• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Sabtu, 23 September 2023
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Keluarga Siap Nikah

Malam Pertama di Ranjang Pengantin

Oleh Mila
7 tahun lalu
in Siap Nikah
Waktu Baca: 2 menit baca
A A
0
Foto: Favim

Foto: Favim

2.8k
BAGIKAN

 

“KANDA, kita belum pernah pacaran. Baru dua Minggu berkenalan langsung menikah. Boleh bertanya, menurut Kanda, cinta itu apa?” Istriku menatap dengan lembut.

Kupegang tangannya. Keringat dingin ke luar dari dahi, wajar saja hal ini terjadi sebab seumur hidupku baru kali ini memegang jemari perempuan yang pada akhirnya kunyatakan sebagai kecintaan. Bahkan terasa sekali, tangan istriku juga bergetar barangkali karena rasa gugup yang menyelimutinya.

“Cinta itu kita. Saat diriku menyatakan sanggup menikahimu, dan engkau menerimaku inilah yang disebut cinta. Bukankah defenisi tertinggi dari cinta ialah pernikahan yang dilandasai ikhtiar menyempurnakan separuh agama, saat kita menikah karena Allah, maka kita telah menjelma cinta.”

ArtikelTerkait

Hukum Mengumumkan Pernikahan

4 Bahaya Hidup Membujang di Zaman Modern

7 Adab Melihat Calon Istri

Ini 4 Kriteria Jodoh Ideal

“Lalu bagaimana dengan mereka yang belum menikah tetapi saling mencintai sebagai sepasang kekasih?”

“Mereka memaknai kesukaan sebagai kecintaan. Kesukaan hanya berdasar nafsu birahi sedangkan kecintaan berdasar nafsu rohani. Bukankah salah satu landasan cinta itu memuliakan orang yang dicintainya, jadi apakah dengan menjadikan seseorang sebagai kekasih itu sebuah kemuliaan? Tidak, itu sebuah kehinaan yang nyata. Bukankah pacaran mendekatkan diri pada zina, seseorang yang tega mengarahkan diri sendiri dan orang lain pada sesuatu hal yang berpotensi melanggar ketentuan Allah tidak layak disebut pecinta. Berbeda dengan pernikahan, sebab cinta sudah menjadi nafsu menyempurnakan separuh agama, menjadi sebuah sarana ibadah.”

“Bukankah pengenalan satu sama lain itu penting, jujur saja saat pertama kali Kanda pegang tadi, tangan Dinda gemetar. Hal ini karena sebelumnya kita belum saling mengenal lebih jauh.”

“Bersyukurlah dengan getaran yang Dinda rasakan, sebab pada saat itu cinta di antara kita mulai bertumbuhkembang menjadi lebih besar. Ada perasaan campur aduk yang tak bisa dibahasakan dengan kata-kata, tetapi hanya mampu dirasakan dengan jiwa. Bukankah demikian yang seharusnya terjadi dalam cinta, tidak harus diujarkan tetapi mampu dibahasakan oleh seluruh tubuh menjadi getaran-getaran indah? Bukankah menikah diniatkan untuk ibadah, jadi penyesuaian diri sesudah pernikahan Insya Allah juga bernilai ibadah.”

“Benar sekali Kanda, jantung Dinda terasa berdetak kencang. Malu sebenarnya mengucapkan hal ini, tetapi entahlah bersamaan dengan detak jantung ada getaran lain yang tak mampu Dinda defenisikan selain sebuah rasa bahagia.”

“Begitulah yang terjadi apabila manusia mampu mendudukkan cinta secara benar, permulaan cinta itu tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, sebab telah nyata seseorang yang dicinta termiliki sebagai karib rumah tangga. Kalau mendudukkan cinta secara salah, permulaan cinta itu dipenuhi angan-angan. Pacaran itu sebuah halusinasi yang paling membahayakan, pikirannya membayangkan segala sesuatu yang indah karena merasa sudah memiliki dan termilki, kenyataannya keduanya belum ada ikatan pernikahan.”

“Terima kasih, Kanda. Sepertinya nyamuk sudah mengusik ketenangan kita, bagaimana kalau kita tutup kelambu. Biarlah kita saling menerjemahkan cinta melalui bahasa tubuh, tanpa perlu diucap lewat kalimat namun dapat terasa menghangat.”

Aku tersenyum, lampu kamar kupadamkan. Kelambu kututup, saatnya menikmati debaran cinta yang selama ini selalu kusenyapkan lewat doa. Semoga dapat dipertemukan dengan karib jiwa dalam mencipta rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah. []

Arief Siddiq Razaan, 26 November 2015

Tags: malamPasutripengantinRanjang
Share2808SendShareTweetShare
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Mengapa Allah Ciptakan Malaikat?

Next Post

Ayo Kemarilah! Kuajak Engkau Adu Cepat Lari

Mila

Mila

Terkait Posts

Nikah, Hukum Mengumumkan Pernikahan

Hukum Mengumumkan Pernikahan

10 September 2023
Bahaya Hidup Membujang di Zaman Modern

4 Bahaya Hidup Membujang di Zaman Modern

13 Agustus 2023
Kriteria Jodoh Ideal, Adab Melihat Calon Istri, pacaran

7 Adab Melihat Calon Istri

9 Agustus 2023
pernikahan, Kriteria Jodoh Ideal, Adab Melihat Calon Istri, Suamiku

Ini 4 Kriteria Jodoh Ideal

31 Juli 2023
Please login to join discussion

Terbaru

Pernikahan yang Dilarang dalam Islam, Hukum Adik Melangkahi Kakak Perempuan dalam Pernikahan

Hukum Adik Melangkahi Kakak Perempuan dalam Pernikahan

Oleh Dini Koswarini
22 September 2023
0

Dalam Islam, apa hukum adik melangkahi kakak perempuan dalam pernikahan?

Hukum Membunuh Semut, Nabi Sulaiman, Nabi Ibrahim

Belajar Teknologi Semut

Oleh Saad Saefullah
22 September 2023
0

Ada kisah unik Nabi Sulaiman dengan semut. Mengapa Nabi yang mulia dikisahkan bersama semut?

mahfud, al-zaytun, polri, NII, menteri

Hasto Sebut Ada Menteri yang Tak Beres Urus Food Estate, NasDem Minta Sebut Nama

Oleh Yudi
22 September 2023
0

Bendahara Umum (Bendum) NasDem Ahmad Sahroni meminta agar Hasto menyebutkan langsung nama menteri itu.

jokowi, presiden, gaji, pandemi, pemimpin, IKN, Jakarta

Presiden Jokowi Soroti Beban Berat Jakarta, dari Macet hingga Polusi

Oleh Yudi
22 September 2023
0

Jokowi menambahkan bahwa setelah melalui studi yang panjang, dia memutuskan memindahkan ibu kota dari Jakarta ke IKN.

Terpopuler

Tidak ada konter tersedia
Facebook Twitter Youtube Pinterest

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.