INDIA–Kerusuhan berlanjut di Delhi untuk malam ketiga berturut-turut, dengan laporan tentang rumah-rumah dan toko-toko Muslim dijadikan sasaran oleh gerombolan perusuh. Sejauh ini 23 orang telah terbunuh dalam kekerasan paling mematikan yang di ibukota India dalam beberapa dasawarsa.
Bentrokan pertama kali terjadi pada Ahad (13/2/2020) antara pengunjuk rasa untuk yang menentang hukum kewarganegaraan yang kontroversial. Namun sejak itu laporan menyebut adanya serangan terhadap orang-orang yang disasar berdasarkan agama mereka.
BACA JUGA:Â Warganet Kutuk Kekerasan terhadap Demonstran Muslim di India
Foto dan video yang berdear di media sosial, terutama Twitter, melukiskan suasana mencekam di New Delhi. Ada laporan pembakaran, sekelompok pria membawa tongkat pemukul, batang besi dan batu, berkeliaran di jalan-jalan dan terjadi bentrok antara orang-orang Hindu dan Muslim.
Menurut laporan lokal, sebuah masjid dikelilingi oleh gerombolan massa yang marah meneriakkan slogan-slogan India ultranasionalis sambil menempatkan “bendera Hanuman” di bagian atas masjid.
Dua jurnalis India juga diduga diserang oleh gerombolan massa ketika mereka melaporkan tentang masjid yang terbakar, seperti yang dilaporkan oleh the Week.
Masjid lainnya pun dirusak pada Selasa (25/2/2020) sore. Cuplikan yang dibagikan secara luas menunjukkan para pria berusaha merusak simbol bulan sabit dari atas menara masjid
Kekerasan itu berpusat di lingkungan mayoritas Muslim di utara-timur Delhi, seperti Maujpur, Mustafabad, Jaffrabad, dan Shiv Vihar yang hanya 18 km (11 mil) dari jantung ibukota.
Banyak orang, termasuk jurnalis, dan warganet, berbicara tentang massa yang menuntut untuk mengetahui agama mereka. Setidaknya satu foto jurnalis mengatakan dia diminta untuk melepas celananya untuk membuktikan identitasnya. Seperti diketahui, kebanyakan pria Muslim disunat karena dianggap sebagai bagian penting dari agama mereka.
BACA JUGA:Â Bentrok di India, Masjid di Bakar, Belasan Orang Tewas, dan Ratusan Lainnya Cedera
Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan India (CAA), yang memudahkan jalan bagi non-Muslim dari negara-negara tetangga mayoritas Muslim untuk memperoleh kewarganegaraan, telah memicu berminggu-minggu protes yang kadang-kadang diiringi kekerasan terhadap pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi. Aturan ini dipandang oleh lawan-lawannya sebagai diskriminasi terhadap Muslim.
Protes terhadap undang-undang tersebut telah berlangsung sejak Desember 2019. Komunitas muslim dan aktivis dari berbagai kalangan mengecam dan memprotes undang-undang kontroversial tersebut. Sedangkan, para pendukung undang-undang itu berasal dari kalangan Hindu pendukung PM Modi.
Orang-orang yang mendukung undang-undang kewarganegaraan baru tersebut diketahui memukuli para demonstran Muslim selama bentrokan. []
SUMBER: ISLAMTICS