• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Minggu, 14 Desember 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Renungan

Memaknai Tahun Baru Hijriah

Oleh Sodikin
5 tahun lalu
in Renungan
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
bulan haram

Ilustrasi. Foto: alkhawthar

0
BAGIKAN

Oleh : Ahmad Fatoni
Pengajar Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Malang

HIJRAH. Momen yang menjadi dasar sistem penanggalan Islam adalah fakta atas transformasi perilaku sosial yang berhasil di bawah binaan langsung dari Nabi Muhammad. Perpindahan kaum  muslimin dari Mekah ke Madinah merupakan pintu gerbang terwujudnya sebuah masyarakat Islam yang berkeadaban.

Atas dasar itulah, momentum tahun baru hijriyah identik dengan cita-cita luhur menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Kendati tidak harus berpindah secara fisik, hijrah saat ini bisa direfleksikan dengan perbaikan sikap dan perilaku masyarakat supaya tidak terjerumus pada nilai-nilai amoralitas.

BACA JUGA: Mengapa Dianjurkan Puasa Tanggal 9 dan 10 Muharram?

ArtikelTerkait

Saat Ga Punya Duit, Waduh Rasanya ….

Saat Kita Diuji dengan Banyaknya Harta

Paksakan Bangun Shalat Malam

Uang Memang Bisa Beli … tapi Tidak Bisa Beli ….

Makna Historis

Tahun hijriah dalam Islam tidak lepas dari sejarah awal perkembangan Islam. Pada zaman kekhilafahan Umar bin Khattab muncul persoalan. Masa itu Abu Musa al-Asy’ari sebagai salah seorang gubernur menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Mendapatkan masukan ini, khalifah Umar bin Khatab menggelar musyawarah. Maka dikumpulkanlah beberapa sahabat senior seperti Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhan bin Ubaidillah.

Dalam musyawarah itu lahir beberapa usulan terkait penetapan tahun Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan kelahiran Nabi Muhammad. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad menjadi Rasul. Dan ada pula yang mengusulkan berdasarkan hijrah Rasulullah SAW. Usulan terakhir ini datang dari Ali bin Abi Thalib yang kemudian disepakati. Maka ditetapkanlah tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah SAW.

Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriah digunakan nama-nama bulan yang telah berlaku di kalangan bangsa Arab saat itu. Sejak dari hasil musyawarah itu, penanggalan hijriah lalu ditetapkan sebagai standar dalam penentuan waktu-waktu ibadah dalam Islam. Puasa diwajibkan pada bulan Ramadhan, haji pada bulan Dzulhijjah, penetapan Hari Raya Idul Fitri pada 1 Syawal dan sebagainya.

Mereka menyepakati bahwa kalender hijriah dimulai dari masa hijrah ke Madinah. Bukan dari waktu kelahiran Rasulullah, dan bukan dari diangkatnya Muhammad sebagai Rasulullah.

Dalam penentuan awal kalender Islam ini tentu mengandung hikmah besar. Jika kelahiran Rasulullah, itu adalah skenario dari Allah. Demikian pula diutusnya Muhammad sebagai seorang utusan juga adalah kehendak Allah.

Namun peritiwa hijrah, meski atas skenario Allah, ia sebuah proses manusiawi yang penuh dengan semangat perjuangan Rasulullah SAW untuk diteladani generasi berikutnya. Melihat kondisi Mekah yang tak lagi kondusif bagi perkembangan dakwah Islam, Rasulullah lalu keluar menuju Madinah sebagai basis gerakan yang siap dihuni oleh kaum muslimin.

Hijrah yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya bukanlah pengorbanan yang ringan. Banyak di antara mereka menghadapi siksaan di kampung halamannya harus berpindah ke negeri lain yang tidak dikenal dan masih samar akan masa depan mereka. Di saat yang sama mereka harus meninggalkan rumah dan harta benda yang tidak mungkin dibawa. Namun karena iman, mereka menempuh perjuangan yang amat melelahkan.

Para sahabat pun rela meninggalkan kampung halaman dan semua harta benda mereka. Bahkan rela bertaruh nyawa sebab tidak ada jaminan bahwa hijrah tersebut berjalan mulus tanpa gangguan kafir Quraisy hingga bisa keluar dari Makkah dengan selamat. Terlebih hijrahnya Rasulullah dan Abu Bakar yang langsung diburu oleh kafir Quraisy serta disayembarakan dengan hadiah besar bagi siapa yang bisa menangkap Rasulullah, hidup atau mati.

Makna Kontekstual

Hijrah secara maknawi selalu kontekstual sampai kapan pun. Hijrah bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi konsistensi diri memperjuangkan nilai-nilai luhur sehingga terwujud suatu masyarakat beradab dan sejahtera lahir batin. Nilai dan semangat hijrah menghendaki perubahan dari kejahiliyahan menuju pencerahan. Hijrah dari kekufuran menuju keimanan. Hijrah dari kesyirikan menuju ketauhidan. Hijrah dari kamaksiatan menuju ketaatan. Hijrah dari kebohongan menuju kejujuran. Hijrah dari yang haram menuju yang halal.

Tahun baru Hijriah sejatinya melecut semangat kebersamaan melakukan transformasi di berbagai lini kehidupan. Sebagai khalifah di muka bumi, kita diwajibkan mewujudkan nilai-nilai transformatif yang terkandung dalam semangat hijrah sehingga fungsi agama Islam tidak terkesan “mati gaya” ketika berhadapan dengan tantangan zaman. Di tengah kesemrawutan hidup, peran agama diperlukan sebagai kekuatan yang dapat menawarkan solusi.

BACA JUGA: Perlindungan Allah bagi Rasulullah dan Abu Bakar ketika Hijrah

Hijrah dapat pula diartikan perpindahan suatu kaum menuju kondisi yang lebih baik. Ini artinya terdapat perpindahan aktivitas fisik-geografis atau perubahan sikap dan laku. Itu sebabnya, tahun baru Hijriyah mestinya dimaknai sebagai ruang dan waktu merenungi semangat Nabi Muhammad dalam mewujudkan masyarakat madani. Pergantian tahun harus menyadarkan kita untuk berubah dan berpindah menuju kehidupan yang layak.

Dalam konteks pergantian tahun baru hijriyah, yang jatuh pada Kamis, 1 Muharam 1442 H, senyatanya bisa dijadikan bahan evaluasi transendental guna memperbaiki diri dalam setiap langkah keberagamaan kita. Andaikan tahun baru hanya dijadikan ritual seremonial belaka, fungsi Islam sebagai problem solver, seolah jauh panggang darai api.

Walhasil, nilai-nilai keislaman diharapkan dapat menciptakan kondisi sosial yang bermartabat dan sejahtera lahir batin sesuai dengan nilai-nilai dan semangat hijrah. Pergantian tahun baru dalam Islam, sejatinya melahirkan kesadaran publik, terutama di kalangan pemimpin, agar persoalan yang mendera bangsa ini terkikis habis. Bermula dari kesadaran inilah akan timbul kesadaran transformatif membebaskan masyarakat dari belitan kesulitan hidup yang berkepanjangan.

Pertanyaannya, mengapa umat Islam saat ini masih terjerat dalam teks-teks normatif walaupun peringatan hijrah selalu dikaitkan dengan perbaikan? Salah satu jawabannya adalah karena tahapan transformasi sosial dalam umat ini belum berjalan secara optimal. Seremoni peringatan tahun baru hijriah masih dalam tataran wacana pelengkap sambutan, pidato atau ceramah-ceramah, sehingga kehilangan konteksnya. []

Tags: HijrahMuharramtahun baru hijriyahtahun baru islam
ShareSendShareTweetShareScan
ADVERTISEMENT
Previous Post

Lakukan Ini di Bulan Muharram, Dosanya Lebih Besar Lho!

Next Post

Ibu Muda di Bandung Ini Mau Jual Rumah dan Siap Dinikahi Pembelinya

Sodikin

Sodikin

Terkait Posts

Duit, Uang

Saat Ga Punya Duit, Waduh Rasanya ….

12 Juli 2025
qarun, harta

Saat Kita Diuji dengan Banyaknya Harta

11 Juli 2025
Tahajjud, Amalan di Pagi Hari, Shalat Taubat, Renungan, Tahajjud, Shalat Malam, shalat tahajud, Bangun Malam, Surah Al-Baqarah, Shalat Witir, Shalat Malam

Paksakan Bangun Shalat Malam

10 Juli 2025
Rezeki, Jalan Rezeki, pencuri, Uang Haram, Sedekah

Uang Memang Bisa Beli … tapi Tidak Bisa Beli ….

10 Juli 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

Senin

Jangan Lagi Bilang “Nggak Suka Senin!”

Oleh Dini Koswarini
14 Juli 2025
0

Cerai, Sebab Zina Dilarang dalam Islam, zina, Penyebab Lelaki Selingkuh, Talak

Talak: Halal yang Dibenci, Senjata Iblis untuk Memecah Belah

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999! 1

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999!

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Terpopuler

MasyaAllah, Inilah 124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan beserta Artinya

Oleh Haura Nurbani
24 Agustus 2023
0
Hukum Mengubur Ari-ari Bayi, Fakta Bayi Baru Lahir, ASI, ciri bayi cerdas, nama, Nama Anak Perempuan, Hukum Bayi Tabung dalam Islam, Doa ketika Melahirkan

Nama Sahabiyat adalah nama wanita-wanita agung yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam bersamanya.

Lihat LebihDetails

21 Sifat Manusia Menurut Al Quran

Oleh Laras Setiani
17 Oktober 2019
0
ilustrasi.foto: kiblat

Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya...

Lihat LebihDetails

Bait-bait syair Imam Syafi’i yang Menyentuh dan Menggetarkan Jiwa

Oleh Dini Koswarini
26 Oktober 2022
0
Penilaian Manusia, Muhasabah, Imam Syafi'i, ujian, akad

Inilah Bait-bait syair Imam Syafi’i rahimahullah yang bisa kita jadikan sebagai keteladanan di saat kondisi seperti sekarang ini.

Lihat LebihDetails

4 Ayat Alquran tentang Keindahan Alam Semesta

Oleh Eneng Susanti
10 Oktober 2024
0
Ayat Alquran yang jadi bacaan doa sebelum tidur, Ayat Alquran tentang Keindahan Alam, ayat yang mengingatkan tentang akhirat, ayat alquran tentang bersyukur

Ayat Alquran tentang Keindahan Alam

Lihat LebihDetails

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0
Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

Padahal, mengungkit dosa masa lalu seseorang yang sudah bertaubat adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam dan sangat dibenci Allah.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.