“(INGATLAH), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, Wahai ayahku! Sungguh aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matanarI dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.’ Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan) mu, Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.’
Dan demikianlah, Rabb memilih engkau (untuk menjadi Nabi) dan mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan (nikmat-Nya) kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, Sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sungguh Rabbmu Maha Mengetahui, Mahabijaksana’.” (QS Yûsuf: 4-6).
BACA JUGA: 14 Cobaan Terberat Nabi Yusuf Digoda Zulaikha (2-habis)
Ya’qub memiliki sebelas anak, semuanya lelaki. Dan mereka adalah nenek moyang Bani Israil. Yang paling mulia dan agung di antara anak-anak Ya’qub adalah Yusuf. Sekelompok ulama berpendapat, di antara anak-anak Ya’qub tidak ada yang menjadi nabi selain Yusuf. Seluruh saudaranya tidak ada yang diberi wahyu.
Kisah tentang sikap dan tutur kata saudara-saudara Yusuf membenarkan pendapat di atas. Sementara kalangan lain yang menyatakan saudara-saudara Yusuf semuanya nabi, bersandar pada firman Allah SWT,
“Katakanlah, Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada lbrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak-anaknya.” (QS Ali Imran: 84).
Ia menyatakan, mereka adalah anak-anak Ya’qub. Kesimpulan dalil ini lemah, karena yang dimaksud keturunan dalam ayat ini adalah bangsa Bani Israil dan para nabi yang ada di
tengah-tengah mereka yang diberi wahyu dari langit. Wallâhu a’lam.
Alasan lain yang menguatkan Yusuf adalah satu-satunya yang diberi risalah dan nubuwah di antara seluruh saudaranya; nash yang ada tidak menyebut satu pun saudara Yusuf, selain Yusuf sendiri. Ini memperkuat pendapat kami. Pendapat ini juga diperkuat oleh riwayat Imam Ahmad; Abdush
Shamad bercerita kepada kami, Abdurrahman bercerita kepada kami, dari Abdullah bin Dinar, dari ayahnya, dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda, “Orang mulia, anak orang mulia, anak orang mulia, anak orang mulia; Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.”
Hanya Imam Bukhari yang meriwayatkan hadits ini. Ia meriwayatkan hadits ini dari Abdullah bin Muhammad bin Abdah dari Abdush Shamad bin Abdul Warits, dengan matan yang sama. Segala puji dan karunia hanya milik Allah semata.
Para mufassir dan kalangan lain menuturkan, “Yusuf saat masih kecil dan belum baligh, bermimpi, seakan-akan sebelas bintang-sebagai isyarat kesebelas saudaranya-matahari dan bulan-keduanya
mengisyaratkan kedua orang tuanya-mereka semua bersujud kepadanya. Yusuf tercengang karena hal itu. Saat bangun, Yusuf menceritakan mimpi itu kepada ayahnya. Ayahnya mengerti, kelak Yusuf akan meraih kedudukan tinggi di dunia dan akhirat, karena ayah dan seluruh saudaranya akan tunduk
padanya dalam kedudukan itu.
Ayahnya memerintahkan Yusuf agar menyembunyikan mimpi itu dan tidak ia ceritakan kepada saudara-saudaranya, agar mereka tidak hasad, berbuat lalim, dan melakukan berbagai tipu daya kepadanya. Ini memperkuat pendapat kami di atas (hanya Yusuf yang menjadi nabi di antara seluruh saudaranya).
Karena itu dalam salah satu atsar disebutkan, “Tunaikan kebutuhan saudara-saudara kalian dengan sembunyi-sembunyi, karena setiap orang yang memiliki nikmat itu pasti didengki.”
Versi Ahli Kitab, Yusuf menceritakan mimpi itu kepada ayah dansaudara-saudaranya. Ini keliru.
BACA JUGA: Nabi Yusuf Menakwilkan Mimpi Raja
“Dan demikianlah, Rabb memilih engkau (untuk menjadi Nabi),” yaitu sebagaimana la telah memperlihatkan impian agung itu kepadamu, karena sembunyikan dan jangan kau ceritakan mimpi itu, “Rabb memilih engkau (untuk menjadi Nabi),” yaitu mengkhususkan berbagai kelembutan dan rahmat padamu, “Dan mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi,” yaitu membuatmu bisa memahami makna-makna kalam dan takwil mimpi yang tidak bisa dipahami orang lain.
“Dan mernyempurnakan (nikmat-Nya) kepadamu, “yaitu dengan wahyu yang diberikan kepadamu, “Dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmnu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq,” yaitu la memberi nikmat padamu berupa nubuwat dan memperlakukanmu dengan baik, seperti halnya nikmat yang sama juga telah diberikan kepada ayahmu, Ya’qub, kakekmu, Ishaq, dan ayah kakekmu, Ibrahim Al-Khalil, “Sungguh, Rabbmu Maha Mengetahui, Mahabijaksana,” seperti yang Allah sampaikan, “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (QS Al-An’âm: 124).
Karena itu saat ditanya, “Siapa manusia yang paling mulia?” Nabi SAW menjawab, “Yusuf Nabi Allah, putra Nabi Allah, putra Nabi Allah, putra kekasih Allah.” []
Referensi: Kisah Para Nabi/Imaduddin Abu Fida’ Isma’il bin Katsir/UMMUL QURA/Jakarta, 2013