• Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
Kamis, 22 April 2021
No Result
View All Result
NEWSLETTER
Islampos
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Muslimtrip
  • Muslimbiz
  • Beginner
  • Syiar
  • Keluarga
  • Dari Anda
No Result
View All Result
Islampos
No Result
View All Result

Home Syi'ar Sosok

Mengenal Mama Sempur, Ulama Kharisma dan Berpengaruh di Purwakarta

Redaktur Yudi
4 bulan ago
in Sosok
Reading Time: 3 mins read
0
Foto: Liputan6

Foto: Liputan6

  • Bagikan Yuk :

PURWAKARTA dikenal sebagai gudangnya ulama dan pesantren. Banyak santri dari segala penjuru datang ke Purwakarta untuk menimba ilmu agama, khususnya agama Islam.

Sebutan Purwakarta sebagai Kota Santri, tak bisa bisa dilepaskan dari peran ulama terpandang, berpengaruh dan berkharisma di Kabupaten Purwakarta ini. Ulama itu adalah KH Tubagus Ahmad Bakri bin Tubagus Sayidah. Beliau dikenal sebutan Ajengan Sempur atau yang popular dengan nama Mama Sempur.

Mama Sempur yang tidak diketahui secara pasti kapan dilahirkan, wafat pada 1 Desember 1975  atau 27 Dzuqaidah 1395 H. Kalangan Nahdhiyyin sangat menghormati jasa Mama Sempur. Di bulan Dzulqoidah setiap tahunnya, makam Mama Sempur selalu ramai dikunjungi para peziarah.

BACA JUGA: Manfaatkan agar Hidup Tak Merugi, Ini 8 Nasihat Para Ulama tentang Waktu

Mereka datang dari Jakarta, Jawa Barat, seperti Tasik, Bandung, Subang, Karawang, Cikampek, Cirebon, Indramayu, Cianjur, hingga luar Pulau Jawa. Makamnya terletak di Sempur-Plered, 14 km dari kota Purwakarta, tepatnya tak jauh dari Pondok Pesantren Salafiah, Desa Sempur, Kecamatan Plered.

Lalu, siapakah sosok Mama Sempur? Beliau adalah kiai besar masyarakat Sunda yang punya banyak santri. Sejumlah pesantren yang berdiri di daerah tersebut, adalah berkat jasanya. Di kalangan masyarakat Jawa Barat, Mama Sempur juga dikenal sebagai guru tarekat tertinggi dalam ajaran tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah.

Istilah “mama” berasal dari kata “rama”, artinya bapak. Sepengertian dengan “romo” di Jawa. Ayahnya, Tubagus Sayidah, adalah pemimpin Pesantren Salafiyah Sempur.

Di samping sebagai ulama, ayahnya juga dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan pemerintah kolonial. Layaknya keturunan kiai, pendidikan awal Mama Sempur diperolehnya dari ayahnya. Melalui ayahnya, ia mengenal cara membaca al-Qur’an dan ilmu dasar keislaman.

Belajar ke Mekkah

Setelah merasa cukup mendidiknya, ayahnya kemudian mengirim Mama ke Mekkah. Di sana, ia belajar tafsir kepada Sayyid Ahmad Dahlan, salah seorang ulama besar yang mengajarkan Islam Madzhab Syafi’i. Di sana, ia juga belajar pada ulama Nusantara yang menetap di Mekah, yaitu Syekh Nawawi Banten dan Syekh Mahfudz Termas.

Khusus kepada Syekh Nawawi Banten, Mama belajar fikih. Mama juga pernah belajar dengan Syekh al Habib Utsman bin Abdulloh bin Aqil bin Yahya Mufti , dan Syaikh Kholil bin Abdul Lathief, KH. Soleh Darat Semarang, dan guru-gurunya yang lain.

BACA JUGA: Berdasarkan Pendapat Ulama, Inilah Nama Lain Al Fatihah

Setelah pulang ke tanah air, Mama mendirikan sebuah pesantren di Darangdang, Desa Sempur, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta.  Pesantren ini dinilai sebagai pesantren tertua di daerah tersebut. Selanjutnya ia mengelola pondok pesantren dan menjadi guru penyebar Tarekat Naqsabandiyah di daerah tersebut.

Kitab Karangannya

Loading...

Semasa hidupnya, Mama Sempur mengarang puluhan kitab. Di antara karyanya yang paling populer adalah Cempaka Dilaga. Ditulis dalam huruf Arab Pegon dan menggunakan bahasa Sunda dan dicetak oleh Majelis Ta’lim al Idrus, Jakarta. Kitab ini ditulis pada 8 Dzulhijah 1382.

Sedangkan karyanya yang lain adalah Risalah al Muslihat fi Bayani fardhi al Ma’kulat wa al Masnunat wa al Makruhat wa al Mahrumat. Kitab ini merupakan nukilan dari karya al Bazili, Risalat al Ashab al Quwwah min Ihsan al Qudrah.

Pemikiran Mama Sempur dapat ditemukan dalam kitab Cempaka Dilaga. Ia menjelaskan, bahwa seorang muslim hendaknya patuh dan mentaati  pemerintah, bahkan terhadap pemerintah lalim sekalipun, selama pemerintah tidak memerintahkan rakyatnya untuk menyalahi perintah Allah atau melarang untuk berbakti kepada Allah swt.

Seorang muslim hendaknya berpegang pada prinsip-prinsip ushul fiqh, ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang tidak dapat dihindari misalnya, maka orang tersebut hendaknya memilih perbuatan yang paling sedikit mudharatnya (akhaf adh dharuryn).

Ia menganjurkan agar seseorang mendahulukan untuk menolak mafsadat daripada melakukan pekerjaan yang mendatangkan manfaat. Mama Sempur dalam ceramah-ceramahnya juga mengajarkan jamaahnya agar berbuat baik terhadap tetangga hingga etika makan.

Amalan Mama Sempur

Ingin tahu amalan Mama Sempur setiap harinya? Beliau setiap pukul empat pagi, sudah bersila di masjid seraya berzikir. Kemudian mendirikan shalat subuh berjamaah. Selepas wiridan dan jamaah bubar, ia tetap bersila. Waktu dhuha, ia mendirikan shalat dhuha.

BACA JUGA: Tahukah, Siapa Ulama yang Pertama Menulis Kitab Tajwid?

Sementara Mama tak pernah membawa makanan dan minuman. Tak ada yang tahu ia puasa atau tidak. Mama Sempur kemudian mengajar ngaji santri sampai pukul 11.00. Selepas itu, dilanjut mengajar ngaji kiai-kiai sekitar kampung. Terus shalat Dhuhur. Kemudian ia pulang ke rumah, istirahat.

Tapi beliau tak pernah bisa istirahat sepenuhnya, karena sudah ditunggu para tamu. Suatu ketika, anak bungsu Mama Sempur bernama Mama Dudus, pernah kesal kepada para tamu, ‘Kenapa Mama diikuti terus? Dia sudah sebulan tidak tidur’.

Selepas shalat Ashar, Mama Sempur mengaji lagi hingga menjelang maghrib. Selepas maghrib, istirahat. Kemudian selepas Isya, mengajar sampai pukul 23.00. Kemudian pukul 04.00, ia sudah bersila lagi di masjid. []

  • Bagikan Yuk :
Tags: Mama SempurpurwakartaUlama
Yudi

Yudi

Related Posts

Foto: Google Image

Dr. Hamid Choi Yong, Terjemahkan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Korea Selama 7 Tahun

16 April 2021
Foto: Freepik

Ciri Fisik Ali bin Abi Thalib

12 April 2021
Ilustrasi Foto: Bluestem Amphitheater

Mendengar Ayat Tentang Azab, Khalifah Umar bin Abdul Aziz Menangis

8 April 2021
Foto: ©soeharto.co

Presiden Soeharto: Kalau Ajal Saya Sampai

4 April 2021
Buka Lagi
Selanjutnya
Foto hanya ilustrasi | Pinterest

Kisah Ajaib 3 Bayi yang Bisa Berbicara

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisements

Terbaru

Ilustrasi. Foto: Muslim.or,id
Islam 4 Beginner

2 Keutamaan Shalat Sunnah Wudhu Menurut Hadits

Redaktur Sodikin
21 menit ago
Ilustrasi Foto: MHomecare
Kesehatan

Ketahui Daftar Makanan untuk Penderita Asam Lambung

Redaktur Dini Koswarini
51 menit ago
Ilustrasi. Foto: 
Freepik
Fiqh Ramadan

Ini Surat Pilihan yang Umumnya Dibaca Ketika Shalat Tarawih

Redaktur Eneng Susanti
1 jam ago
Foto: Unsplash
Tsaqofah

Fatwa yang Tajam ke Bawah Tapi Tumpul ke Atas

Redaktur Yudi
2 jam ago
ADVERTISEMENT

On Facebook

Navigasi

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

About Us

Membuka, menginspirasi, free to share

  • Home
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Dunia
    • Nasional
    • Palestina
  • Ramadan
    • Tanya Jawab Ramadhan
    • Tsaqofah Ramadhan
    • Video Ramadhan
    • Fiqh Ramadan
    • Kesehatan Ramadhan
    • Kultum Ramadhan
  • Muslimbiz
  • Muslimtrip
  • Beginner
  • Keluarga
  • Sirah
  • Syiar
  • Muslimah
  • Dari Anda
  • Donasi

© 2019 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Share via
  • Bagikan Yuk :
  • Twitter
  • Pinterest
  • LinkedIn
  • Digg
  • Email
  • Buffer
  • Pocket
  • Gmail
  • Comments
  • Subscribe
  • Facebook Messenger
  • LiveJournal
  • Bagikan Yuk :
We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications
Send this to a friend