DALAM kehidupan rumah tangga, sering kita mendengar ungkapan “suami takut istri” maupun “istri takut suami.” Keduanya sering dijadikan bahan candaan, sindiran, atau bahkan ukuran keharmonisan rumah tangga di mata orang awam. Namun, sebenarnya, manakah yang lebih baik di antara keduanya?
Suami Takut Istri: Tunduk atau Menghormati?
“Suami takut istri” biasanya menggambarkan suami yang selalu menuruti perkataan istri, seolah tak punya pendirian. Padahal, ada perbedaan besar antara takut dan menghormati. Jika ketakutan suami karena istri sering marah, mengancam, atau bersikap kasar secara emosional, ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam hubungan. Rumah tangga seperti ini rawan konflik batin, meski tampak damai di luar.
BACA JUGA: Suami Suka Telefonan dengan Mantannya, Gimana Sikap Istri?
Namun jika “takut” di sini artinya suami menjaga sikap agar tidak menyakiti hati istri, maka itu justru bentuk penghormatan dan kasih sayang. Suami tetap memimpin, namun lembut dan tidak semena-mena.
Istri Takut Suami: Taat atau Tertekan?
Di sisi lain, “istri takut suami” juga memiliki dua sisi. Jika ketakutan muncul karena suami bersikap keras, suka membentak, bahkan melakukan kekerasan fisik atau verbal, maka ini adalah kondisi rumah tangga yang tidak sehat. Istri akan hidup dalam tekanan dan kehilangan haknya untuk didengar dan dihargai.
Namun jika “takut” berarti istri menjaga tutur kata, hormat, dan patuh selama tidak dalam kemaksiatan, maka itu adalah bentuk ketaatan yang mulia. Islam sendiri menganjurkan istri untuk menghormati dan menaati suami dalam hal-hal kebaikan.
Mana yang Lebih Baik?
Jika harus memilih antara suami takut istri atau istri takut suami dalam makna takut karena kekerasan atau ancaman, maka keduanya sama-sama buruk dan bertentangan dengan tujuan sakinah mawaddah wa rahmah dalam rumah tangga.
Namun jika yang dimaksud adalah suami menghormati istri dan istri menghormati suami, di sinilah kebaikan berada. Hubungan yang ideal bukan menakuti atau ditakuti, melainkan saling menjaga, saling menguatkan, dan saling menghormati.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik kepada keluargaku.”
(HR. Tirmidzi)
BACA JUGA: Suami Nolak Terus Diajak Jima, Istri Harus Bagaimana?
Beliau tidak menakut-nakuti istri-istrinya, juga tidak takut kepada mereka dalam arti tunduk tanpa kepemimpinan. Beliau bersikap lembut namun tegas, penuh kasih namun tetap menjadi qowwam (pemimpin) yang bijak.
Kesimpulan
Dalam rumah tangga, yang terbaik bukan suami takut istri atau istri takut suami, melainkan suami dan istri sama-sama takut kepada Allah, sehingga keduanya saling menjaga hak dan kewajibannya. Suami memimpin dengan adil dan lembut, istri taat dengan penuh hormat dan cinta. Inilah kunci keharmonisan rumah tangga yang hakiki. []