MENIKAH adalah solusi bagi setiap insan yang saling mencintai. Dengan menikah cinta yang kita miliki akan tersalurkan sesuai dengan fitrahnya.
Namun ketika kita memutuskan untuk menikah, yang harus dipertimbangkan adalah cakupan luas dalam biduk pernikahan, yang ternyata tidak hanya berbicara tentang persoalan cinta saja.
BACA JUGA: Pernikahan Tidak Bahagia Bukan karena Kurang Cinta, tapi karena Kurang Persahabatan
Jangan sampai kita menikah hanya karna memegang prinsip “cinta di atas segalanya”.
Menyatukan dua sejoli dalam ikatan pernikahan bukanlah hal yang sulit. Namun mempertahankannya menjadi sebuah perjuangan yang tak lekang oleh waktu.
Kita adalah makhluk yang lemah, kita diberi akal oleh Allah SWT untuk mengaktualisasikan diri kita agar dapat senantiasa menghadirkan cinta dan menumbuhkan kasih sayang pada rumah tangga yang kita jalani.
Perasaan cinta dalam pernikahan mungkin tidak selalu bertahan lama. Karena rasa jenuh, atau kecewa pada pasangan bisa saja kian menghampiri.
Dalam pernikahan ini kita akan dihadapkan pada kekurangan yang tampak nyata dari pasangan sehingga bisa saja dengan mudah rasa cinta itu terkikis perlahan-lahan.
Perasaan nyaman terhadap hubungan pun seringkali naik turun sesuai kondisi yang kita alami. Ketidakmampuan dalam menempatkan diri kurang lihainya diri dalam berkomunikasi, atau minimnya keinginan untuk memahami, seringkali membuka peluang konflik untuk terjadi.
Saat cinta terhadap pasangan kita nomorsatukan di atas segalanya, kita akan cenderung menjadi orang yang sulit menerima rasa kecewa. Kita begitu yakin bahagia itu selalu ada di depan mata dengan menggantungkan perasaan cinta yang kita miliki pada dirinya. Dampaknya, kita terlupa untuk menerima dan mencintai diri kita sendiri, karena hati kita kerap menuntut kesempurnaan pada pernikahan yang kita jalani.
BACA JUGA: Ini Dia 5 Tanda Kita Cinta Al-Quran
Sepatutnya kita menyadari, bahwa hadirnya rasa cinta itu semata dari Allah, berupa titipan atau amanah yang harus kita jaga. Selayaknya kita pun menyadari, bahwa ada rasa sabar dan syukur yang harus selalu kita langitkan kepadaNya sebagai bentuk penghambaan diri kita terhadap Allah Yang Maha Mencinta.
Di atas cinta yang kita puja-puja ingatlah ada kuasa Allah di atasnya. Dan sejatinya, Allah satu-satunya Dzat yang memegang kendali pada setiap hati manusia. []