Usia, Selama Dipergunakan untuk Apa?
Waktu berjalan, tak bisa ditahan,
Hari demi hari datang silih berganti, perlahan.
Usia bertambah, rambut mulai memutih,
Namun pertanyaan ini terus mengiris dan menelisik:
“Usia ini, selama dipergunakan untuk apa?”
Apakah hanya untuk harta yang menumpuk di laci?
Atau gelar tinggi yang disanjung namun rapuh di sisi?
Apakah untuk tawa dalam pesta yang fana?
Ataukah dalam lara yang tak berujung makna?
Banyak berjalan, tapi lupa arah,
Banyak bicara, tapi kosong marwah.
Banyak bekerja, tapi lupa ibadah,
Banyak berlari, tapi tak tahu sudah dekat qiyamah.
BACA JUGA: Agar Waktumu Berkah, Kawan
Usia itu ibarat embun pagi,
Indah, namun cepat menguap dan pergi.
Ia bukan tentang panjangnya waktu,
Tapi seberapa berkahnya langkah yang ditempuh itu.
Jika pagi untuk dunia,
Apakah malam untuk akhirat jua?
Jika muda untuk bangga,
Apakah tua jadi lupa?
Berapa rakaat yang kita jaga?
Berapa doa yang lirih dari dada?
Berapa sedekah yang tulus tak ingin dipuja?
Berapa airmata yang jatuh karena cinta pada-Nya?
Tak sedikit usia terbuang,
Dalam gawai, tawa, atau candaan yang hilang.
Tak sedikit umur yang habis percuma,
Dalam kesia-siaan yang tampak indah di mata dunia.
Maka tanyakan pada hati yang mulai letih:
Apakah usia ini mendekat atau menjauh dari kasih?
Apakah waktu ini membawa berkah,
Atau hanya mengukir dosa yang semakin parah?
BACA JUGA: 4 Renungan tentang Perbuatan Maksiat
Sahabat,
Waktu tak menunggu kita bertaubat.
Mati tak menunggu kita khatamkan niat.
Ajal tak menanti kita bersih dari maksiat.
Jangan tunggu tua untuk bijak,
Jangan tunggu lapang untuk sedekah.
Jangan tunggu lengang untuk shalat,
Karena bisa jadi besok, kita sudah lewat.
Usia ini amanah, bukan sekadar angka,
Dipertanggungjawabkan, kelak di hadapan-Nya.
Maka selama hayat masih bersisa,
Gunakanlah untuk taat, sebelum semuanya sirna. []