DI tempat yang suci di sekitar Ka’bah, tepatnya di Hijr Ismail berkumpulah empat orang shaleh. Mereka adalah Abdullah bin Umar, Mus’ab bin Zubair, ‘Urwah bin Zubair, dan Abdullah bin Zubair.
Setelah terlibat dalam perbincangan, lalu Abdullah bin Umar berkata kepada teman-temannya yang lain, “Mari kita sebutkan impian kita.”
Abdullah bin Zubair menanggapi serius dan kemudian berkata, “Kalau aku bercita-cita kelak menjadi seorang khalifah.”
Urwah bin Zubair ikut berkata, “Kalau aku memiliki impian kelak aku menjadi seorang ulama.”
Mus’ab bin Zubair menyatakan, “Kalau impianku adalah menjadi gubernur Iraq dan menikahi Aisyah binti Thalhah dan Sakinah binti al-Hasan.”
Setelah itu Abdullah bin Umar berkata, “Kalau aku miliki impian semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosaku.”
Setelah beberapa tahun kemudian, Subhanallah akhirnya masing-masing mereka bertiga memperoleh apa yang mereka impikan. Mus’ab ibnu Zubair akhirnya cita-citanya tercapai, dia menjadi gubernur Iraq juga menikahi Sukainah binti Husain dan Aisyah binti Thalhah bin ‘Ubaidillah dengan mahar masing-masing lima ratus ribu dirham.
Akhirnya kita kenal nama Urwah bin Zubair sebagai seorang ahli hadits dan seorang faqih pada zaman tabi’in. Banyak hadits yang diriwayatkan melalui jalur Urwah bin Zubair.
Abdullah bin Umar yang bercita-cita ingin masuk surga. Tentunya keberhasilan mereka dalam mencapai cita-citanya bukan tanpa usaha dan hanya bergantung pada takdir Allah, semuanya perlu usaha yang sungguh-sungguh dan semangat yang tinggi, disamping juga didukung dengan potensi atau kemampuan yang ada.
***
Indah yang dilakukan oleh Abdullah bin Umar bin Khathab ra tersebut. Ia tahu betapa impian itu memiliki kekuatan. Sahabat Rasulullah tersebut mengajak kepada orang-orang sekitarnya untuk menggengam impian, untuk miliki cita-cita, dan harapan. Terbukti darinya terlahir individu dan umat yang berkualitas, serta bahagia dan sukses menemani kehidupan mereka, hingga ke akhirat merambah.
Karena itu, sudahkah Anda mempunyai impian, sudahkah Anda memiliki cita-cita?
Sudahkah Anda mendapatkan yang telah Anda inginkan, yang Anda angankan, yang Anda cita-citakan?
Tahukah Anda, siapa yang tidak memiliki impian, angan-angan, atau cita-cita maka masa depan berpotensial menjadi jauh darinya. Siapa yang tidak dapat mengukir di samudera jiwa dan hatinya harapan atau keinginan, maka hilanglah semangat hidupnya.
Indahnya punya impian, hebatnya diri yang memiliki obsesi atau thumuhat dalam bahasa Arabnya. Ketika Rasulullah dilahirkan, telah terpancar cahaya ke Romawi dan Persia, ini memberikan gambaran akan tertaklukannya persia dan romawi kelak.
Ketika Rasulullah selama empat belas tahun lamanya shalat dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis, tapi selama itu beliau pun memiliki keinginan agar kiblat berpindah ke Ka’bah di Mekkah. Ketika melihat intimidasi kepada para sahabat karena keimanan mereka, Rasulullah mendambakan hijrah ke luar dari Mekkah, inilah impian. Inilah harapan, keinginan, impian cita-cita.
Percayalah, dari impian atau cita-cita, maka lahirlah semangat, hadirlah dalam kehidupan apa yang dinamakan dengan uluwul himmah atau semangat yang tinggi. Demikian bahwa orang yang memiliki impian, maka lebih terpacu untuk memiliki semangat yang tinggi. Beda antara orang yang lari karena pengen juara dengan orang yang lari karena asal lari saja. Beda antara aman dan amin karena adanya impian atau cita-cita yang dimiliki.
Impian merupakan harapan atau keinginan untuk menggapai yang lebih baik, lebih indah. Hal ini tentu dimotivasi dalam Islam. Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang beruntung adalah orang yang memiliki impian sekaligus motivasi untuk hari esok yang lebih baik. “Siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung. Siap hari ini sama dengan hari kemarin maka ia merugi. Serta siapa yang hari ini lebih burk dari hari kemarin maka ia orang yang terlaknat.” Demikian sabda mulia beliau sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Imam Ibnu Jauzi pernah menyatakan, “Di antara tanda kesempurnaan akal adalah memiliki cita-cita atau impian yang tinggi.” Benar, bahwa orang memiliki potensi yang tinggi dan dengannya dapat memacu diri lebih maju, tapi ia diam, tidak bergerak, maka tidaklah terpuji.
Dalam kesempatan lain, Imam Ibnu Jauzi menyatakan, “Aku tidak melihat aib seseorang sebagai aib layaknya seorang yang mampu mencapai derajat kesempurnaan kemudian dia tidak mewujudkannya. Bahkan tidak berani mempikannya.” Karena itu impian yang tinggi sangat berkontribusi pada peningkatan kapasitas masa depan kelak.
Percayalah, indah memiliki impian, karena denganya terlahir semangat. Anda menjadi manusia yang terpuji dengan semangat Anda, menuju kemuliaan. Umar bin Khathab ra pernah menyatakan, ”Janganlah engkau sekali-kali berobsesi rendah sesungguhnya saya belum pernah melihat orang yang paling kerdil dari orang yang berobsesi rendah.” Ketinggian impian dan kesuciannya merupakan nikmat yang tak ternilai. Karena apabila jiwa seseorang itu besar maka yang akan dicapainya adalah yang agung dan besar pula.
Para pemimpin utama Islam dahulu terbiasa dengan impian yang kuat yang melekat dan menghuni jiwanya. Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, “Sesungguhnya aku memiliki jiwa yang berkeinginan sangat kuat, aku bercita-cita untuk tegaknya khilafah maka aku memperolehnya. Aku menginginkan menikahi putri seorang khalifah maka aku mendapatkannya, aku bercita-cita menjadi khalifah maka aku mendapatkannya, dan aku sekarang menginginkan surga maka aku berharap untuk mendapatkannya.”
Terlebih bahwa impian pun dapat bermakna sebagai sebuah niat yang disandarkan pada tekad, tekad untuk lebih baik. Ingatlah Rasulullah saw pernah bersabda, “Sesungguhnya segala sesuatu bergantung dengan niat.” Benar termasuk niat untuk lebih maju, lebih pintar, lebih bersemangat, lebih kaya.
Hal ini sebagaimana ditegaskan, ada sebuah ayat yang memerintahkan kita untuk memiliki impian atau cita-cita yang tinggi. Allah swt berfirman, “Dan orang orang yang berkata: ‘Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.’” (al Furqan : 74). Gambaran lain dapat Anda lihat pada sabda Rasulullah saw, “Jika engkau meminta surga, mintalah surga firdus karena firdaus adalah surga yang paling tinggi.” (Mutafaq ‘alaih).
Benar, obsesi dengan yang lebih tinggi. Dalam sabda beliau yang lain ditegaskan, “Sesungguhnya Allah menyukai permasalahan yang tinggi-tinggi dan mulia dan Allah membenci yang biasa-biasa.” (HR. ath-Thabrani).
Lebih lanjut, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengungkapkan, “Tidak ada kegembiraan sama sekali bagi orang yang tidak punya hasrat dan impian. Tidak ada kesenangan sama sekali bagi orang yang tidak punya Kesabaran. Tidak ada kenikmatan sama sekali bagi orang yang tidak pernah mengalami penderitaan. Dan tidak ada kenyamanan sama sekali bagi orang yang tidak pernah mengalami Kesusahan. Bahkan hanya dengan mengalami kesusahan sebentar saja, seseorang dijanjikan akan mendapatkan kesenangan cukup lama.
Impian atau cita-cita yang tinggi akan menghindarkanmu dari angan-angan dan perbuatan yang rendah dan akan memangkas habis batang kehinaan darimu seperti sikap suka menjilat dan basa-basi. Orang yang mempunyai impian yang tinggi akan tegar, dia tidak akan gentar menghadapi masa-masa sulit. Sebaliknya, orang yang bercita-cita rendah akan menjadi penakut, pengecut, dan terbungkam mulutnya hanya oleh sedikit kelelahan.
Dalam sebuah hadits disebutkan Rasulullah saw bersabda, seandainya hari kiamat akan tiba besok, sedang dalam genggaman kita ada biji yang ingin kita tanam, maka beliau memerintahkan kita untuk tetap menanamnya. Ini menunjukkan bahwa kita harus memiliki semangat dan tekad yang kuat dalam segala hal sekalipun kemungkinan yang ada untuk mencapainya sangat kecil.
Dengan adanya impian, cita-cita yang sejati, maka melahirkan ‘uluwwul himmah, yaitu semangat yang tinggi. Imam Ibnu Jauzi, membagi ada orang yang memiliki himmah atau motivasi yang tinggi dan ada yang memiliki himmah yang rendah. Orang yang memiliki impian yang tinggi, dan darinya melahirkan himmah atau motivasi yang tinggi maka akan mempengaruhi langkah-langkah kehidupan hidup seseorang.
Sementara orang yang memiliki impian yang tinggi, hidupnya akan tersusun atau teratur untuk mendapatkan yang ia impikan.
Karena itu, Anda sebagai seorang mukmin, sudah semestinya memiliki impian yang tinggi, terlebih setelah Anda mengetahui tujuan Anda di dunia ini, yaitu beribadah. Hidup mulia dengan impian Anda dan melekat bersama tujuan keberadaan di dunia ini. Katakanlah impianmu, tegaskan cita-citamu. Semoga ia mnejadi langkah mulia untuk kehidupan Anda, agar optimis yang melekat pada diri Anda, untuk kehidupan yang beruntung, untuk hari yang lebih baik daripada kemarin. []