ABU Muslim adalah orang yang sangat pemalu terhadap Allah. Dalam kondisi apapun ia tidak pernah mau untuk meminta kepada manusia, karena ia tahu bahwa Allah yang Maha Kuasa untuk memberinya segala sesuatu. Ia selalu berharap dan bergantung hanya kepada Allah.
Dikisahkan pada suatu hari Abu Muslim pulang ke rumahnya tanpa membawa uang. Padahal istrinya sangat berharap bahwa kali ini Abu Muslim membawa uang karena tak ada makanan sedikit pun di rumahnya.
“Bagaimana bisa engkau mengeluh dan tidak punya apa-apa, padahal engkau adalah orang yang paling dekat dan dihormati khalifah? Pergilah ke sana dan jelaskanlah keadaan kita kepadanya bahwa kita sangat kekurangan, fakir dan perlu bantuannya segera. Aku yakin pasti khalifah akan membantu kita dan tidak membiarkan kita hidup fakir,” ungkap istrinya.
Abu Muslim menjawab, “Naudzubillah, aku berlindung kepada Allah kalau sampai aku melakuka hal itu. Aku sangat malu kepada Allah. Kalau sampai meminta bantuan kepada makhluk Allah, padahal Allah lah yang Maha Pemurah. Aku tidak mungkin meminta bantuan kepada selain Allah,” jawab Abu Muslim sambil meninggalkan istrinya dan berjalan ke masjid. Sesampainya di masjid ia shalat dua rakaat, berdzikir dan berdoa, “Ya Allah, Ya Rabbi yang Maha Mengetahui setiap rahasia. Engkau Mahatahu jika aku sangat malu jika meminta pertolongan kepada selain-Mu. Wahai Tuhan yang Maha Luas kemurahannya, anugrahkanlah kepadaku gandum, adas, minyak dan kayu bakar. Karuniakanlah kepada istriku pakaian dan kerudung. Serta karuniakanlah anak-anakku pakaian dan sapi untuk diminum susunya. Ya Allah kabulkanlaah doaku. Aamiin”
Kebetulan, pada saat itu ada seorang pengawal istana khalifah yang sedang shalat di masjid dan mendengar semua doa-doa Abu Muslim. Pengawal istana ini begitu keheranan mendengar doa Abu Muslim. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke istana dan menceritakan apa yang terjadi kepada khalifah.
Ketika mendengar cerita dari pengawalnya tersebut, khalifah tertawa lalu berkata, “Aku yakin. Aku tahu siapa lelaki yang sedang berdoa di dalam masjid itu. Aku yakin dia adalah Abu Muslim. Dia adalah seorang lelaki yang sangat malu kepada Allah. Sekarang, coba kamu ulangi isi doanya. Aku ingin mengirim barang-barang yang dimintanya itu ke rumahnya secepatnya. Sebelum ia keluar dari masjid. Setiap barang yang ia minta kirim dua kepadanya.”
Sementara itu Abu Muslim tetap berada di masjid untuk berdzikir dan membaca Al-Quran. Setelah beberapa lama ia memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah, istrinya menyambut ia dengan penuh kehangatan.
“Coba renungkan Abu Muslim, sekarang kita tidak kekurangan lagi. Ini tak lain karena kau mau mendengar nasihatku. Akhirnya kaupergi juga ke tempat khalifah,” ungkap istrinya.
Abu Muslim merasa kebingungan dengan perkataan istrinya. Ia bersumpah bahwa ia tidak menemui khalifah. Bahkan ia tak bertemu dengannya selama satu minggu. Lalu istrinya mejadi kebingungan dengan jawaban Abu Muslim tersebut. Ia meminta Abu Muslim untuk menceritakan kemana ia pergi jika bukan kepada khalifah.
Abu Muslim pun bercerita bahwa ia mengadukan semua permasalahannya kepada Allah. Ia pergi ke masjid untuk shalat dan berdoa kepada Allah. Ia bercerita bahwa ia sangat malu kepada Allah dan tidak mungkin untuk meminta kepada selain Allah.
Mendengar cerita Abu Muslim tersebut, istrinya menangis terharu dengan sikap suaminya tersebut. Ia berterimakasih kepada Allah dan suaminya dan dia berkata, “Alangkah mulianya jiwamu! Alangkah indahnya perbuatanmu, suamiku! Alangkah pengasihnya Allah yang tidak pernah melupakan hambanya.”[]
Sumber: Ketika Cinta Berbuah Surga/Habiburrahman Al Shirazy/MQS Publishing