MENGAKHIRATKAN dunia itulah salah satu makna berpuasa. Makan dan minum, tidak lagi mengikuti ego, keinginan dan kebutuhan diri. Bangun tidurnya, tidak lagi mengikuti selera ngantuk. Mengisi waktunya tidak lagi mengikuti syahwat diri. Tak lagi mengikuti diri, tetapi mengikuti kehendak Allah.
“Melenyapkan” dirinya sendiri dengan ridha terhadap tuntutan Allah dalam mengelola rutinitas harian. Itulah makna besar berpuasa. Dirinya bukan miliknya, tetapi milik Allah. Kapan makan dan minum. Kapan tidur dan bangun. Bukan lagi mengikuti seleranya, tetapi mengikuti kehendak-Nya.
Jiwa yang fitri. Kembali kepada fitrah kemanusiaan. Caranya, hanya dengan mengelola kehidupan menurut bimbingan Allah dengan contoh dari Rasulullah ﷺ. Selain itu, berarti mengikuti hawa nafsu, walapun dengan dalih berdasarkan ilmu pengetahuan modern. Sebab, final dari ilmu pengetahuan hingga akhir zaman adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Hanya Muslimin yang dianugerahi Allah jalan yang lurus. Ilmu yang final. Kebenaran yang final. Keadilan yang final. Sedangkan umat yang lain masih terus melakukan pencarian hidup. Bingung tentang ragam definisi kebenaran. Akhirnya, mereka tersesat hingga berakhir pada pembuatan kerusakan dan kezaliman.
Fokus Muslimin seharusnya hanya implementasi dan eksekusi yang sempurna, bukan lagi pencarian dan pengembaraan konsep, tujuan dan sistem. Fokus Muslimin seharusnya hanya tinggal eksekusi Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ, bukan lagi pada, apakah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah ﷺ itu benar? Sesuai zaman? Bisa menyelesaikan masalah terkini?
BACA JUGA: Kebersamaan Allah Bagi Orang yang Puasa
Menceburkan diri pada “celupan” Allah. Menenggelamkan diri pada samudera bimbingan Allah hingga pada taraf bahwa diri ini tak layak untuk mengatur dirinya sendiri, hanya Allah yang berhak mengatur kehidupan dan rutinitas kesehariannya.
BACA JUGA: Ditolong Allah Karena Manajemen Harta
Berpuasalah, hingga haus dan laparnya karena mentaati-Nya. Kenyangnya karena mengikuti kehendak-Nya. Waktu makan dan minumnya karena kepasrahan pada ketentuan Allah. Berpuasa sebuah momentum besar untuk kembali menjadi hamba-Nya. []