• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Sabtu, 8 November 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Fiksi

Kopi Ustadz Ubi

Oleh Aldi Rahadian
8 tahun lalu
in Fiksi
Waktu Baca: 5 menit baca
A A
0
Foto: Pinterest

Foto: Pinterest

123
BAGIKAN

 

Oleh: Sharmay H. Astamanggala, Siti Humaeroh <musafircinta96@gmail.com

MATANYA menjelajahi seisi rumah itu. Asri banget, pikir gadis yang tengah menunggu si empunya rumah. Ini pertama kali bagi Sharmay—anak kampung baru merantau ke kota—menduduki sofa empuk (kasian banget yak?) di kediaman seorang ustadz yang baru dikenalnya beberapa pekan lalu saat mengikuti pengajian.

Namanya Ustadz Ubi Ibrahim. Jika Alm. Ustadz Jeffri populer dengan singkatan UJ-nya, maka Ustadz Boerhan Ibrahim ini terkenal dengan … apa hayo? Yap benar, Ustadz UBI, hehehehe ….

ArtikelTerkait

Tapi Ini Tanah Kami, Meski Duka dan Mati Tertanam di Sini

Hidup Itu Seperti UAP… Puisi Terakhir WS Rendra

Suamiku Mantan Majikanku

Gadis Cantik Sebagai Anugerah Tuhan

“Assalamualaikum …!” sesosok pria yang entah berapa umurnya dating menyapa Sharmay. “Maaf menunggu lama, Dek.”

Kaos putih dan sarung membalut tubuh pria itu. Tak lupa peci putih pun bertengger menutupi rambutnya yang sedikit beruban.

Sharmay berdiri menyambut orang yang ditunggunya. “Waalaikumussalam, Ustadz. Ah, nggak apa-apa, kok.” Seulas senyum membingkai wajah sang gadis berjilbab.

“Ada perlu apa, Dek?” tanya sang Ustadz. Tidak biasanya ada remaja perempuan bertamu, mungkinkah dia meminta jodoh? Atau mungkin … dia ingin menjadikan aku jodohnya? Menjadikan aku mertuanya?
Pertanyaan-pertanyaan terus berseliweran di benak Ustadz Ubi.

“O ya, nama saya bukan Dek, Ustadz. Panggil saja saya Sharmay.”

Sejenak tercengang, lalu berkata, “Oh, itu taktik agar saya tidak usah bertanya siapa nama–”

“Sharmay, Ustadz!” potong Sharmay cepat.

“Hadeuuh…. Iya, saya tau!” Ustadz Ubi membuang napas, agak kesal. Gue emang udah berumur, tapi gak telmi juga, batinnya.

“Ada yang ingin saya tanyakan. Sebelumnya dua hari yang lalu saya ke sini, tapi katanya Ustadz sedang ke luar kota.” Gadis berjilbab itu mengutarakan maksudnya.

“Iya, semalam saya baru pulang, lalu istri menyampaikan ada gadis yang ingin bertemu saya. Memangnya apa yang ingin Sharmay tanyakan?”

“Begini ceritanya….” Mata Sharmay menerawang ke atas seolah menyaksikan cuplikan kisah yang diputar oleh memorinya. Pandangan Ustadz Ubi latah mengikuti tingkah sang tamu.

***

Firasatku buruk! Sepertinya keberangkatan ke tempat perantauan tertunda beberapa jam karena kakakku kedatangan tamu dari jauh, katanya teman seprofesi.

“May, keberangkatan kamu ditunda sampai teman kakak pulang, ya, kasihan dia jauh-jauh ke mari. Hanya sebentar, kok. Jangan khawatir, nanti kakak anterin kamu.” Kabar yang dibawanya cukup membuat hatiku dongkol.

Aku terdiam di dapur, tiba-tiba kakak datang kembali, “Buatkan kopi Kereta Api dua!”

“Persediaan cuma ada satu lagi, Kak!” seruku sambil membuka lemari tempat menyimpan stok kopi sachetan.

“Ya sudah, buat satu saja untuk tamu,” tandasnya, lalu melenggang pergi ke ruang tamu.

Kopi untuk tamu pun kuseduh. Saat akan mengaduknya, aku lupa belum membawa sendok. Padahal hanya sebentar kopi itu ditinggal. Ketika aku kembali, ada seekor cicak yang tercebur ke dalam gelas kopi!

“Hei, cicak apa kau masih hidup?” tanyaku.

Tak ada jawaban.

Sepertinya cicak itu tewas seketika karena tak tahan berenang dalam air panas.

***

“Sebentar …,” Ustadz Ubi menjeda kisah Sharmay. Kedua alisnya saling
bertaut, heran. “Masa Sharmay nanya begitu sama cicak? Kenyataankah itu?”

“Nggak sih, biar agak keren ceritanya keren aja . Hehehe….”
Pipi Sharmay bersemu merah dan terkekeh sumbang mendapati bola mata
pria di hadapannya berputar malas.

Keren apanya? Ustadz Ubi menggerutu dalam hati.

“Lanjut ya?”

Sang Ustadz mengiyakan

***

Menyadari cicak malang tewas dalam kopi panas, segera kuevakuasi mayat itu dengan sendok, lantas berlari ke luar untuk memandikan, menyolatkan, dan menguburnya.

Bohong! Aslinya langsung dibuang ke kolam belakang rumah.

Saat kembali ke dapur, di meja ada keranjang belanjaan, itu artinya istri kakak sudah pulang dari pasar. Tapi … dimana gelas itu? Tadi di atas meja. Lenyap ke mana?

Tak lama wanita yang dinikahi oleh kakakku datang dari ruang tamu membawa nampan.

Celaka!

“Kakak, gelas berisi kopi yang tadi di sini ke mana? Apa Kakak membawanya ke depan?” Dengan tempo amat cepat aku menghunjaninya dengan pertanyaan, saking panik.

Entah kaget atau apalah, istri kakak hanya menjawab dengan anggukan saja. Tapi, dari tatapannya meminta penjelasan, ‘Kenapa memang?’

Kedua tanganku membekap mulut yang menganga. Aku tak percaya ini!

Sampai tamu itu pulang, aku tak berani ke luar kamar.

Syok!

***

“Makanya kemarin sepulang dari kampung, sorenya saya langsung ke rumah Ustadz, mengabaikan rasa lelah demi menanyakan hukum kopi itu. Halal atau haram, Ustadz?”

“Hmm…,” tangan kiri sang Ustadz memainkan jenggotnya sembari memejamkan mata. Memang Ustadz Ubi ini ketika mengisi pengajian sering membahas persoalan yang berkaitan dengan ilmu Fiqih.
Maka dari itu Sharmay menemuinya.

“Hukumnya bisa halal bisa haram,” lanjutnya.

“Loh, itu bangkai kecebur ke dalam kopi, Ustadz! Kok bisa halal?”

“Bisa, walaupun terkena bangkai. Asal bangkainya itu sejenis hewan yang tidak mengalir darah banyak ketika sebagian tubuhnya dilukai. Seperti cicak, lalat, lebah, semut dan semacamnya. Kalau kopi itu
kecebur bangkai ayam jadi haram, sebab ayam adalah jenis hewan yang ketika dilukai darahnya akan keluar banyak,” papar Ustadz Ubi.

“Oh … saya mengerti, tapi kalau ayam kecebur ke dalam gelas sepertinya mustahil, Ustadz!” Sharmay protes, “Mana ada! Gak muat!”

Lagi, Ustadz memutar bola matanya malas dan membatin, hadeuuh!

“Ya … misalkan! Bukan air kopi saja, pokoknya setiap air yang kurang dari dua qullah; mau seember, sebaskom ketika kejatuhi bangkai ayam atau hewan semacamnya menjadi najis dan haram diminum, apalagi dipakai bersuci.”

Begitu seriusnya Sharmay memerhatikan penjelasan dari pria itu. Entah benar-benar paham atau … entahlah! Pencerita juga bingung.

“Kalau begitu, kasus cerita dari kopi saya itu tidak najis dan boleh diminum, ya, Ustadz Ubi?”

“Betul, tapi dengan syarat air kopi itu rasa, warna, dan aromanya tidak berubah, Sharmay,” tambahnya.

“Ng … kalau aroma … waktu itu masih khas kopi, warna tetap hitam pekat. Nah, kalau rasa saya nggak nyoba. Terlanjur dihidangkan. Kalaupun belum dihidangkan, saya mana mau nyicipin air yang tercebur
bangkai cicak. Hueekk!” tubuh Sharmay bergidik jijik membayangkan dirinya meminum kopi itu.

“Satu lagi, bangkai cicak itu tercebur bukan perbuatan manusia secara sengaja,” Ustadz Ubi mengambil napas sejenak, lalu, “meski kopi itu tidak berubah warna, rasa dan aromanya, kalau sengaja tetap najis, haram diminum.”

Sharmay termenung.

Ustadz Ubi mengamatinya dan bergumam, anak ini terlihat lebih baik kalau diam daripada berbicara dan memotong ucapanku. Aku harus memakluminya, dia kan masih remaja labil.

“Sudahlah, yang lalu biarlah lalu, Sharmay. Mudah-mudahan rasanya pun tak berubah walau bangkai cicak pernah berenang di dalamnya.”

“Semoga saja…. Kalau tamu itu tau pernah ada cicak tercebur dalam kopi yang diminumnya … saya tak sanggup melihat mimik wajahnya.”

Sharmay dan Ustadz Ubi tertawa berbarengan.

Hening sejenak. Sharmay memulai kembali pembicaraan, “Kalau boleh tau, Ustad ke luar kota ngisi ceramah ya?”

“Nggak, saya silaturahim ke beberapa teman sesama penulis, ke Jakarta, Bogor, Cianjur dan terakhir ke Banjar, di sana paling lama. Eh, sebelum singgah di Banjar saya ke Italy dulu,” katanya dengan mata
menerawang mengingat perjalanan yang cukup melelahkan, namun menyenangkan.

“Hebat!” Sharmay berdecak kagum, “Ustad silaturahim ke Italy!”

“Indonesia bagian Tasikmalaya maksudnya.” Sang Ustadz terkekeh.

“Dua hari yang lalu saya baru pulang dari Tasik juga, Ustadz! Tepatnya dari rumah kakak saya.” Perasaan bahagia mencuat dalam dada, ternyata orang yang dia kenal pernah singgah di kota kelahirannya.

“Sayangnya di Italy hanya sebentar, karena teman saya hendak pergi ke terminal. Tapi, saya bersyukur dapat buku karyanya berjudul NEGERI PENCURI PARFUM.” Ustadz Ubi menyeringai. Sedangkan lawan bicaranya menampilkan ekspresi wajah yang sulit diterjemahkan.

“Kenapa Sharmay?”

“I-itu judulnya seperti novel milik kakak saya, Ustadz, namanya Bangmo Muhammad Ridwan!”

“Jadi—kopi itu….” Ustadz Ubi permisi untuk pergi ke belakang.

Sharmay bergeming, matanya tak berkedip beberapa detik. Apakah pikirannya tak salah menyimpulkan.

Sharmay pun mengikuti sang Ustadz karena masih ada yang mengganjal dalam benaknya.

“Hueeekkk…. Hueeeekkk!”

Duh Gusti, lebih baik aku tidak tahu kalau kopi yang kuminum tercebur cicak mati. Batin Ustadz Ubi menjerit.

Dengan polos Sharmay bertanya, “Ustadz, waktu itu rasa kopinya gimana?” []

Italy, 5-Des-15

Tags: cerpenhumor fiksikomediKopiUstadz
Share123SendShareTweetShareScan
ADVERTISEMENT
Previous Post

Istri Tidur Larut Malam dan Bangun Lebih Pagi

Next Post

Aku Tidak Cantik, Allah Tidak Adil?

Aldi Rahadian

Aldi Rahadian

Terkait Posts

Palestina, Semangka, tanah, Pelajaran dari Gaza, Palestina, Palestina

Tapi Ini Tanah Kami, Meski Duka dan Mati Tertanam di Sini

6 November 2023
Hadits tentang Sabar, Konsultasi Kesehatan, Puisi Terakhir WS Rendra

Hidup Itu Seperti UAP… Puisi Terakhir WS Rendra

10 Oktober 2023
KDRT, Balasan bagi Orang yang Suka Memaki dan Menyakiti Orang Lain, Suamiku

Suamiku Mantan Majikanku

17 Agustus 2023
cantik, Rukun Islam, Amal Penghapus Dosa

Gadis Cantik Sebagai Anugerah Tuhan

9 Maret 2023
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

Senin

Jangan Lagi Bilang “Nggak Suka Senin!”

Oleh Dini Koswarini
14 Juli 2025
0

Cerai, Sebab Zina Dilarang dalam Islam, zina, Penyebab Lelaki Selingkuh, Talak

Talak: Halal yang Dibenci, Senjata Iblis untuk Memecah Belah

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999! 1

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999!

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Terpopuler

Mengapa Harus Taat pada Allah? Ini 3 Jawabannya!

Oleh Rifdah Reza Ramadhan
22 Desember 2021
0
sifat lelaki sejati, Tujuan Hidup:, Manfaat Bersyukur, Manusia yang Tidak akan Pernah Merugi, Kecerdasan Orang Bertakwa, Muslim Terbaik, Hadist Qudsi, Ciri Orang Ikhlas

Manusia sering kali tidak mau taat pada Allah. Hal ini bisa karena beberapa faktor.

Lihat LebihDetails

Ini Kata 12 Tokoh Besar Dunia tentang Nabi Muhammad SAW

Oleh Eneng Susanti
31 Oktober 2020
0
barang peninggalan rasulullah, motivasi mencintai nabi, saksikenabian Muhammad, kelahiran nabi muhammad, tanda kenabian kaligrafi Muhammad Rasulullah SAW

Berikut ini kutipan singkat dari berbagai tokoh non-Muslim dunia, termasuk akademisi, penulis, filsuf, penyair, politisi, dan aktivis dari Timur dan...

Lihat LebihDetails

8 Ayat Al-Quran yang Menceritakan tentang Penciptaan Manusia

Oleh Sufyan Jawas
16 Oktober 2021
0
Ayat Al-Quran Tentang Perintah Berdakwah

Penciptaan manusia disebutkan dalam Al-Quran oleh Allah SWT.

Lihat LebihDetails

6 Hadist Nabi tentang Akhlak Mulia

Oleh Dini Koswarini
10 Agustus 2021
0
Keturunan Syarif dan Syarifah Akhlak Mulia Menasihati Diri Sendiri, Meraih Kasih Ilahi dengan Saling Mengasihi, Cara Dakwah Mujadalah Billati Hiya Ahsan, Perlakuan Istimewa Malaikat pada Orang Beriman, Keimanan, Hak dan Kewajiban Seorang Muslim, Tawadhu, Waktu Mengucapkan Subhanallah, Apa Kabar?, Arti Ana Uhibuka Fillah, adab penting dalam Islam, Cara Obati Hati yang Sakit, Ikhlas, Adab Berbicara dalam Islam, Perkara yang Disukai dan Dibenci Allah, Rezeki yang Sering Dilupakan Manusia, Kecerdasan Orang Bertakwa, Amalan Ringan Berpahala Besar, Amalan Ringan Berpahala Besar, Muslim Terbaik, Orang yang Dicintai oleh Allah, Syafaat Nabi, Majelis Ilmu, Perkara Iman, Jenis Orang Muslim di Bulan Ramadhan, Nikmat, Akibat Berbuat Benar, Ibadah

Akhlak mulia yang melekat pada seseorang menjadikan ia menjalankan segala kegiatan dengan sempurna. Pada akhirnya, ia akan meraih kehidupan yang...

Lihat LebihDetails

12 Ayat Al-Quran tentang Istiqamah, Dapat Memotivasi Kita

Oleh Sufyan Jawas
31 Oktober 2021
0
Hadist Nabi Tentang Ikhlas

ayat Al-Quran Tentang Istiqamah

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.