Oleh: Garnis
Garnis. Guru, Asal Medan. Mengajar di SMP N 2 BURU, Kab. Karimun
g3niezh@gmail.com
“KETIKA saya pergi dari dunia ini bagaimana saya akan dikenang?”
Pada suatu masa ada seorang perempuan yang gemar sekali menolong, dia selalu tersenyum, sifatnya lembut, ceria dan periang. Tapi dia bukan malaikat, dia manusia biasa yang juga ceroboh, tidak pintar secara akademis, dan sering membuat kesalahan.
Pernah suatu kali dia dan teman sekelompoknya mendapat tugas membuat laporan dan harus diprint setebal skripsi. Dia dengan senang hati membantu mengeditkan dan mengeprint, meskipun saat itu sudah lewat tengah malam, dia bersedia mengeprintkan punya teman-temannya dan menyuruh temannya untuk tidur duluan sementara dia sibuk dengan printer sampai dini hari.
Dia dapat apa dari temannya? Hanya ucapan terima kasih.
BACA JUGA:Â Menunda-nunda Amal Shalih adalah Tanda Kebodohan
Manusia Bodoh, di Tempat Kerja
Di tempat ia bekerjapun dia selalu menyanggupi apapun yang ditugaskan atasannya kepadanya, bahkan dalam hal pembagian makanan, hadiah atau apapun ketika temannya tidak mendapatkan bagian, dia rela “menduluankan” temannya.
Dia dapat apa? Hanya ucapan terima kasih.
Beberapa temannya banyak yang suka meminta bantuannya, karena dia tidak pandai menolak. Bahkan ketika dia dimintai tolong oleh atasan memasak untuk sejumlah orang (yang sebenarnya bisa diupahkan keorang lain) dia menyanggupi.
Padahal efeknya dia tidak tidur semalaman dikarenakan sibuk mempersiapkan bahan, dan dia tidak tega menyuruh temannya ikut membantu sampai malam lalu ia menyuruh temannya istirahat, hingga akhirnya ia tertidur jam 01.00 dan bangun jam 03.00 untuk memulai memasak.
Dia dapat apa? Hanya ucapan terima kasih. Begitulah seterusnya.
Manusia Bodoh, Sindiran
Ada beberapa kali ucapan tak sedap yang keluar dari mulut temannya baik dalam berupa sindiran ataupun teguran langsung karena sifatnya itu, seperti :
“Baik sekali kamu mau mengerjakan tugas orang, dia aja yang punya kerjaan santai-santai.”
Dia hanya tersenyum, kemudian, “Bodoh sekali kamu, mau-maunya disuruh-suruh itukan bukan pekerjaanmu.”
Dan dia hanya tersenyum, kemudian, “Jangan terlalu baik jadi orang, nanti dimanfaatkan.”
Dan dia hanya tersenyum.
Dia tidak pernah merasa bodoh ketika membantu orang, dia tidak pernah merasa rugi membantu orang lain.
Justru dia merasa sedih jika menolak membantu, ada semacam perasan tidak enak timbul di hatinya, semacam penyesalan kenapa tidak dibantu.
Manusia Bodoh, Siapa Orang Ini?
Apakah ada orang yang seperti ini? Coba kita tanya diri kita sendiri. Dan simak jawabannya di bawah ini:
Pernah suatu kali temannya bertanya, kenapa sih selalu menyanggupi permintaan orang lain?
Dan dia menjawab, “Tidak ada kebaikan yang sia-sia, membantu bagi saya tidak merugikan melainkan meringankan.
“Kalaupun saya membantu orang lain dan tidak mendapatkan balasan, saya tidak sedih, kalaupun karena kebaikan saya orang lain jadi memanfaatkan saya.
“Saya tidak rugi karena saya melakukannya dengan hati yang lapang dan tanpa beban. Karena saya percaya bahwa kebaikan saya akan dibalas Allah di akhir nanti, dan saya sangat percaya itu.
“Tidak ada balasan kebaikan selain kebaikan pula, jadi saat ini biarlah saya menabung setiap kebaikan saya, dan berharap Allah yang akan memberikan hadiahnya.”
Dan temannya itu tertegun.
Manusia Bodoh, Kebaikan Tertinggal
Kemudian di suatu waktu perempuan penolong itu pergi, namun kebaikannya tetap tinggal.
Dia memang tidak dapat balasan dari beberapa orang yang dia tolong, tapi tahukah kamu ketika dia tidak lagi bersama mereka. Mereka selalu berkata, “Dia ini adalah orang yang baik sekali, dulu sering sekali membantu saya.”
BACA JUGA:Â Ciri Orang Bodoh dalam Islam
Mereka menceritakan itu kepada teman-temannya.
Ketika dia tidak bersama mereka lagi, cerita tentangnya selalu terdengar diantara atasannya dan teman-teman lamanya, mereka selalu memuji sikapnya dan menceritakan setiap kebaikannya kepada pekerja baru, berharap akan muncul penolong-penolong berikutnya.
Mereka memang tidak membalas saat dia menolong, hanya ucapan terima kasih, tapi taukah kamu yang paling berharga adalah mereka mengenangnya dengan segala kebaikannya, mereka mengingat dia sebagai seseorang yang berharga. Dan itu lebih dari yang dia harapkan.
Lalu, bagaimanakah nanti kita akan dikenang? Wallahu’alam. []