• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Minggu, 17 Januari 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Tiga Panglima Hebat di Muktah

Redaktur Yudi
1 tahun ago
in Sirah
Reading Time: 3min read
0
Malaikat Penjaga Gunung

Ilustrasi: Unsplash

RASULULLAH sangat marah. Harits bin Umair, salah seorang utusannya yang bertugas untuk menyampaikan surat kepada Raja Bushra dibunuh ketika sampai di Muktah. Padahal, sudah menjadi kesepakatan di mana pun bahwa seorang utusan tidaklah boleh dibunuh. Bila itu dilakukan, sama artinya dengan mengibarkan bendera perang.

Rasulullah pun bersiap untuk mengirimkan pasukan. Untuk pertama kalinya dalam sebuah perang, Rasulullah menyiapkan tiga orang panglima yang secara bergantian bertugas memimpin pasukan.

BACA JUGA: Keyakinan Kaum Muslimin di Perang Yarmuk

Sebelum berangkat berperang Rasulullah berpesan, “Jika Zaid syahid, maka Ja’far yang menggantikannya. Jika Ja’far syahid, maka Abdullah bin Rawahah penggantinya.” (H.R. Bukhari).

Keluarlah pasukan tersebut menuju Muktah di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah. Peristiwa ini terjadi pada Jumadil Awal tahun ke-8 H. Ketika tiba di Muktah, kaum Muslim terkejut melihat jumlah musuh yang sangat banyak. Disebutkan bahwa jumlah mereka sekitar 200.000 pasukan, sementara kaum Muslim hanya sekitar 3.000 orang. Perbandingan yang tidak seimbang itu membuat hati sebagian pasukan mendadak ciut. Kemudian ada yang mengusulkan agar mereka meminta tambahan pasukan kepada Rasulullah agar pertarungan bisa lebih seimbang.

“Wahai saudaraku sekalian, sesungguhnya kita berperang bukanlah untuk mencari dunia melainkan untuk membawa agama Allah agar berjaya di bumi ini. Yakinlah bahwa jumlah bukanlah penghalang. Sesungguhnya pertolongan Allah itu amatlah dekat. Salah satu dari dua kebaikan pasti akan kita raih. Hidup mulia atau syahid di jalan-Nya,” dengan berapi-api Abdullah bin Rawahah berusaha membangkitkan kembali semangat pasukan Muslim yang turun.

Mereka pun membenarkan semua perkataan Abdullah bin Rawahah. Semangat mereka timbul kembali. Mereka pun siap untuk kembali berjihad di jalan Allah. Bertemulah dua pasukan yang tidak seimbang itu. Dengan gagah berani Zaid bin Haritsah memimpin pasukan kaum Muslim sambil membawa bendera Rasulullah. Zaid bertempur dengan sangat hebat hingga akhirnya menemui syahid setelah terkena senjata musuh.

Melihat Zaid telah syahid, maka Ja’far bin Abi Thalib bergegas mengambil bendera yang sebelumnya dipegang Zaid. Kini ia yang menjadi panglima pasukan, persis seperti yang dikatakan Rasulullah.

Pertempuran kini semakin memanas. Pasukan musuh yang jumlahnya sangat banyak seakan siap menyapu pasukan kaum Muslim. Tapi, hal ini tidaklah menciutkan nyali kaum Muslim. Mereka tetap bertarung dengan gagah berani.

Ja’far yang kini menjadi panglima perang dan memegang bendera tentu saja menjadi sasaran utama musuh berikutnya. la tahu jika bendera ini jatuh, mental pasukannya juga akan jatuh karena kehilangan pimpinan. Sekuat tenaga Ja’far membawa bendera sambil tetap bertarung melawan musuh.

Benar saja, kini musuh menyerbu Ja’far. Mula-mula mereka berhasil menebas tangan kanannya yang membawa bendera. Namun, secepat kilat tangan kiri Ja’far meraih bendera itu sebelum terhempas ke tanah dan kembali menegakkannya. Musuh kemudian berhasil menebas kembali tangan kirinya. Ja’far kini mendekap bendera itu dengan lengannya yang telah buntung. Beliau tak rela bendera Rasulullah terjatuh sementara ia masih hidup. Hingga akhirnya, Ja’far pun meraih syahid setelah kembali belasan tebasan dan tusukan senjata lawan menghujam tubuhnya.

Melihat panglima kedua telah syahid, Abdullah bin Rawahah segera menuju ke arah Ja’far dan menegakkan kembali bendera Rasulullah. Kini, ia menjadi panglima ketiga dalam perang ini. Tak kalah gagah beraninya seperti dua panglima yang telah syahid sebelumnya, Abdullah bin Rawahah maju menerjang serangan musuh. Sebagai seorang pemimpin, ia harus memberi contoh yang baik agar semangat pasukan tidak kendor.

BACA JUGA: Keberanian Ali di Perang Uhud

Sebenarnya jauh di lubuk hatinya, Abdullah bin Rawahah merasa takut melihat kehebatan serta banyaknya jumlah pasukan musuh. Tapi, buru-buru ditepisnya rasa itu dengan melantunkan syair, “Wahai diri, apa yang menyebabkanmu ragu untuk maju. Wahai diri, bukankah setiap jiwa pasti mati dan kau pun akan mati. Bukankah kematian ini yang telah lama engkau impikan? Jalan menuju jannah.”

Loading...

Tak lama kemudian, Abdullah bin Rawahah pun syahid menyusul Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Thalib. Sementara itu di Madinah, Rasulullah menceritakan peristiwa Perang Muktah seolah-olah beliau melihatnya langsung dari tempat kejadian. Rasulullah menceritakan bagaimana ketika Zaid bin Haritsah gugur, kemudian Ja’far bin Abi Thalib, lalu Abdullah bin Rawahah. Bersama dengan para sahabat yang berada di sekeliling Rasulullah, semuanya tak berhenti meneteskan air mata. Tangis kesedihan karena orang-orang terbaik di antara mereka telah pergi terlebih dahulu. Namun, kesedihan itu ditawarkan dengan berita gembira bahwasanya ketiganya telah diterima sebagai syahid. Rasulullah kemudian meminta kaum Muslim agar turut mendoakan ketiga panglima gagah perkasa yang telah menemui syahidnya di medan jihad. []

Sumber: Para Abdullah di Sekitar Rasulullah/ Penulis: Haeriyyah Syamsudin/ Penerbit: Khazanah Intelektual/ 2013

Tags: perang muktah
Yudi

Yudi

Related Posts

Islam Adalah Diin yang Sempurna

Saat Rasulullah Bacakan Surat Fushshilat, Semua Orang Kafir Bersujud

16 Januari 2021
Sepenggal Kata yang Mengkhawatirkan Abu Bakar

Tatkala Sahabat Rasul Bertanya Akan Nasibnya di Akhirat

16 Januari 2021
Nabi yang Asal Mulanya Dinamakan Zulkifli dan Ditemui Setan Menyamar Jadi Musafir

Sedekah Utsman bin Affan untuk Penduduk Madinah

15 Januari 2021
Menyoal Malam Nishfu Sya’ban

Ketika Uwais Al Qarni Menyesal karena Ketiduran

16 Januari 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
Tiba di Bandung, Siswa dari Kalimantan Tempuh Perjalanan Selama 4 Hari

Tiba di Bandung, Siswa dari Kalimantan Tempuh Perjalanan Selama 4 Hari

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

5 Bahan Alami Ini Bisa Putihkan Gigi
Renungan

Senyum Gadis Itu

Redaktur Eneng Susanti
3 jam ago
Ini Dia Ciri-ciri Harta Penuh Berkah
Opini

Bagaimana Kebijakan Fiskal pada Masa Rasulullah?

Redaktur Ari Cahya Pujianto
3 jam ago
Ibnu Thufail, Filsuf Muslim dari Granada
Sosok

Ibnu Thufail, Filsuf Muslim dari Granada

Redaktur Yudi
4 jam ago
Di Zaman Banyak Fitnah, Jangan Gampang Tertipu dengan Penampilan Orang
Dunia Ghaib

Transit di Alam Kubur 

Redaktur Sodikin
5 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add