ZUBAIR bin Awaam dibesarkan oleh ibunya, Safiyyah. Ayahnya meninggal saat ia masih kecil. Safiyyah adalah seorang wanita yang kuat dan pemberani sehingga sangat ingin menjadikan anaknya menjadi orang yang pemberani pula. Kadang Safiyyah sangat keras karena dia menginginkan Zubair tumbuh menjadi pejuang yang disiplin, yang juga memiliki kualitas kecerdasan, keluhuran dan kemurahan hati.
Namun, paman Zubair, Naufal yang juga merupakan saudara laki-laki Khadijah, menganggap apa yang dilakukan oleh Safiyyah kepada Zubair sangat keterlaluan.
BACA JUGA: Zubair bin Awwam Sang Pembela Rasulullah
Naufal pun mengeluhkan hal ini kepada para tetua Bani Hasyim (suku Nabi) dan bibinya Safiyyah. Namun ketika Safiyyah mengetahui hal ini, dia menjelaskan bahwa Naufal salah paham. Safiyah menyatakan bahwa dia bersikeras kepada Zubair agar anaknya menjadi pejuang yang bijak dan kuat.
Ketika akan beranjak baligh, Zubair terlibat perkelahian dengan seorang lelaki dewasa. Zubair mengalahkan lawannya itu dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga orang itu mengalami patah tangan.
Saat hal tersebut diadukan kepada Safiyyah, ternyata ibunya bereaksi di luar perkiraan banyak orang. Safiyyah bertanya dengan sangat bahagia, “Bagaimana, apakah Zubair pantas disebut sebagai pejuang? Apakah dia membuktikan dirinya sebagai orang yang berani atau pengecut?”
BACA JUGA: Zubair bin Al Awwam, Cinta dan Perhatiannya yang Dalam pada Nabi
Karena didikan ibunya itu, Zubai terkenal sebagai seorang lelaki paling berani seusianya; Tak kenal takut dan selalu siap menghadapi segala macam bahaya, rasa sakit dan kesedihan dengan kemampuan untuk membela kebenaran, keadilan dan apa yang dia percayai, Islam. []