• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Rabu, 20 Januari 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Poligami dan Dua Ustadz Muda

Redaktur Saad Saefullah
3 tahun ago
in Perspektif
Reading Time: 3min read
0
Saat Diri Terbuai Rasa Cinta, Harus Bagaimana?

Foto: PsychoShare

 

TIDAK disangka, ustad muda yang kami kenal lama sudah piawai memimpin Shalat Malam di acara-acara mahasiswa di Yogyakarta itu mengecewakan sang guru. Dia pun harus diusir lantaran soal menikah. Meski sudah beristri, diam-diam ustad muda itu menikah siri sebanyak dua kali, tanpa mengindahkan etika di organisasi dakwahnya. Bahkan, di tempat peraduan barunya, diulanginya lagi nikah siri, kali ini dengan seorang pelajar SMA.

Saya membayangkan betapa hancur hati sang istri yang pernah memaafkan sang suami kala diam-diam menikahi mahasiswi di Yogyakarta dulu. Padahal, sang istri sudah memberikannya keturunan. Saya tidak ingin menghakimi ustad muda itu, kendati tidak menyetujui perilakunya. Yang bisa saya lakukan sebatas memetik hikmah di balik perilakunya. Semoga saja saya bisa menjaga perasaan istri dan anak-anak saya untuk tidak melalimi mereka atas nama kebaikan.

Pada usia sang ustad, teringatlah saya pada Buya Hamka. Soal wanita, Hamka yang masih bergelora layaknya anak muda, tidak terpisah dari sosok sang ayah, Dr.Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul. Seperti diceritakan Rusydi Hamka dalam Pribadi dan Martabat Buya Prof Dr Hamka (1981: 1-20), umur 19 tahun sepulang berhaji, Hamka terima bujukan sang paman, Haji Yusuf Amrullah, bahwa pernikahan Hamka bisa menjadi obat pelipur lara sang ayah yang kala itu berduka. Duka akibat tiga sebab: rumah di Padang Panjang hancur akibat gempa; pelajar-pelajar di Thawalib membangkang akibat pengaruh komunisme; Belanda mengintip gerak-geriknya.

Sebenarnya, kepulangan Hamka dari berhaji saja sudah menjadi kebahagiaan ayahandanya. Demikian kata Haji Yusuf. Tapi, sang paman meminta Hamka untuk mengobati kegundahan hati sang ayah.

“Bagaimana saya mengobatinya?” tanya Hamka, polos.

“Engkau harus kawin. Buyamu gembira bila mempunya menantu,” jawab Haji Yusuf. Sang paman lantas memberitahukan bahwa Haji Rasul telah menunangkan Hamka dengan seorang gadis dari kampung tetangga bernama Siti Raham.

Dua tahun kemudian, pada umur Hamka 21 tahun dan Siti Raham 15 tahun resmilah keduanya selaku suami dan istri.

Tujuh tahun kemudian, Haji Rasul punya rencana buat Hamka. Dimintanya si anak kesayangan untuk mengikuti jejaknya: berpoligami. Hamka yang trauma dengan perceraian ayahandanya dengan sang bunda memilih untuk kabur! Ya, dia diam-diam hijrah ke Medan. Padahal, ketika itu, tahun 1936, Hamka masih punya amanah, yakni mengelola Kulliyatul Muballighin (lembaga pengader ulama di bawah Muhammadiyah) yang didirikannya; apalagi saat hijrah, baru saja akan memulai tahun ajaran baru.

Hamka memilih lari ke Medan untuk menjadi awak redaksi Pedoman Masyarakat, kendati ia dicibir karena dianggap tidak tahan hidup miskin di Padang Panjang. Padahal, alasan kepindahannya itu bukan soal periuk dapur, melainkan soal anjuran ayahandanya.

“Saya terjepit antara pendirian dan ketaatan kepada orangtua,” tutur Hamka kepada muridnya, Agus Hakim, 30 tahun kemudian setelah kejadian, sebagaimana dimuat dalam Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka (1979: 61-62).

Ayahanda Hamka ketika itu, papar Hamka kepada Hakim, “memaksaku agar aku beristri seorang lagi; hal itu amat berat bagiku akan menerimanya.”

Hamka tidak menolak poligami, tapi ia menarik pelajaran dari pengalaman orangtuanya, khususnya sang ibu kandung.

“Ibuku yang menderita akibat ayahku beristri banyak. Nasib kami anak-anak yang kadang-kadang kurang terurus, karena ayah hanya asyik menghabiskan hari dengan tipak dan giliran isri-istrinya.”

Loading...

Toh kendati tidak setuju dan merasakan derita akibat poligami Haji Rasul, Hamka tetap hormat pada ayahanda sekaligus gurundanya itu. Di dalam alinea-alinea akhir buku tipis karyanya, Kedudukan Perempuan dalam Islam (1983), Hamka menyitir  jasa Haji Rasul dalam soal pembuatan shigat ta’liq.

“Coba lihat di sini. Bukankah ini satu jasa yang besar dari seorang Ulama Besar terhadap hak wanita. Supaya terlepas dari aniayaan laki-laki?” tulis Hamka.

Memang, ustad muda yang saya kenal di awal tulisan ini belumlah sekaliber Hamka. Soal amalan diterima, Allah jualah yang tahu. Yang saya tahu, pada seusianya, Hamka sudah berani bersikap untuk tidak berpoligami, sementara ustad muda tadi memilih untuk aktif—untuk tidak mengatakan agresif—menikahi wanita lain; itu pun dengan jalan tidak ahsan. []

Tags: PoligamiUstadz
Saad Saefullah

Saad Saefullah

Lelaki dengan tiga orang anak yang menyukai kisah-kisah Nabi dan para sahabat

Related Posts

Ini Kisah Pria di India, Jadi Mualaf dan Bangun 90 Masjid setelah Hancurkan Sebuah Masjid

Dulu Pemerintahan Islam Jadi Pelindung India, Kini Muslim Jadi Minoritas dan Tertindas

14 Agustus 2020
Ledakan Dahsyat terjadi di Libanon, Saksi Mata: Seperti Bom Atom

Beirut, Apa Kabarnya?

8 Agustus 2020
nikmat yang sering dilupakan

Ramadhan, Bukan Bulan Tobat Massal

21 Februari 2019
DPR Sebut Tindakan Brutal Israel terhadap Warga Palestina Seijin AS

Genosida, Apartheid dan Pendudukan Israel di Palestina, Sebuah Fakta

6 Desember 2018
Buka Lagi
Selanjutnya
Orang Mongol, Sabun dan Mandi

Orang Mongol, Sabun dan Mandi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Elon Musk Sumbang Rp 70 M kepada Khan Academy
Muslimbiz

Elon Musk Sumbang Rp 70 M kepada Khan Academy

Redaktur Eneng Susanti
2 menit ago
Ciri Orang Fasik Menurut Imam Al-Ghazali
Tsaqofah

Ciri Orang Fasik Menurut Imam Al-Ghazali

Redaktur Yudi
31 menit ago
Jika Tuhan Ada, Mengapa Banyak Orang Tewas Akibat Bencana?
Islam 4 Beginner

Berasal dari Hadits, Ini Doa kala Ditimpa Musibah

Redaktur Sodikin
2 jam ago
Rahasia Kematian Manusia dalam Alquran (1)
Syi'ar

Wafatnya Ulama Tanda Kiamat Semakin Dekat?

Redaktur Yudi
3 jam ago

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Add Islampos to your Homescreen!

Add