Oleh: Iwan Septiantoro Khaeron
(Pembina di Yayasan El Qurro Indonesia, Bandung)
KURANG potensi apa Maryam, ibunda Isa ‘alahissalam untuk tidak mengalami baby blues? Lihat QS. Maryam ayat 20-25. Begitu luar biasanya Maryam menghadapi kondisi terberat bagi seorang wanita: sendirian terasing tanpa orang yang menemani (QS. Maryam : 22); sakit proses melahirkan (QS. Maryam : 23) ; kelaparan dan kehausan (QS. Maryam : 24-25); dan yang lebih berat Maryam memikul beban yang sangat berat, bagaimana menjelaskan kepada kaumnya, bahwa dia memiliki seorang anak, tanpa berhubungan dengan seorang lelaki pun (QS. Maryam: 19-21).
Maryam manusia biasa, yang memiliki hati. Dengan ujian yang sangat berat ini, sampai-sampai Maryam pun, kalau bisa memilih, dia lebih memilih mati sebelum diberikan ujian tersebut atau menjadi orang yang tidak diperhatikan, dan dilupakan.
قَالَتۡ يَٰلَيۡتَنِي مِتُّ قَبۡلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسۡيٗا مَّنسِيّٗا …
“… dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (QS. Maryam : 23)
Lihat, teramat beratnya kondisi yang dialami Maryam saat itu. Kurang potensi apa Maryam untuk tidak Baby Blues? Semua alasan untuk itu ada. Kesepian, tidak ada suami atau keluarga yang menemani. Jauh dari tempat tinggalnya di tempat pengasingan. Kesakitan yang dirasakan menjelang persalinan, saat persalinan dan pasca persalinan. Kelaparan di tengah rasa sakit yang dirasakan. Bingung mau bagaimana dia bisa mencari makanan dan minuman.
BACA JUGA: Ibu, Jangan Takut Baby Blues!
Barangkali mungkin sebagian akan mengatakan, “Itu kan Maryam. Beda lah! ” Ingat, Al Quran yang diturunkan sebagai petunjuk kehidupan itu adalah pedoman hidup. Allah menurunkan Al Quran agar hidup terarah dalam jalur yang benar. Sebagian besar isi Al Quran adalah kisah. Mengapa? Agar kita bisa mengambil ibrah dari kisah-kisah tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah kisah Maryam.
Allah menceritakan kisah Maryam, salah satunya mungkin agar setiap ibu bisa meneladani Maryam dalam menghadapi kesulitan dan kesakitannya proses persalinan. Maryam wanita biasa seperti umumnya wanita lain di dunia. Dia juga mengalami rasa sakit fisik dan psikis seperti yang dialami oleh semua wanita di sepanjang zaman saat proses persalinan. Tapi keimanan dan hubungan yang kuat dengan Allah, akhirnya Maryam sanggup melewati masa-masa sulit dan berat itu.
Dari Maryam kita belajar menerima ketetapan atau takdir dari Allah Subhanahu wa ta’alaa (QS. Maryam : 21). Taqdir baik dan buruk, sejatinya Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi hambanya.
وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ …
“… boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216)
Dari ayat ini kita memahami, bahwa apapun yang terjadi di dalam kehidupan ini, baik dan buruknya, Allah lebih tahu yang terbaik bagi hambanya. Menyikapi takdir, kadang perlu melihatnya dari sudut pandang Al Quran, bukan sekedar kacamata pribadi masing-masing yang banyak keliru dan lebih dominan nafsu dan syahwatnya. Memahami bahwa Allah memberikan takdir terbaik bagi hamba Nya, insyaa Allah akan membuat hati menjadi lebih tenang.
Dari Maryam kita belajar, bahwa keimanan kepada Allah dan penerimaan total atas ketetapan-Nya membuat dia mampu mengatasi ujian yang sangat berat. Memang iman itu fluktuatif, yazid wa yanqush, kadang naik kadang turun. Apalagi bagi perempuan yang mengalami masa-masa haid, atau nifas, sehingga ibadah terbatas. Tapi berdizikir adalah hal yang masih dibolehkan dan akan membuat hati menjadi lebih tenang. Allah ﷻ berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’du: 28).
Rasulullah ﷺ pun telah mengajarkan kalimat yang bisa memperbarui iman. Rasulullah ﷺ bersabda:
جَدِّدُوا إِيْمَانَكُمْ. قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا قَالَ أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
“Perbarui iman kalian” Lalu ditanyakan, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya memperbarui iman kami?” Beliau pun menjawab, “Perbanyaklah ucapan Laa ilaha illah.” (HR. Ahmad dan Hakim dalam ‘Al Mustadrak ‘ala Shahihain)
Sangat lah manusiawi, bagi seorang ibu mengalami baby blues,di tengah kondisi yang lemah, sakit, butuh perhatian, dll. Tapi islam hadir melalui ayat quran dan sunnah Nabi ﷺ, agar setiap muslim dan Muslimah berusaha memenej hatinya tetap di jalur yang benar, atau minimal tidak tergelincir pada jalan yang salah.
Maka hendaknya bagi setiap orangtua juga menyiapkan bekal iman dan taqwa anak-anaknya.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُوْلِي اْلأَلْبَا …
“…..Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al-Baqarah : 197).
Karena dengan bekal iman dan taqwa inilah, membuat seberat apapun dan sesulit apapun masalahnya, sesakit apapun ujian dan cobaan, insya Allah membuat orang tersebut akan tetap pada jalan yang benar dengan kesabaran terbaik.
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An Nisa : 9)
Salah satu tugas yang harus diikhtiarkan semaksimal mungkin bagi orangtua adalah menyiapkan generasi yang kuat secara fisik, mental, iman dan taqwanya, serta kemandiriannya. Sebagaimana ibunya Maryam pun mendidik Maryam dengan pendidikan iman terbaik, bahkan sebelum Maryam lahir ke dunia.
إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَٰنَ رَبِّ إِنِّي نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِي بَطۡنِي مُحَرَّرٗا فَتَقَبَّلۡ مِنِّيٓۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran : 35)
Iman, membuat yang lemah menjadi kuat, sebagaimana Bilal bin Rabah melewati batas ketahanan fisiknya saat disiksa majikannya agar keluar dari Islam. Iman membuat Maryam kuat menghadapi ujian terberat sekali pun. Iman membuat Hajar kuat ditinggalkan hanya berdua bersama Ismail, di tengah gurun gersang, tidak ada pohon tidak ada air. Iman yang membuat Ismail mantap menerima ketetapan akan disembelih. Iman membuat Asiyah kuat menghadapi suaminya Fir’aun yang durjana. Seberat dan sesulit apapun ujiannya, iman membuatnya kuat menghadapinya.
Menyikapi ujian dengan iman, berarti meyakini balasan terbaik dari Allah ketika menerimanya dengan kesabaran terbaik. Sakit, perih, dan pahitnya ujian, berbuah manis di surga kelak. Itulah yang diyakini oleh orang beriman.
BACA JUGA: Mencegah Baby Blues, Bagaimana?
Pada dasarnya kesedihan, kecemasan, ketakutan, dan emosi berlebihan, adalah pintu gerbang setan bisa masuk. Sehingga setan bisa menguasai kita dengan bisikan-bisakannya yang mengarahkan kita kepada keburukan. Membuat setan mampu menghalangi dari Allah ﷻ. Na’udzubillah.
Bagi seorang wanita yang pasti akan melewati masa-masa sulit dan sakitnya persalinan, ingatlah kisah Maryam yang mengalami hal yang sama bahkan lebih berat; mengajarkan ketabahan dan kesabaran dalam melaluinya. Jadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung, meminta perlindungan dan pertolongan.
Bagi para suami, dan orang-orang terdekat, maka berusalah membantu istri yang baru melahirkan agar bisa melalui masa-masa sulitnya dengan perhatian dan membantu pekerjaannya. Bantulah menguatkan imannya. Hanya kepada Allah lah segala perlindungan, pertolongan, penjagaan, pengharapan disampaikan. Wallahu’alam bish shawwab. []