ALAM bawah sadar kita mungkin merasa bahwa nikmat dan musibah yang dialami datang beriringan. Namun hal itu tentu tidaklah benar. Justru nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita jauh lebih banyak dari musibah yang diujikan kepada hambanya.
Coba saja kita hitung musibah yang kita hadapi dengan nikmat yang Allah beri semenjak kita lahir hingga sekarang ini. Pasti akan lebih banyak nikmat. Sehingga kadang satu kondisi, kita malah bersyukur, padahal sedang mendapatkan musibah, bencana, ujian luar biasa.
Nikmat dan Musibah, Lebih Banyak Mana?
Berkaca dari kisah Nabi yang penyabar, Nabi Ayyub alaihissalam. Nabi Ayyub tidak banyak hitung musibah karena nikmat yang diberi Allah begitu banyak. Nabi Ayyub diberi sehat 70 tahun. Lalu ia diberi sakit berat.
BACA JUGA: 7 Kenikmatan Surga Adn
Namun beliau masih bersabar ketika diberikan musibah karena nikmat yang diperolehnya dari Allah SWT masih lebih banyak. Nikmat dan musibah yang dialami tidak akan pernah sebanding.
Ibnu Syihab mengatakan bahwa Anas menyebutkan bahwa Nabi Ayyub mendapat musibah selama 18 tahun. Wahb mengatakan selama pas hitungan tiga tahun.
Ka’ab mengatakan bahwa Ayyub mengalami musibah selama 7 tahun, 7 bulan, 7 hari. Al-Hasan Al-Bashri menyatakan pula selama 7 tahun dan beberapa bulan. (Lihat Tafsir Al-Baghawi, 17:181, juga lihat riwayat-riwayat dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:351).
Namun, Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullah menyatakan bahwa penyebutan jenis penyakitnya secara spesifik dan lamanya beliau menderita sakit sebenarnya berasal dari berita israiliyyat. (Lihat Adhwa’ Al-Bayan, 4:852)
Saat mengurus dan membawa bekal pada beliau, istrinya sampai pernah bertanya kepada Nabi Ayyub yang sudah menderita sakit sangat lama, “Wahai Ayyub andai engkau mau berdoa pada Rabbmu, tentu engkau akan diberikan jalan keluar.”
Nabi Ayyub menjawab, “Aku telah diberi kesehatan selama 70 tahun. Sakit ini masih derita yang sedikit yang Allah timpakan sampai aku bisa bersabar sama seperti masa sehatku yaitu 70 tahun.”
Istrinya pun semakin cemas. Akhirnya karena tak sanggup lagi, istrinya mempekerjakan orang lain untuk mengurus suaminya sampai memberi makan padanya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:349-350)
Nikmat dan Musibah, Lebih Banyak Mana?
Jangan Sampai Jadi Hamba yang Kanud. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
Allah SWT mencela orang yang disebut kanud yaitu yang tidak mensyukuri nikmat. Mengenai ayat,
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” (QS. Al-‘Adiyat: 6)
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan mengenai ayat ini,
يَعُدُّ المَصَائِبَ وَيَنْسَى النِّعَمَ
“Orang yang kanud adalah yang terus menerus menghitung musibah demi musibah, lantas melupakan berbagai nikmat yang telah Allah beri.” (‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Ash-Shabirin, hlm. 151)
Maka kita harus lebih yakin lagi bahwa nikmat dari musibah tidak akan sebanding, karena nikmat jauh lebih banyak.
BACA JUGA: Nikmat adalah Ujian
Ibnul Qayyim itu mengatakan bahwa karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka karena sifat di atas. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari, no. 5197 dan Muslim, no. 907).
Nikmat dan Musibah, Lebih Banyak Mana?
Kalau tidak mensyukuri pemberian suami saja hukumannya seperti ini, padahal hakikatnya nikmat tersebut juga berasal dari Allah, bagaimana lagi jika kita enggan bersyukur atas nikmat Allah sama sekali. Lihat ‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin karya Ibnul Qayyim rahimahullah, hlm. 151.
Penjelasan di atas dengan tegas menyatakab bahwa nikmat dan musibah tidak setara atau bahkan disejajarkan. Nikmat yang diberikan Allah SWT kepada makhluk-makhlukNya pasti lebih banyak ketimbang ujian musibah yang diberikan.
Semoga dengan mengetahui uraian nikmat dan musibah ini membuat kita semakin banyak bersyukur kepada Allah SWT dan berusaha dengan sekuat tenaga dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Wallahu a’lam. []
SUMBER: RUMAYSHO