• Redaksi
  • Iklan
  • Disclaimer
  • Copyright
Kamis, 19 Mei 2022
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result
Home Tsaqofah

3 Jenis Amalan, Ada yang Mesti Ditampakkan dan Ada yang Harus Disembunyikan

by Eneng Susanti
2 bulan ago
in Tsaqofah
Reading Time: 3 mins read
0
amalan bernilai sedekah, Kisah teladan Aisyah, amalan, pentingnya bersedekah, Asma binti Abu Bakar tips idul adha

Ilustrasi: King Center

PARA ulama salaf kerap menyembunyikan amal ibadah mereka demi menjaga kemurnian niatnya. Meneladani mereka, kita pun perlu mengetahui, amalan apa yang mesti disembunyikan tersebut?

Para ulama ada yang menjelaskan bahwa untuk amalan sunnah –seperti sedekah sunnah dan shalat sunnah-, maka lebih utama dilakukan sembunyi-sembunyi. Melakukan seperti inilah yang lebih mendekatkan pada ikhlas dan menjauhkan dari riya’. Sedangkan amalan wajib –seperti zakat yang wajib dan shalat lima waktu-, lebih utama dengan ditampakkan.

Namun kadang amal saleh juga boleh ditampakkan jika memang ada faedah, misalnya agar memotivasi orang lain untuk beramal atau ingin memberikan pengajaran kepada orang lain.

BACA JUGA: 7 Cara Ulama Salaf Menyembunyikan Amal Ibadahnya

Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Kaum muslimin sudah mengetahui bahwa amalan yang tersembunyi itu lebih baik. Akan tetapi amalan tersebut kadang boleh ditampakkan jika ada faedah.”

Yang pantas menampakkan amalan semacam ini agar bisa sebagai contoh atau uswah bagi orang lain adalah amalan para Nabi.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21) Yang semisal dengan para Nabi yang pantas menjadi uswah (teladan) adalah para Khulafaur Rasyidin, pewaris Nabi yaitu ulama dan da’i serta setiap orang yang menjadi uswah (teladan).

Imam Al-Iz bin ‘Abdus Salam telah menjelaskan hukum menyembunyikan amalan kebajikan secara lebih terperinci. Beliau berkata, “Ketaatan (pada Allah) ada tiga:

1 Amalan yang disyariatkan untuk ditampakkan

amalan, seni azan, bacaan ketika mendengar azan
Ilustrasi. Foto:
SeekersPath

Ini seperti adzan, iqomat, ucapan takbir ketika shalat, membaca Qur’an secara jahr dalam shalat jahriyah (Maghrib, Isya’ dan Shubuh, pen), ketika berkhutbah, amar ma’ruf nahi munkar, mendirikan shalat jum’at dan shalat secara berjamaah, merayakan hari-hari ‘ied, jihad, mengunjungi orang-orang yang sakit, dan mengantar jenazah, maka amalan semacam ini tidak mungkin disembunyikan. Jika pelaku amalan-amalan tersebut takut berbuat riya, maka hendaknya ia berusaha keras untuk menghilangkannya hingga dia bisa ikhlas dalam beramal. Sehingga dengan demikian dia akan mendapatkan pahala amalannya dan juga pahala karena kesungguhannya menghilangkan riya’ tadi, karena amalan-amalan ini maslahatnya juga untuk orang lain.

2 Amalan yang jika diamalkan secara sembunyi-sembunyi lebih utama daripada jika ditampakkan

amalan membaca Alquran, baca quran, gambaran wanita dalam alqurankeutamaan membaca alquran,
Ilustrasi. Foto:
Shutterstock

Contohnya seperti membaca Qur’an dengan sir (lirih) dalam shalat siriyah (zhuhur dan ashar, pen), dan berdzikir dalam shalat secara perlahan. Maka dengan perlahan lebih baik daripada jika dijahrkan.

3 Amalan yang terkadang disembunyikan dan terkadang ditampakkan seperti amalan sedekah

amalan sedekah
Ilustrasi. Foto:
Unsplash

Jika dia khawatir tertimpa riya’ atau dia tahu bahwasanya biasanya kalau dia nampakan amalannya dia akan riya’, maka amalan (sedekah) tersebut disembunyikan lebih baik daripada jika ditampakkan. Karena Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ

“Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271)

Loading...

Adapun orang yang aman dari riya’ maka ada dua keadaan sebagai berikut.

Dia bukanlah termasuk orang yang jadi uswah (jadi contoh), maka lebih baik dia menyembunyikan sedekahnya, karena bisa jadi dia tertimpa riya’ tatkala menampakkan amalannya.

Dia adalah orang yang jadi uswah, maka menampakan amalan –seperti amalan sedekahnya- lebih baik karena hal itu akan membuat lebih akrab dengan orang miskin dan dia pun bisa jadi uswah bagi orang lain. Dia telah memberi manfaat kepada fakir miskin dengan sedekahnya dan dia juga bisa mendorong orang-orang kaya untuk bersedekah pada fakir miskin karena mencontohi dia, dan dia juga telah memberi manfaat pada orang-orang kaya tersebut karena mengikuti dia beramal soleh.”

Termasuk point ketiga ini adalah menjaharkan atau mensirrkan bacaan surat pada shalat malam (shalat tahajud). Yang dicontohkan oleh Nabi adalah terkadang mengeraskan bacaan dan terkadang melirihkan bacaan. Nabi pun pernah shalat ketika bersama Abu Bakar beliau memelankan suaranya dan ketika bersama Umar beliau mengeraskan suaranya. Suatu saat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan Abu Bakr untuk mengeraskan suara dan memerintahkan ‘Umar untuk melirihkan suaranya.

An Nawawi mengatakan, “Terdapat berbagai hadits yang menjelaskan keutamaan mengeraskan suara ketika membaca al Qur’an dan juga terdapat hadits yang menjelaskan keutamaan melirihkan bacaan. Dari sini, para ulama menjelaskan bahwa kompromi dari hadits-hadits tersebut yaitu: melirihkan bacaan jadi lebih utama pada orang yang khawatir tertimpa riya’. Jika tidak khawatir demikian, maka bacaannya boleh dikeraskan asalkan tidak mengganggu orang lain yang sedang shalat atau tidur.” []

SUMBER: RUMAYSHO

Tags: amalan
ShareSendShareTweet



loading...
loading...
Previous Post

9 Keutamaan Utsman bin Affan

Next Post

5 Hikmah Menyembunyikan Aib atau Dosa

Eneng Susanti

Eneng Susanti

Related Posts

menjamak shalat,

Bolehkah Menjamak Shalat tanpa Ada Uzur?

17 Mei 2022
hadis tentang kemuliaan ayat kursi, jalan rezeki alquran

8 Dalil Hadis tentang Kemuliaan Ayat Kursi

16 Mei 2022
Waktu terbaik untuk berzikir, Waktu terbaik untuk berzikir, doa di bulan Ramadhan, adab terhadap diri sendiri, cara agar kaya amal dampak meninggalkan perbuatan dosa, tasbih doa manusia yang didoakan malaikat

6 Waktu Terbaik untuk Berzikir

14 Mei 2022
doa 7 pemuda kahfi, Al Quran,

Ini Fadilah Doa 7 Pemuda Kahfi

14 Mei 2022
Please login to join discussion
Advertisements

Ramadhan

Foto: Qudapan

Asal Muasal Kolak Ramadhan

by Aldi Rahadian
6:00 am
0

...

Foto: Aldi/Islampos

Puasa Ramadhan Diampuni Dosa, Benarkah?

by Saad Saefullah
7:15 pm
0

...

Foto: Abu Umar/Islampos

Kapan Lailatul Qadar Terjadi?

by Saad Saefullah
3:20 pm
0

...

orang yang mengirim sihir kepada rasulullah

Manusia Tidak Boleh Tergoda oleh Setan, Lalu Mengapa Diciptakan?

by Yudi
2:23 pm
0

...

makanan haram, Halal dan Thayyib, Hal yang Dibolehkan ketika Puasa, Puasa Qadha, Utang Puasa Ramadhan

Keluar Flek saat Puasa, Batalkah?

by Saad Saefullah
10:30 pm
0

...

ADVERTISEMENT
Facebook Twitter Youtube Pinterest

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Ramadhan
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.