KITA tentunya sudah diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan sejak kecil. Bukan main-main, kebersihan ternyata merupakan syarat utama terciptanya kesehatan. Untuk itu Islam telah mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan.
Namun tak hanya soal kebersihan fisik semata, jiwa pun harus bersih dari penyakit-penyakit psikologis agar tetap sehat dan kuat. Jika lingkungan cukup dibersihkan dari kotoran dan sampah agar terciptanya kenyamanan, maka untuk membersihkan jiwa kita perlu membersihkan diri dari aneka penyakit hati.
BACA JUGA: Shalat adalah Penyejuk Hati dan Penenang Jiwa
Penyakit hati bisa mengakibatkan pembangkangan dan kemerosotan akhlak. Perlahan tapi pasti penyakit hati akan menggelincirkan manusia dari jalan yang benar. Karena itu, Muslim harus senatiasa berusaha menyucikan diri dari penyakit semacam ini, yakni dengan mengamalkan metode yang dianjurkan Alquran.
Manusia senantiasa sibuk dengan urusan duniawi hingga cenderung abai dalam mengingat Allah SWT dan kehidupan akhirat. Ia menjadi begitu terhanyut dalam usaha mengejar kesejahteran fisik dan memenuhi kebutuhan materi hingga terperangkap dalam kelalaian dan kemerosotan akhlak. Hanya segelintir orang yang dipuji Allah SWT dalam firmannya berikut ini,
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli untuk mengingat Allah,“ (QS An-Nuur:37)
BACA JUGA: Shalat di Atas Tunggangan yang Berjalan
Alquran juga telah mengajarkan beberapa metode ‘pembersihan jiwa’ agar manusia tidak kehilangan arah. Adapun metode pembersihan jiwa terbaik adalah dengan mendirikan shalat lima kali sehari. Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku” (QS. Thaahaa: 14).
Shalat merupakan metode paling tepat untuk pembersihan serta penyucian jiwa. Sebab shalat dapat menyingkirkan kotoran-kotoran berupa perbuatan keji dan munkar.
Tak hanya itu shalat juga merupakan penyejuk hati dan penenang jiwa. Momen untuk bermunajat bagi orang-orang yang hatinya sedang gundah dan jiwanya sedang resah adalah saat shalat, terutama di dalam sujud. Karena posisi sujud itulah saat terdekatnya seorang hamba dengan Rabbnya. []