SHALAT sunnah rawatib adalah ibadah tambahan yang menyertai shalat fardhu lima waktu. Meski sifatnya sunnah, rawatib memiliki keutamaan luar biasa yang sangat dianjurkan untuk dijaga. Rasulullah ﷺ sendiri konsisten mengamalkannya, hingga para ulama menyebutnya sebagai sunnah muakkadah (sunnah yang sangat ditekankan). Lantas, mengapa kita tidak sebaiknya meninggalkan shalat sunnah rawatib? Berikut beberapa alasannya:
1. Menutup Kekurangan dalam Shalat Fardhu
Tidak ada yang bisa menjamin bahwa shalat wajib kita sempurna dari awal sampai akhir. Bisa jadi kita khusyuk di awal, lalu pikiran melayang di tengah-tengah. Di sinilah pentingnya rawatib—sebagai penutup kekurangan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Jika baik shalatnya, maka baik pula seluruh amalnya. Jika ada kekurangan, maka Allah berfirman: ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah itu akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
BACA JUGA: Waktu Shalat Sunnah Shubuh
2. Pahala yang Sangat Besar
Shalat sunnah rawatib bukan hanya ibadah tambahan biasa. Keutamaannya luar biasa. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang menjaga shalat sunnah rawatib dua belas rakaat dalam sehari semalam, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di surga.”
(HR. Muslim)
Dua belas rakaat itu terdiri dari:
-
2 rakaat sebelum Subuh
-
4 rakaat sebelum Zuhur dan 2 rakaat sesudahnya
-
2 rakaat sesudah Maghrib
-
2 rakaat sesudah Isya
Dengan mengamalkannya secara rutin, kita bukan hanya mendapat pahala besar, tapi juga jaminan tempat di surga—sesuatu yang seharusnya menjadi tujuan utama hidup seorang Muslim.
3. Cermin Cinta dan Ketekunan dalam Ibadah
Menjaga rawatib menunjukkan kesungguhan dan cinta kita kepada Allah. Shalat sunnah adalah bentuk kerinduan seorang hamba untuk terus dekat dengan Tuhannya, bahkan di luar waktu-waktu wajib. Ia menjadi bukti bahwa kita tidak beribadah hanya karena kewajiban, tapi karena cinta dan kebutuhan spiritual.
4. Menghadirkan Ketenteraman Jiwa
Rawatib yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat fardhu membantu hati lebih tenang dan khusyuk. Ia menjadi “pemanasan” sebelum masuk ke shalat wajib dan “pendinginan” setelahnya. Banyak yang merasakan, ketika rajin mengerjakan rawatib, hati lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan hidup lebih teratur.
5. Meneladani Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ sangat menjaga shalat rawatib, terutama dua rakaat sebelum Subuh. Bahkan beliau tidak pernah meninggalkannya, baik dalam keadaan sehat maupun safar (bepergian). Ketika kita ikut menjaga rawatib, kita sedang meneladani kebiasaan Rasulullah—dan itu termasuk bukti kecintaan kepada beliau.
BACA JUGA: Bolehkah Shalat Sunnah di Atas Motor?
Shalat sunnah rawatib adalah salah satu bentuk ibadah yang ringan namun berpahala besar. Ia menjaga, melengkapi, dan mengangkat derajat spiritual kita. Jangan anggap remeh hanya karena statusnya “sunnah”. Bisa jadi, di hadapan Allah, shalat rawatib yang kita jaga setiap hari itulah yang menyelamatkan kita di akhirat nanti.
Maka, sebaiknya kita berusaha menjaga shalat rawatib sebaik mungkin. Karena tidak ada ruginya memperbanyak ibadah—hanya ada manfaat, pahala, dan ketenangan yang menanti. []











