PRANCIS—Sebuah kelompok HAM yang berbasis di Prancis telah mengajukan gugatan terhadap Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Gugatan ini datang selama kunjungan Al-Nahyan ke Paris atas keterlibatannya dalam kejahatan perang di Yaman.
Keluhan yang diajukan oleh Aliansi Internasional untuk Pertahanan Hak dan Kebebasan (AIDL) pada Rabu (21/11/2018) menuduh Pangeran Al-Nahyan, sekaligus Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, kejahatan perang, keterlibatan dalam penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi di Yaman.
BACA JUGA: 7 Fakta Syeikh Khalifa Bin Zayed Al Nahyan, Sosok di balik Kejayaan UEA di Tanah Arab
“Dia adalah pemimpin tertinggi angkatan bersenjata Uni Emirat Arab (UEA), dan dengan (putra mahkota Saudi) Mohammed Bin Salman, dia juga merupakan penghasut perang yang sekarang terjadi di Yaman. Metode yang digunakan untuk perang ini cukup mengerikan semisal pemboman besar-besaran dan tidak pandang bulu,” kata pengacara Joseph Breham, yang mewakili AIDL dalam mengajukan gugatan itu.
Dia menambahkan bahwa sejumlah warga Yaman telah bergabung dengan gugatan yang diajukan di pengadilan Paris.
Keluhan itu mengutip laporan oleh para ahli PBB yang mengatakan serangan udara yang dilakukan oleh koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi dan UEA di Yaman mungkin menjadi kejahatan perang dan bahwa penyiksaan dilakukan di dua pusat yang dijalankan oleh pasukan Emirat.
Keluhan itu mengacu pada serangan udara yang menargetkan upacara pemakaman yang ramai di ibukota Sana’a pada Oktober 2016 dan menewaskan lebih dari 140 orang.
BACA JUGA: PBB Sebut Uni Emirat Arab jadi Negara Donor Nomor Satu untuk Yaman
Arab Saudi dan sejumlah sekutu regionalnya melancarkan kampanye dahsyat melawan milisi Syiah Houthi pada Maret 2015. Tujuannya membawa pemerintah mantan Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Hadi kembali berkuasa dan menghancurkan gerakan Houthi Ansarullah di negara itu.
Menurut sebuah laporan baru oleh Lokasi Konflik Bersenjata dan Proyek Data Peristiwa (ACLED), sebuah organisasi penelitian konflik nirlaba, kekerasan sejauh ini telah merenggut nyawa sekitar 56.000 warga Yaman. []
SUMBER: PRESSTV