• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Jumat, 11 Juli 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Renungan

Sepenggal Dialog Toleransi di Warung Kopi (1)

Oleh Baehaki
6 tahun lalu
in Renungan
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Foto: Tribunkaltim

Foto: Tribunkaltim

46
BAGIKAN

Oleh: Musa Yusuf, facebook.com/yusufisme

SORE itu setelah pulang kerja, Pak Kamsud mampir di sebuah Warteg. Di warung itu pak Kamsud ditanya oleh Pak Karman pemilik Warteg tentang pendapatnya mengenai mengucapkan Selamat Hari Raya kepada pemeluk agama Non-Muslim. Lalu terjadilah dialog antara mereka berdua, Pak Karman pun memulainya dengan sebuah pertanyaan;

“Menurut Pak Kamsud, apa sih hukumya ngucapin selamat hari raya kepada non-Muslim?”

“Kalo menurut saya sih, itu pekerjaan sia-sia dan gak ada gunanya.”

ArtikelTerkait

Paksakan Bangun Shalat Malam

Uang Memang Bisa Beli … tapi Tidak Bisa Beli ….

Kepada Orang-orang yang Terlena

Jangan Penuhi Hidupmu dengan Keluhan

“Lho, koq gak ada gunanya? Kan itu bukti bahwa kita toleran terhadap umat lain?”

Baca Juga: Bentuk Toleransi Itu Ya Begini, Jangan Keliru

“Sekarang saya tanya, orang yang makan di Warteg Pak Karman ini apakah hanya orang Islam saja?”

“Tentu tidak lah pak.” Jawab Pak Karman

“Apakah Pak Karman pernah punya masalah dengan para pelanggan?”

“Kalo masalah pelanggan yang nge-bon dan ngutang sih banyak pak, tapi kita mah tetep akur-akur aja.”

“Pernah ngucapin selamat atau hadir dalam hari raya mereka yang non-muslim?”

“Ya nggak pernah tho, pak.”

“Nah, itu bukti bahwa Pak Karman sudah mampu hidup bertoleran dengan berbagai umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga saya pak, saya telah hidup berdampingan dengan non-muslim selama puluhan tahun tanpa sekali pun mengucapkan selamat terhadap hari raya mereka.”

“Hmm… tapi bukan berarti kalau hubungan kita sudah rukun, lantas kita tidak boleh mengucapkan selamat hari raya kepada mereka tho, pak? Kan kita mengucapkannya untuk memperkuat jalinan yang telah ada?”

Baca Juga: Memaknai Toleransi

“Sekarang saya tanya Pak Karman, kalau ada orang yang sedang mabuk datang ke sini, apakah pak Karman akan mengucapkan kepadanya ‘Selamat Mabuk’ dengan alasan agar pemabuk itu hubungannya tetap baik dengan bapak?”

“Kalo itu mah namanya nggak ada kerjaan Pak Kamsud, orang mabuk koq malah diselameti, pertanyaan bapak ini aneh-aneh saja.”

“Baik, saya akan tanya pertanyaan yang lebih aneh lagi; apa pendapat Pak Karman jika kita mengucapkan ‘Selamat Mencuri’ kepada maling saat mencuri, ‘Selamat Membunuh’ kepada pembunuh bayaran saat beraksi, ‘Selamat Berzina’ kepada wts yang mau berangkat ‘dinas’, atau ‘Selamat Berjudi’ kepada orang-orang yang taruhan gambling di casino, dan juga ‘Selamat Teler dan nge-Fly’ kepada orang-orang yang sedang madat dan mabuk-mabukan di bar ataupun diskotik?”

“Maksud bapak gimana tho? Saya koq belum nangkap?”

“Maksud saya begini Pak Karman, di dalam Islam, dosa itu telah dibagi ke dalam beberapa tingkat, dosa terbesar dan tertinggi itu adalah Syirik dan Kufur, baru setelah itu dosa-dosa lainnya seperti membunuh, mencuri dan sebagainya. Kalo kita merasa janggal mengucapkan ‘Selamat Mabuk’ kepada seseorang saat minum Vodka, atau ‘Selamat Membunuh’ kepada tentara israel saat ngebom Gaza misalkan, aturannya kita lebih merasa janggal lagi jika kita mengucapkan ‘Selamat Bersyirik’ atau ‘Selamat Berkufur-ria’ kepada orang-orang yang secara terang-terangan memperingati hari raya mereka yang sudah jelas itu dosa yang lebih besar daripada minum arak misalkan.”

“Ya beda lah Pak Kamsud, mencuri dan membunuh itu kan menzalimi orang lain, masa kita tega ada orang kecurian justru kita mengucapkan selamat kepada pencurinya? Kalo mengucapkan selamat hari raya kan gak ada yang terzalimi.”

Baca Juga: Kisah Toleransi Rasulullah dalam Perjanjian Hudaibiah

“Nah, itu dia Pak Karman, kepada sesama manusia aja kita gak sampe hati ngucapin kaya gitu, padahal orang yang kecurian itu bisa jadi bukan siapa-siapa kita, lantas bagaimana kita dengan Allah pak Karman? Yang telah memberi kita nyawa, rejeki, kehidupan, dunia dan seisinya, masa’ kita tega banget ngucapin ‘Selamat’ kepada orang yang terang-terangan menyekutukan-Nya? Dimana adab dan nurani kita pak? Sungguh terlalu. Terus, kalo bapak bilang gak ada yang terzalimi itu juga salah pak, sebab orang yang di dalam hatinya terdapat kesyirikan sesungguhnya dia tengah menzalimi diri sendiri. Innas-Syirka ladzulmun ‘adzim. Sesunguhnya syirik itu adalah kezaliman yan sagat besar.”

“Tapi kan, Islam itu agama Rahmatan Lil ‘Alamin pak, tiada paksaan untuk masuk Islam.”

“Pertama, di dalam Al-Qur’an itu yang disebut sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin itu Rasulullah, bukan Islam, walaupun keduanya terdapat keterikatan kuat, tapi ini sekedar informasi saja buat bapak biar gak asal ikut-ikutan dalam menggunakan Istilah. Kedua, paksaan masuk Islam memang gak ada, tapi siksa bagi yang menolak Islam itu kekal dan nyata, pak.”

“Terus begini pak, saat saya misalkan mengucapkan selamat natal, itu kan saya sama sekali tidak mengakui keyakinan mereka. Begitu halnya saat saya datang ke gereja mereka, saya juga tidak ikutan berdoa seperti mereka.”

“Itu sama persis saat bapak pergi ke diskotik dan tempat perjudian. Apakah bapak main judi dan minum arak di sana? Tidak kan? Apakah bapak meyakini bahwa kelakuan para pemabuk dan penjudi itu baik? Tidak kan? Lantas ngapain bapak bela-belain ngucapin ‘Selamat berjudi’ atau ‘Selamat mabuk’ kepada mereka. Ini makanya saya menyebutnya sebagai hal yang tiada gunanya. Unsur manfaatnya itu terletak di mana? Jangan terlalu berkilah dengan memaksakan pembenaran yang terlalu dibuat-buat lah pak.”

BERSAMBUNG

Tags: toleransi
Share46SendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Obat Tradisional di Dunia (2-Habis)

Next Post

UBN Lepas Rombongan Uighur Kunjungi Korban Tsunami Banten

Baehaki

Baehaki

Terkait Posts

Tahajjud, Amalan di Pagi Hari, Shalat Taubat, Renungan, Tahajjud, Shalat Malam, shalat tahajud, Bangun Malam, Surah Al-Baqarah, Shalat Witir, Shalat Malam

Paksakan Bangun Shalat Malam

10 Juli 2025
Rezeki, Jalan Rezeki, pencuri, Uang Haram, Sedekah

Uang Memang Bisa Beli … tapi Tidak Bisa Beli ….

10 Juli 2025
Nasihat, Malaikat, Terlena

Kepada Orang-orang yang Terlena

9 Juli 2025
Keluhan

Jangan Penuhi Hidupmu dengan Keluhan

7 Juli 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Tahajjud, Amalan di Pagi Hari, Shalat Taubat, Renungan, Tahajjud, Shalat Malam, shalat tahajud, Bangun Malam, Surah Al-Baqarah, Shalat Witir, Shalat Malam

Paksakan Bangun Shalat Malam

Oleh Haura Nurbani
10 Juli 2025
0

Ngabuburit, Prinsip Kebahagiaan, Muslim yang Bersyukur, Ikhlas, Target, Rahasia

5 Hal yang Harus Selalu Kamu Jadikan Rahasia dalam Hidup

Oleh Saad Saefullah
10 Juli 2025
0

Rezeki, Jalan Rezeki, pencuri, Uang Haram, Sedekah

Uang Memang Bisa Beli … tapi Tidak Bisa Beli ….

Oleh Dini Koswarini
10 Juli 2025
0

rumah tangga, suami, istri

Pertengkaran dalam Rumah Tangga, Sebab Suami atau Istri Tidak Puas

Oleh Yudi
10 Juli 2025
0

diabetes

Apakah Terkena Diabetes di Usia Muda Bisa Sembuh?

Oleh Yudi
10 Juli 2025
0

Terpopuler

Syair yang Membuat Imam Ahmad Menangis

Oleh Saad Saefullah
26 Juli 2019
0
Foto: ABC

Wahai Tuhanku, inilah seorang hamba yang kembali, siapalah yang sanggup menerimanya?

Lihat LebihDetails

Ciri-ciri Darah yang Sudah Rusak yang Bisa Dikenali oleh Diri Sendiri

Oleh Dini Koswarini
10 Juli 2025
0
Puasa, Sakit Kepala, Darah

Berikut adalah ciri-ciri darah yang sudah ‘rusak’ atau tidak sehat yang bisa secara umum dikenali oleh diri sendiri.

Lihat LebihDetails

Apa Hukum Memalsukan Absen di Tempat Kerja?

Oleh Haura Nurbani
9 Juli 2025
0
Kerja

Pertanyaan: Apa hukum memalsukan absen di tempat kerja dalam pandangan Islam?

Lihat LebihDetails

Jarang Diketahui Muslim, 5 Hewan Ini Ternyata Tidak Boleh Dipelihara

Oleh Yudi
18 Juni 2024
0
HEWAN, tikus

Pada dasarnya seorang Muslim boleh saja memelihara hewan, tetapi tentu saja yang dibolehkan berdasarkan syariat.

Lihat LebihDetails

Yang Tidak Disukai oleh Istri dari Suami ketika Jima

Oleh Saad Saefullah
6 Juli 2025
0
Jima, Suami

Jima menjadi sarana memperkuat cinta, kasih sayang, dan keharmonisan rumah tangga.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.