KHADIJAH binti Khuwailid, seorang pemimpin kaum wanita pada masanya dan juga saudagar wanita yang memiliki harta dan kemuliaan. Ia adalah seorang wanita yang memiliki hati bersih dan jiwa yang ridha, termasuk salah satu ahli Surga.
Sebelum menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Khadijah pernah menikah dengan Abu Halah bin Zararah At-Taimi. Dengan segala apa yang dimiliki, ia menginginkan bahwa suaminya itu menjadi pemimpin di tengah-tengah kaumnya. Hanya saja, kematian memutus harapan Khadjiah. Suaminya meninggal dunia setelah memberikannya seorang anak perempuan yan bernama Hindun.
BACA JUGA:Â Cara Khadijah Tenangkan Nabi ketika Pertama Kali Menerima Wahyu
Selang beberapa lama, datang kepadanya laki-laki terhormat dari kalangan Quraisy untuk meminangnya. Ia adalah Utaiq bin Abid bin Abdullah Al-Makhzumi. Setelah itu Utaiq menikahinya. Sayangnya, pernikahan ini tak dapat bertahan lama. Khadijah, pemimpin wanita Quraisy akhirnya harus kembali menjanda walau sebenarnya ia adalah wanita idaman para lelaki terhormat di tengah kaumnya.
Namun dalam lubuk hati Khadijah, ia yakin bahwasanya ada takdir yang tengah menyembunyikannya dari hal yang besar. Yang akan membuatnya melupakan segala duka nestapa di masa lalu, dan memasukkan kebahagiaan ke dalam hatinya suatu hari.
Walau ketika itu banyak laki-laki terhormat dari pembesar-pembesar kaum yang ingin menikahinya. Namun hatinya telah tertambat kepada seorang laki-laki yang begitu mempesonanya, yang membuatnya kagum dan jatuh cinta, ialah nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
BACA JUGA:Â Tempat Khusus Khadijah di Hati Nabi
Lalu Khadijah pun mencurahkan perasaannya tersebut kepada sahabatnya yang bernama Nafisah binti Muniyyah, dan Nafisah pun segera pergi kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam membeberkan niatan Khadijah tersebut dan menganjurkan Rasulullah untuk menikahinya. Beliau pun menyetujuinya dan membicarakan hal ini dengan paman-paman beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pun mendatangi paman Khadijah dan melamar Khadijah.
Tidak lama setelah itu, pernikahan pun dilangsungkan. Akad pernikahan ini dihadiri oleh para keluarga dari kalangan Bani Hasyim dan para pembesar kabilah Mudhar. Dalam pernikahan ini, Rasulullah memberikan mahar berupa 20 ekor unta muda. Pernikahan ini terjadi setelah dua bulan Rasulullah kembali dari Syam. []
Sumber: Syaikh Mahmud Al-Mishri. Dzulqa’dah 1437 H. Biografi 35 Shahabiyah Nabi. Jakarta Timur: Ummul Qura.