BAGAIMANA cara mengetahui orang munafik zaman ini? Dulu Hudzaifah bin al-Yaman yang menjadi sahabat Nabi yang menyimpan rahasia Rasulullah tentang nama-nama orang munafik. Sekarang kita jauh sekali dari zaman Rasulullah.
Mengetahui siapa saja munafik bisa dilihat dari tiga hal dalam hadist Rasulullah, dan juga dari shalat yang ia tunaikan.
Hudzaifah bin al-Yaman, salah seorang sahabat pemegang rahasia Nabi, pernah ditanya siapakah orang munafik itu?
Lantas ia menjawab, “Orang yang mengaku Islam, namun tidak mengamalkan ajaran Islam. Dan saat ini banyak orang terang-terangan menunjukan kemunafikannya.”
Lalu, apa yang bisa katakan perihal munafik di zaman sekarang? Saat ini kita hidup di abad 15 hijriyah.
BACA JUGA: Mengapa Orang Munafik Sulit Bangun Shubuh?
Telah kita ketahui bahwasanya orang kafir merupakan musuh terbesar bagi umat Islam. Mereka menginginkan umat Islam ini tiada. Mereka ingin menguasai dunia, dengan seluruh orang mengikuti aturannya. Namun ternyata, ada yang lebih bahaya daripada orang kafir. Siapakah mereka? Mereka itulah orang munafik.
Orang kafir ingkar kepada Tuhan, sedangkan orang munafik percaya adanya Tuhan. Tapi, mengapa umat Islam sepakat bahwa orang munafik lebih berbahaya terhadap Islam dibanding orang kafir?
Orang kafir akan terang-terangan memusuhi Islam. Mereka tidak lagi sembunyi, dalam melawan ia berhadap-hadapan. Orang munafik, mengaku Islam, tetapi secara diam-diam ia memusuhi. Orang munafik punya dua pedang. Pedang yang satu dipergunakan membela agama, sedang yang satu lagi dipakai untuk menikam umat Islam. Pedang yang pertama pasif, sedang pedang kedua aktif. Dia akan aktif jika punya kesempatan untuk “menggunting dalam lipatan” atau menikam dari belakang.
Allah SWT dalam menghadapi orang beriman cukup memberi dua ayat saja. Menanggulangi permasalahan orang kafir dengan dua ayat saja. Tetapi dalam menghadapi orang munafik disediakan tiga belas ayat di surah al-Baqarah.
Lapangan nifak luas sekali. Di bidang politik, agama, pers, pemikir, pegawai, pengusaha, seniman, olahraga dan di mana-mana tercium bau munafik. Apabila agama dan dakwah digunakan sebagai jembatan untuk memperoleh kedudukan dan mencari harta, disitulah terdapat kemunafikan.
Inilah penyakit yang paling berbahaya. Dalam sebuah hadits shahih muslim terdapat hadits dari Ibnu Mas’ud:
“Tidak ada yang akan meninggalkan shalat berjamaah, kecuali orang munafik yang sudah diketahui kenifakannya.” (HR. Imam Muslim)
Oleh karena itu, apabila Anda mendapatkan seseorang keadaan sehat, segar, kuat, mempunyai waktu luang, dan tidak memiliki udzur syar’I, namun tidak mau mendatangi masjid ketika mendengar panggilan adzan, maka saksikanlah dia sebagai orang munafik.
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Sungguh aku telah berniat menyuruh mendirikan shalat sehingga berdiri (tegak). Kemudian aku berpaling kepada orang-orang yang tidak menghadiri (shalat) isya bersama kita. maka akan aku bakar rumah-rumah mereka dengan api.”
Sedangkan menurut riwayat Ahmad, “Jikalau bukan karena adanya wanita dan anak-anak di dalam rumah-rumah itu, demi Dzat yang jiwaku ada di kekuasaan-Nya, seandainya salah seorang dari mereka mengetahui bahwa ia akan mendapatkan sisa-sisa daging yang gemuk atau dua buah kaki kambing (kikil) yang bagus, niscaya ia akan menghadiri (Shalat isya bersama kita).
Dengan demikian, barangsiapa yang meninggalkan shalat berjamaah tanpa udzur syar’I berarti ia memiliki salahs atu karakter nifak. Semoga Allah melindungi kita dari perilaku demikian.
Secara garis besar, merujuk pada hadist maupun ayat-ayat di Al-Quran, terdapat tiga (tiga) ciri orang munafik.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat.” (HR. Al-Bukhari)
Sedangkan shalat orang munafik ternyata sudah disebutkan oleh Imam Ibn al-Qayyim rahimahullah.
BACA JUGA: Kisah Hidup Abdullah bin Ubay, Gembong Munafik
Enam sifat dalam sholat yang merupakan ciri orang munafik:
1. Malas dalam mengerjakannya
2. Ingin dilihat manusia ketika melaksanakanya
3. Menunda-nunda waktunya
4. Tergesa-gesa dalam gerakannya
5. Sedikit mengingat Allah di dalamnya
6. Tertinggal dari jama’ahnya (meninggalkan sholat berjamaah bagi kaum pria).
(As-Shalatu wa Hukmu Tarikiha: 1/173).
Ya Allah, kepada-Mu kami mengadukan kelemahan, betapa rendahnya kami di mata, Engkaulah Rabb kami. Jika murka-Mu tidak menimpa kami, maka kami patut bersyukur.
Kami mengikuti langkah Nabi dan para sahabat beliau untuk tetap teguh menempuh jalan yang lurus, meskipun ada orang-orang yang menyatakan diri ini sebagai munafik. []