihDetails

85 Motto Hidup dari Kutipan Ayat Alquran

Oleh Eneng Susanti
17 Januari 2023
0
motto hidup ayat Alquran, cara menjadikan Al-Qur'an sebagai penyembuh

SAHABAT mulia Islampos, ada banyak pelajaran dan hikmah yang bisa dipetik dari Alquran. Banyak pula kutipan ayat Alquran yang bisa...

Lihat LebihDetails

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0
Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

Padahal, mengungkit dosa masa lalu seseorang yang sudah bertaubat adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam dan sangat dibenci Allah.

Lihat LebihDetails

6 Hadist Nabi tentang Akhlak Mulia

Oleh Dini Koswarini
10 Agustus 2021
0
Keturunan Syarif dan Syarifah Akhlak Mulia Menasihati Diri Sendiri, Meraih Kasih Ilahi dengan Saling Mengasihi, Cara Dakwah Mujadalah Billati Hiya Ahsan, Perlakuan Istimewa Malaikat pada Orang Beriman, Keimanan, Hak dan Kewajiban Seorang Muslim, Tawadhu, Waktu Mengucapkan Subhanallah, Apa Kabar?, Arti Ana Uhibuka Fillah, adab penting dalam Islam, Cara Obati Hati yang Sakit, Ikhlas, Adab Berbicara dalam Islam, Perkara yang Disukai dan Dibenci Allah, Rezeki yang Sering Dilupakan Manusia, Kecerdasan Orang Bertakwa, Amalan Ringan Berpahala Besar, Amalan Ringan Berpahala Besar, Muslim Terbaik, Orang yang Dicintai oleh Allah, Syafaat Nabi, Majelis Ilmu, Perkara Iman, Jenis Orang Muslim di Bulan Ramadhan, Nikmat, Akibat Berbuat Benar, Ibadah

Akhlak mulia yang melekat pada seseorang menjadikan ia menjalankan segala kegiatan dengan sempurna. Pada akhirnya, ia akan meraih kehidupan yang...

Lihat LebihDetails

Syair yang Membuat Imam Ahmad Menangis

Oleh Saad Saefullah
26 Juli 2019
0
Foto: ABC

Wahai Tuhanku, inilah seorang hamba yang kembali, siapalah yang sanggup menerimanya?

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.