PENYEBAB polusi udara di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), di duga karena hujan yang tak kunjung turun akibat asap pembakaran yang di perparah oleh efek fenomena El Nino.
Dalam beberapa Minggu terakhir ini, daerah Tangerang Selatan dan Jakarta menempati posisi elite ranking kualitas udara terburuk Indonesia. Di saat yang sama, musim kemarau sudah menerpa Jabodetabek dan El Nino sudah muncul.
El Nino sendiri merupakan fenomena pemanasan muka air laut di Samudera Pasifik yang berdampak pada penurunan curah hujan global, termasuk di Indonesia.
BACA JUGA:Â Ibu Ridwan Kamil Restui Anaknya Jika Maju Pilgub Jakarta
Data terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa El Nino masuk dalam tahap yang moderat.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga, sedang mengkaji fenomena polusi udara yang terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang semakin meningkat beberapa pekan terakhir.
Dikutip dari kompas.com, kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, pengkajian tersebut merupakan respons dari perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk segera mengatasi polusi udara di Ibu Kota dan daerah sekitarnya.
“BRIN saat ini sedang mengkaji fenomena polusi udara yang tiba-tiba meningkat akhir-akhir ini” kata Laksana
Laksana juga mengatakan, pengkajian tersebut sedang berjalan dan belum mendapat hasil yang akurat untuk saat ini.
“Kalau di Jakarta karena musim kemarau banyak ladang-ladang yang dibakar jadi banyak asap yang mengambang,” kata Profesor Meteorologi dan Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian.
Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir, per Senin (14/8) pukul 15.21 WIB, Tangerang Selatan, dan Banten, mendapat skor 170 alias masuk dalam kategori tak sehat (unhealthy) dan berada di posisi kedua nasional.
BACA JUGA:Â Â Jakarta Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia
Sementara, ibu kota Jakarta berada di posisi keenam dengan skor 148 yang termasuk kategori tak sehat untuk kelompok sensitif. Sementara itu, untuk kualitas udara yang terburuk itu ada di Terentang, Kalimantan Barat, dengan skor 176.
Propesor BRIN pun, menyarankan pemerintah untuk menambah populasi pohon, melakukan hujan buatan, hingga membuat aliran air buatan untuk bangunan vertikal.
“Kalau saya bilang Jakarta itu diperbanyak air yang mengalir dari atas. Bukan air mancur, tetapi jendela gedung-gedung dialiri air biar terjadi wet deposition,” tuturnya. []
REDAKTUR: SYIFA MIFTAHUL RAHMA | CNN INDONESIA | KOMPAS.COM