Oleh: Arif Shiddiq Razaan
MIMIN minta nikah. Pacaran dia ogah. Takut dilaknat Allah. Hidup bakal susah. Pikiran ikut bubrah. Bila salah melangkah. Kesucian diri bakal terbelah. Daripada banyak tingkah. Baiknya rumah tangga lekas direkah.
Tak perlu banyak kilah. Seolah rezeki sulit dicurah. Padahal itu petanda kita serakah. Niatkan saja ingin ibadah. Semoga kerja dipermudah. Mewujudlah sakinah, mawaddah, wa rahmah. Bersama belahan jiwa raih segala berkah.
Bila dua hati telah berwasilah. Suka duka akan sanggup dijelajah. Pernikahan bukan sekadar istilah. Itu merupakan salah satu risalah. Saat yakin telah tengadah. Hanya kepada-Nya patut memasrah. Meski penghasilan belum menegak galah. Menghindari zina patut untuk diolah.
Pantang terbujuk Iblis yang menggiat dosa dalam silsilah. Bukankah sebaik-baik manusia itu lihai memilah. Adakah perbuatan benar atau menyalah. Sehingga pergaulan bebas harus dicegah. Melalui kesanggupan nikah karena ibadah.
Malam Minggu kelayapan dengan pacar membuat muntah. Tindakan demikian menjurus pada tindakan lucah. Daripada menggratiskan tubuh untuk dijamah. Mengapa tidak meniatkan jiwa-raga agar bernilai mewah.
Dengan cara menjadi pribadi yang lebih terarah. Sanggup menjauhi segala larangan Allah. Kemudian bergiat menyegerakan kebaikan untuk bermuamalah. Percayalah hal yang demikian akan membuat segalanya menjadi indah. []