• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Selasa, 7 Februari 2023
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Geliat Dakwah

Kisah-kisah Karomah Kiai Banten

Oleh Saad Saefullah
3 tahun lalu
in Geliat Dakwah
Waktu Baca: 5 menit baca
A A
0
Foto: Wero Muhammad

Foto: Wero Muhammad

0
BAGIKAN

Kisah-kisah Karomah Kiai Banten 1ORANG Indonesia sering menyebut “karomah” dengan “keramat” yang berkonotasi sakral atau kudus. Bagi orang Banten, baik Jawa maupun Sunda, justru kata “keramat” itu dikonotasikan dengan sesuatu yang menyeramkan. “Awas, jangan lewat situ, ada kuburan keramat.”

Ketakutan-ketakutan tak beralasan yang sering dihembuskan para tetua (leluhur) berikut macam-macam pamali dan pantangan, yang sebagian tidak masuk akal, justru menghambat kreativitas dan produktivitas orang Banten itu sendiri.

Ingin saya jelaskan dulu bahwa kata “karomah” berasal dari bahasa Arab, yang berarti “kemuliaan” atau “anugerah yang mulia”. Pengertian ini dapat digambarkan dengan sebuah cerita yang dialami Ustaz Sulaiman Effendi, murid dari Kiai Rifa’i Arief (pendiri Daar el-Qolam), ketika ia akan mendirikan pondok pesantren, dengan nama “Manahijussadat”, yang berarti jalan hidup bagi orang-orang mulia.

Berawal dari silaturahmi seorang alumni Tebuireng, Rafiuddin di kediaman Ustaz Sulaiman Effendi. Ia memberitahukan bahwa di daerah Cibadak, Rangkasbitung, ada seseorang yang ingin menjual tanah seluas 5.000 m2.

ArtikelTerkait

5 Ulama Jawa Barat Berdakwah di Inggris

Ini Pesan Ketum DPP Hidayatullah Kepada Wisudawan STAI Luqman al-Hakim

STAI Luqman Al-Hakim Surabaya Tugaskan 35 Wisudawan ke Pelosok Negeri

Ironis, Masjid Sepi dengan Anak Muda

Setelah adanya kecocokan mengenai lokasi dan situasi setempat, kontan Ustaz Sulaiman menemui pemilik tanah tersebut, yakni H. Syarjawi yang menentukan harga senilai Rp. 6.000.000,- (saat itu tahun 1995, sebelum krisis moneter).

Ustaz Sulaiman merasa kebingungan, dari mana uang sebesar itu mesti didapatkan. Keinginan ada, harapan begitu tinggi, obsesi begitu memuncak, doa-doa sudah dipanjatkan siang-malam. Tapi, dari mana uang sebanyak itu bisa diperoleh?

Tak berapa lama, Ustaz Sulaiman diundang untuk mengisi acara khutbah Jumat di masjid Al-Hidayah, komplek perumahan Bank Indonesia, Jakarta. Selepas salat Jumat, seorang sahabatnya yang tinggal di sekitar komplek itu, yang juga bernama H. Sulaiman (mantan konsultan BTN) tiba-tiba mengundangnya untuk makan siang di rumahnya.

Seusai makan siang, tiba-tiba terlontar ucapan dari sahabatnya itu: “Ustaz Sulaiman, dulu saya pernah mendengar kabar bahwa Ustaz bercita-cita mendirikan pesantren, apakah keinginan itu masih ada di hati Ustaz?”

“Insya Allah, mudah-mudahan Allah memberikan jalan, doakan saja Pak Haji.”

“Begini, Ustaz Sulaiman,” ia menggeser kursinya lebih mendekat, “Saya punya perhiasan dari peninggalan almarhum istri saya. Saya sudah rundingkan dengan anak-anak bahwa perhiasan ini akan diwakafkan untuk pendidikan pesantren, dan mereka semua sudah sepakat. Jadi, kalau Ustaz Sulaiman jual semua perhiasan ini, kira-kira harganya mencapai 6 juta rupiah. Saya harap Ustaz Sulaiman tetap istiqomah, dan rela menerima pemberian dari saya ini.”

“Baiklah, Pak Haji, nanti akan saya persiapkan berkas-berkasnya terlebih dahulu.” Dan mereka pun saling berjabatan tangan dengan mantap. (baca: “Roman Biografis K.H. Sulaiman Effendi”, bab 7).

Pindahnya Pesantren Al-Mizan

Karomah yang dialami Kiai Anang Azharie, pengasuh ponpes Al-Mizan tidak kalah menarik. Sejak langkah-langkah pertama Kiai Anang sudah menggagas nama pesantrennya “Daar El-Mizan”, yang mengandung arti “pertimbangan” atau “rumah timbangan”. Bahwa hidup manusia harus punya timbangan ilmu dan amal, lahir dan batin, religius dan rasional, bahkan duniawi dan ukhrawi. Pada perkembangan selanjutnya pemberian nama tersebut lebih dibikin simpel menjadi “Al-Mizan”.

Yayasan pun kemudian bernama “Al-Mizan”, telah dibuatkan akte notarisnya pada tanggal 15 Maret 1993. Sejak tahun inilah pendaftaran santri dibuka, dan tahun ajaran pertama diselenggarakan dengan menampung jumlah santri sebanyak 67 orang, yang berasal dari daearah Rangkasbitung, Serang, Labuan hingga Karawang.

Tokoh-tokoh masyarakat Kapugeuran dan sekitarnya diundang untuk turut-serta mendukung dan mendoakan kehadiran pesantren Al-Mizan, dengan pemimpinnya Kiai Anang Azharie, serta didukung oleh istrinya Ustadzah Nunung Khairiyah yang bertindak selaku pendidik dan pengasuh santriwati.

Di tahun ajaran kedua (1994), jumlah santri meningkat, hingga dibutuhkan sekitar empat ruang kelas. Konsekuensinya, salah satu kelas terpaksa beratapkan plastik tanpa dinding. Setelah tiga bulan, atap plastik itu pun keropos dan bobrok, hingga kemudian digantinya dengan atap seng yang agak permanen.

Pada tahun-tahun ini Pesantren Al-Mizan belum memiliki fasilitas dan sarana yang memadai untuk kegiatan santri dalam beribadah maupun berolahraga. Dalam aktifitas salat berjamaah para santri dan guru masih bergabung dengan masyarakat Kapugeuran di mushalla kampung, sedangkan pelaksanaan salat Jumat masih di mesjid agung Al-A’raf di alun-alun Rangkasbitung.

Adapun fasilitas dan sarana olahraga, para santri Al-Mizan masih memanfaatkan semua fasilitas yang berada di sekitar alun-alun, seperti sepak bola, volley, basket, hingga lari marathon.

Bersama Ustadzah Nunung, Kiai Anang Azharie terus bertekad untuk berkiprah di dunia pendidikan, sampai akhirnya merancang suatu agenda baru untuk mengasramakan para santrinya di suatu kampung terpencil, yang masih dikelilingi oleh hutan-hutan belantara.

Ketika saya mewawancarai Kiai Anang (kelahiran Kresek, sekampung dengan Wapres K.H. Ma’ruf Amin) untuk program penulisan buku “Jejak dan Pemikiran Pengasuh Ponpes Al-Mizan” (Fikra Publishing, Jakarta, 2013), di kampung terpencil tempat awal-mula berpindahnya santri Al-Mizan diasramakan, saya tanyakan pada beliau:

“Pak Kiai, apa nama desa di sekitar sini?”

“Desa Ancol, kecamatan Rangkasbitung, Lebak.”

“Kalau nama kampung di sekitar sini?”

“Kampung Narimbang, dari bahasa apa itu, Fis?”

Kami terdiam sejenak. Dengan pandangan menerawang, saya pun menjelaskan, “Berarti, sejak tahun 1994 Pak Kiai memindahkan santri-santri Al-Mizan di suatu kampung yang bernama Narimbang. Ia berasal dari bahasa Sunda yang berarti menimbang atau pertimbangan.”

“Astaghfirullah al-adzim….”

Pengalaman Kiai Al-Bayan

Tidak selamanya berjalan lancar. Baik sebelum mendirikan pesantren maupun selama merawat dan menjalankannya. Segala hal ada saja kendalanya. Baik soal keluarga besar pondok maupun santri yang bermasalah, atau bahkan soal logistik yang sangat terbatas.

Cerita yang dialami K.H. Eeng Nurhaeni, pendiri dan pengasuh pesantren Al-Bayan ini, saya sampaikan berdasarkan “oral history” dari hasil pertemuan di kediamannya, setelah saya menjalankan ibadah umrah beberapa tahun lalu. Alkisah, di musim kemarau sekitar tahun 2002, banyak petani yang gagal panen.

Perkebunan juga banyak mengalami problem kekeringan. Akibatnya, seperti matarantai yang saling berhubungan. Harga beras mahal, sayur-mayur dan rempah-rempah begitu juga. Dan konsekuensinya, infak bulanan dari para wali santri banyak yang menunggak, sulit untuk bisa diandalkan.

Sementara itu, stok beras di gudang pesantren Al-Bayan, setelah ditengok oleh Kiai Eeng, hanya tersisa setengah karung yang pasti akan habis untuk makan santri selama satu hari itu. Lalu, besok dan lusa mereka mau makan apa? Kalau soal bumbu dan sayur masih bisa diusahakan, dengan mencari dedaunan dan rempah-rempah di perkebunan sekitar pondok. Tapi soal beras dan nasi? Kalau tidak ada di gudang, berarti semuanya harus dibeli dengan uang. Lalu, uang dari mana?

Mengharapkan belas-kasih dari orang-orang sekitar, untuk memberi makan puluhan santri, rasanya amat mustahil. Tetapi, membiarkan santri kelaparan juga merupakan amanat dan tanggung jawab yang harus dipikul sedemikian beratnya. Kiai Eeng hanya bisa mengeluh dan mengaduh kepada Allah subhanahu wata’ala.

Baginya, berpantangan untuk mengeluh di depan manusia yang sama-sama makhluk Allah yang banyak kekurangan dan kelemahannya. Jika seseorang memiliki kekuatan iman dan Tauhid, mengeluh kepada orang yang rendah kualitas imannya, justru dilarang oleh ajaran agama.

Sepertiga malam itu, ia melaksanakan salat tahajud sambil menangis di hadapan Al-Khaliq. Hanya Allah Yang Maha Kaya dan memiliki kekayaan di seluruh jagat raya ini. “Ya Allah, Kau Maha Lembut bagi hamba-hamba-Mu yang meminta. Engkau Maha Pemberi rizqi bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Sungguh, Engkau Maha Kuat dan Maha Perkasa.”

Seusai salat subuh di masjid pesantren, tiba-tiba seorang santri menemui Kiai Eeng di kediamannya. “Pak Kiai, ada tamu yang katanya mau ketemu dengan Pak Kiai.”

“Siapa, dari mana dia?”

“Maaf Pak Kiai, dia bawa mobil, tapi belum sempat saya tanyakan dari mana. Sekarang dia masih menunggu di pintu gerbang.”

Setelah Kiai Eeng menemui tamu tersebut, tiba-tiba sang tamu bertanya, “Pak Kiai, apa betul tempat ini adalah pesantren?”

“Ya betul, kenapa?”

“Begini Pak Kiai, saya datang dari Jakarta. Majikan saya menyuruh saya membawa dua karung beras di mobil ini, untuk disedekahkan buat pesantren.”

“Pesantren apa?”

“Dia hanya berpesan, pokoknya pesantren mana saja, yang penting di daerah Rangkasbitung.”
Seketika itu, Kiai Eeng mengucapkan terimakasih, dan salam untuk majikannya. Ketika empat santri Al-Bayan membawa karung beras tersebut, tak berapa lama mobil itu meluncur sedemikian cepatnya, dan menghilang di kejauhan. Wallahu a’lam. []

Tags: karomahkiai bantenpesanten
ShareSendShareTweetShare
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Virus Corona, Apa dan Bagaimana Caranya Menginfeksi Manusia?

Next Post

Ikhtiar dan Tawakal

Saad Saefullah

Saad Saefullah

Lelaki dengan tiga orang anak yang menyukai kisah-kisah Nabi dan para sahabat

Terkait Posts

Lima ulama asal Jabar, yakni Wifni Yusifa, Ridwan Subagya, Ihya Ulumudin, Beni Safitri, dan Hasan Al-Banna, pergi ke kota tempat mereka berdakwah di Inggris. Foto: Saifal/Islampos

5 Ulama Jawa Barat Berdakwah di Inggris

9 November 2019
Wisuda STAI Luqman al-Hakim. Foto: Rhio/Islampos

Ini Pesan Ketum DPP Hidayatullah Kepada Wisudawan STAI Luqman al-Hakim

10 September 2019
Wisudawan STAI Luqman al-Hakim Surabaya. Foto: Rhio/Islampos

STAI Luqman Al-Hakim Surabaya Tugaskan 35 Wisudawan ke Pelosok Negeri

10 September 2019
Ilustrasi. Foto: Islampos

Ironis, Masjid Sepi dengan Anak Muda

20 Desember 2020
Please login to join discussion

Terbaru

Foto: Unsplash

Mulai dari Munafik sampai Takut Celaan Manusia, Inilah 10 Faktor Perusak Amal!

Oleh Haura Nurbani
6 Februari 2023
0

Ada faktor perusak amal yang harus kita waspadai.

Sikap Suami yang Harus Disyukuri Istri

Salah Satunya Cemburu, 10 Inilah Sikap Suami yang Harus Disyukuri Istri

Oleh Haura Nurbani
6 Februari 2023
0

Ada beberapa sikap suami yang harus disyukuri istri. 

nikah beda agama Perjodohan yang Dilarang, Tips Menguatkan Pernikahan, kebaikan yang diperoleh Mak Comblang, pria dan wanita menikah pengantin

Ini Kata MUI tentang Putusan MK Soal Nikah Beda Agama

Oleh Eneng Susanti
6 Februari 2023
0

pernikahan beda agama masih terjadi di Indonesia. Lantas, bagaimana aturan hukum terkait nikah beda agama ini?

Perbuatan yang Membuat Suami Istri Terhalang Masuk Surga Berdasarkan Al-Qur'an, berikut peran suami dalam keluarga muslim: Hak Istimewa antara Suami dan Istri, Ilustrasi pilar pernikahan

Waspada, Ini Perbuatan yang Membuat Suami Istri Terhalang Masuk Surga

Oleh Eneng Susanti
6 Februari 2023
0

SAHABAT mulia Islampos, semua orang tentunya ingin memiliki pasangan hidup yang langgeng hingga ke surga. Namun, ternyata, ada beberapa perbuatan...

Terpopuler

Warga Solo Ngeluh Pajak PBB Naik Drastis, Gibran: Pengin Diskon? Bisa

Oleh Yudi
5 Februari 2023
0
jokowi, gibran

Merespons keluhan warga itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menyebut ada stimulus kenaikan pajak bumi dan bangunan (PBB).

Lihat Lebih

Bagaimana Jika Calon Jamaah Gagal Naik Haji karena Tidak Sanggup Lunasi Biaya?

Oleh Eneng Susanti
5 Februari 2023
0
gagal naik haji ibadah haji, berkah haji, Lokasi ziarah jamaah haji dan umrah, lebaran haji idul adha jamaah haji hadis tentang haji

mengingat naiknya biaya haji tahun 2023, muncul pertanyaan, bagaimana jika calon jamaah gagal naik haji karena tidak sanggup melunasi biaya...

Lihat Lebih

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

Oleh Saad Saefullah
30 September 2020
1
Nabi Muhammad Keutamaan Membaca Sholawat, Waktu Terbaik Bershalawat, Sholawat, Ciri Fisik Rasulullah, Wasiat Nabi Sebelum Wafat, Cara Bershalawat yang Benar kepada Nabi, Keistimewaan Rasulullah

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ)...

Lihat Lebih
Facebook Twitter Youtube Pinterest

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

Update Contents
Islampos We would like to show you notifications for the latest news and updates.
Dismiss
Allow Notifications