KEDATANGAN tahun baru membuat sebagian orang menghidupkan kembali harapan-harapan baru. Ya, semua orang pastinya emmang menginginkan kemajuan atau peningkatan kualitas hidup. Tak heran,momen tahun baru kerap dijadikan sebagai momen tepat untuk membuat resolusi.
Lantas, bagaimana seorang muslim menyikapi hal itu? Bolehkah seorang muslim membuat resolusi serupa itu, sementara ulama melarang muslim turut serta dalam perayaan tahun baru yang identik dengan hura-hura?
Dikutip dari About Islam, Anne Myers, seorang sarjana Islam, menjelaskan, dengan datangnya tahun baru, ada praktik umum untuk merenungkan tahun lalu dan bagaimana seseorang dapat meningkatkan kehidupan mereka di tahun mendatang. Orang mungkin membuat “resolusi” tertentu untuk mengubah perilaku mereka atau untuk mencapai tujuan tertentu.
Resolusi yang umum biasanya seputar makan lebih sehat, berhenti merokok, dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang dicintai.
Awal tahun baru (termasuk tahun baru Islam, dimulai dengan bulan Muharram) tidak memiliki perayaan atau tindakan ibadah tertentu yang menyertainya. Namun, tindakan yang patut dipuji setiap saat sepanjang tahun untuk melakukan refleksi diri, merasa bangga dan bersyukur atas perbuatan baik kita dan mengakui di mana kita mungkin gagal dan membutuhkan perbaikan.
Membuat resolusi dapat membantu menunjukkan dengan tepat apa yang ingin kita capai, sehingga memudahkan untuk membuat rencana untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
Ada beberapa hal yang perlu diingat ketika membuat resolusi.
Meskipun merasa bersemangat dan termotivasi tentang rencana peningkatan diri sangat mengagumkan, kadang-kadang orang terlalu antusias dan menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri yang tidak realistis.
Ketika orang mencoba untuk mengambil terlalu banyak hasil dengan terlalu cepat, atau tanpa strategi, mereka mungkin akan berkecil hati dan menyerah pada tujuan mereka sama sekali.
Ini dapat dihindari dengan mengikuti saran Nabi SAW, sebagaimana disebutkan dalam hadits ini:
“Perbuatan paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten, meskipun kecil.” (HR Bukhari dan Muslim)
Pilih tujuan yang tidak terlalu sulit dan dapat dilakukan secara teratur, dan berpegang teguh lah sebaik mungkin. Misalnya, alih-alih memutuskan untuk sholat tahajjud setiap hari, mulailah dengan hanya melakukannya seminggu sekali, atau bahkan sekali setiap dua minggu. Setelah Anda melakukannya, maka Anda dapat menambah jumlah hari Anda melakukannya dan jumlah waktu yang dihabiskan untuk melakukannya. Dengan cara ini ia menjadi kebiasaan yang berkelanjutan , alih-alih mencoba melakukannya sekaligus dan kemudian dengan cepat kehilangan tenaga.