RIYA’ dalam Islam adalah perilaku memperlihatkan amal ibadah atau kebaikan dengan maksud untuk mendapatkan pengakuan atau pujian dari orang lain, bukan semata-mata karena Allah SWT. Perilaku ini termasuk dalam penyakit hati yang dapat merusak keikhlasan dan menjadikan amal seseorang sia-sia di sisi Allah.
Secara bahasa, kata riya’ berasal dari bahasa Arab ra’a yang berarti “melihat”. Dalam konteks syariat, riya’ adalah melakukan amal kebaikan dengan tujuan agar dilihat dan diakui oleh orang lain. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga keikhlasan dalam setiap ibadah agar amal tersebut diterima oleh Allah SWT.
1. Riya’ Kholish (Riya’ Murni)
Niat tidak ikhlas, pujian manusia, syirik kecil, keuntungan duniawi, status sosial.
Riya’ kholish terjadi ketika seseorang melakukan suatu amal kebaikan sepenuhnya karena ingin mendapat perhatian atau pujian dari manusia, tanpa ada niat karena Allah sama sekali. Tujuan utamanya adalah meraih keuntungan duniawi, seperti mendapatkan status sosial yang lebih baik atau dianggap sebagai orang yang saleh dan terhormat.
Jenis riya’ ini sangat berbahaya karena dapat menghapus nilai ibadah sepenuhnya dan termasuk dalam syirik kecil (syirik khafi), yaitu menyekutukan Allah dalam niat ibadah. Rasulullah SAW bersabda bahwa riya’ adalah “syirik kecil” yang paling dikhawatirkan akan menimpa umatnya.
BACA JUGA: 8 Ciri Orang yang Ada Unsur Riya dalam Ibadahnya
2. Riya’ Badan
Penampilan fisik, ekspresi wajah, bekas sujud, kesalehan fisik, kesederhanaan berlebihan.
Riya’ badan terjadi ketika seseorang menonjolkan penampilan fisiknya agar terlihat sebagai pribadi yang saleh dan taat di mata orang lain. Contohnya adalah menampilkan ekspresi wajah yang selalu terlihat serius dan khusyuk, atau sengaja memperlihatkan tanda-tanda fisik tertentu, seperti bekas sujud di dahi, dengan maksud agar dianggap sebagai orang yang rajin beribadah.
Orang yang terjebak dalam riya’ badan sering kali lebih memperhatikan kesan fisik dibandingkan dengan niat sejati dalam beribadah. Mereka mungkin menunjukkan kesalehan melalui cara berjalan, gerakan tubuh yang dibuat seolah-olah penuh ketenangan, atau memperlihatkan kesederhanaan berlebihan dengan harapan mendapatkan simpati dan pengakuan.
3. Riya’ Pakaian
Pakaian zuhud, kesalehan palsu, status sosial, pakaian mewah, penampilan alim.
Jenis riya’ ini terjadi ketika seseorang mengenakan pakaian tertentu dengan tujuan agar dianggap sebagai orang alim atau taat beragama. Contohnya adalah seseorang yang memakai pakaian sederhana dan lusuh agar terlihat zuhud (tidak cinta dunia), padahal di dalam hatinya ada keinginan untuk mendapatkan pujian dari orang lain.
Sebaliknya, ada juga bentuk riya’ pakaian yang dilakukan dengan mengenakan pakaian mewah atau bermerek dengan tujuan menunjukkan status sosial yang tinggi. Kedua bentuk riya’ ini sama-sama menjauhkan seseorang dari keikhlasan sejati dalam beribadah.
4. Riya’ Ucapan
Pujian kefasihan, nasihat agama, suara merdu, berbicara lembut, zikir di tempat umum.
Riya’ dalam ucapan terjadi ketika seseorang berbicara dengan maksud untuk mendapatkan pujian dari orang lain atas kesalehannya. Contohnya adalah membaca Al-Qur’an dengan suara merdu di hadapan orang lain bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi agar dikagumi karena kefasihannya.
Selain itu, riya’ ucapan juga bisa muncul dalam bentuk memberi nasihat agama dengan niat agar terlihat bijaksana dan berilmu, atau berbicara dengan kata-kata lembut dan penuh hikmah agar mendapat pujian dari orang lain. Bahkan, tindakan seperti berzikir dengan suara lantang di tempat umum atau berbicara tentang dosa dengan ekspresi penuh penyesalan juga bisa menjadi bentuk riya’ jika niatnya bukan karena Allah.
5. Riya’ Perbuatan
Riya’ perbuatan terjadi ketika seseorang melakukan amal saleh, seperti shalat, sedekah, atau membantu orang lain, semata-mata untuk mendapat pengakuan dari manusia. Contohnya adalah seseorang yang memperpanjang rukuk dan sujud dalam shalat hanya saat ada orang lain yang melihatnya, atau bersedekah di depan umum dengan harapan mendapat pujian.
Jenis riya’ ini berbahaya karena dapat membuat seseorang terus-menerus bergantung pada pandangan manusia dan melupakan tujuan sejati dari ibadah, yaitu mencari ridha Allah SWT.
BACA JUGA: Perbedaan Ibadah Riya dan Ibadah Ikhlas
6. Riya’ Syirik (Riya’ Niat)
Niat bercampur, perhatian manusia, ibadah di media sosial, mencari ridha Allah, motivasi ganda.
Riya’ syirik adalah melakukan ibadah dengan niat yang bercampur, yaitu sebagian karena Allah dan sebagian karena ingin mendapatkan perhatian manusia. Contohnya adalah seseorang yang melaksanakan ibadah seperti shalat atau haji dengan niat utama menjalankan perintah Allah, tetapi juga berharap mendapat pujian dari orang lain.
Fenomena ini juga sering terjadi di era digital, di mana banyak orang yang membagikan foto atau video ibadah mereka di media sosial dengan niat agar terlihat saleh di mata pengikut mereka. Meskipun pada awalnya ada niat baik untuk menginspirasi, namun jika hati tidak terjaga, hal ini bisa menjadi bentuk riya’. []
SUMBER: GRAMEDIA BLOG | REDAKTUR: MUHAMMAD FAIRUZI IKHWAN