KETENARAN merupakan kedudukan yang sangat rawan untuk menggelincirkan seseorang. Apalagi di zaman ramainya media sosial yang bisa membuat seseorang tenar dalam waktu yang singkat.
Tak hanya kalangan selebritis yang memang sudah pasti menjadi idola ataupun publik figur, namun kini ada pula orang-orang yang terkenal dari sisi yang lain. Sebagian mereka ada yang terkenal karena dia seorang qari’ Al-Qur’an yang terkenal karena bagus bacaannya dan karena kemerduan suaranya, sehingga banyak orang yang mendatanginya.
Di antara mereka juga ada yang berperan sebagai seorang dai yang terkenal sehingga dielu-elukan masyarakat. Dan tanpa disadari para dai ini juga ibarat seorang selebriti. Tentu hal ini harus diwaspadai karena syetan bisa menggoda sehingga orang-orang terkenal ini menjadi ujub dan ‘gila pujian.’
Ibrahim bin Adham pernah berkata,
“Tidaklah jujur kepada Allah, seorang hamba yang mencintai ketenaran.”
Oleh karena inilah Ibnu Mas’ud ra mewasiatkan untuk dirinya sendiri yang menjelaskan keadaan beliau dan menjelaskan apa yang wajib untuk dilakukan –katakanlah– oleh siapa saja yang memiliki pengikut, beliau mengatakan:
“Seandainya kalian mengetahui dosa-dosaku, tidak akan ada orang yang mau berjalan di belakangku (mengikutiku) walaupun cuma dua orang, dan niscaya kalian akan menaburkan debu di kepalaku.”
Wajib atas siapa saja yang memiliki ketenaran atau dia termasuk orang yang menjadi idola manusia, untuk senantiasa menganggap rendah dirinya di tengah-tengah masyarakat. Dan hendaknya dia menampakkan hal itu namun bukan agar dimuliakan oleh publik karena haus akan pujian. Tetapi dia melakukannya semata-mata agar mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT.
Dan poros dari hal itu adalah keikhlasan, karena sungguh di antara manusia ada yang terkadang merendahkan dirinya di hadapan manusia agar dia terlihat menonjol (agar dianggap sebagai orang yang tawadhu’) di antara manusia lainnya. Hal semacam ini termasuk perbuatan syaithan.
Di antara mereka ada yang merendahkan dirinya di tengah-tengah manusia dalam keadaan Allah SWT mengetahui hatinya jujur dalam hal tersebut. Dia melakukannya karena takut perjumpaan dengan Allah SWT, dan dia takut ketika hari di mana apa yang tersembunyi dalam dada diberi balasan setimpal, dan hari ketika semua yang ada di dalam hati dibongkar. Dan ketika itu tidak ada sedikitpun yang tersembunyi dari ilmu Allah. Wallahualam. []