• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Rabu, 19 November 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Sirah

Kisah Awal Masa Kehidupan Nabi Muhammad SAW

Oleh Sodikin
6 tahun lalu
in Sirah
Waktu Baca: 5 menit baca
A A
0
Ilustrasi. Foto: Globfoterka

Ilustrasi. Foto: Globfoterka

138
BAGIKAN

NABI Muhammad SAW lahir dengan membawa kebahagiaan dan keberkahan bagi seluruh alam. Tanpa terkecuali orang-orang yang dekat dengan nabi. Awalnya Beliau disusui oleh Tsuwaibah[1], Maula Abu Lahab, selama beberapa hari.[2] Kemudian, disusui oleh Halimah binti Abu Du-aib Abdullah bin al-Harits as-Sa’diyyah. Diriwayatkan dari Halimah bahwa ia mengatakan, “Be­liau tumbuh dalam sehari, sebagaimana anak tumbuh dalam sebulan.“[3]

Beliau tumbuh sebagai anak yatim, lalu beliau di­asuh oleh kakeknya, ‘Abdul Muththalib, kemudian oleh pamannya, Abu Thalib.

Allah SWT menyucikannya dari kotoran jahiliyah, sehing­ga Beliau tidak pernah mengagungkan berhala mereka sepanjang usianya sama sekali. Beliau juga tidak pernah menghadiri salah satu acara kekafiran mereka. Mereka meminta Beliau untuk menghadirinya, namun Beliau menolaknya dan Allah melindungi Beliau darinya.

Dalam hadits dari ‘Ali bahwa Nabi SAW bersabda: “Aku tidak pernah menyembah berhala sekalipun, dan tidak pernah minum khamr sekalipun. Aku senantiasa mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan adalah kufur.”[4]

ArtikelTerkait

7 Fakta Sosok Nabi Musa AS: Nabi Penyelamat Bani Israil

Bagaimana Cara Kerja Pembayaran QRIS dan Bagaimana Sejarahnya?

Abu Bakar: Cinta Sejati pada Rasulullah ﷺ yang Mengalahkan Segalanya

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

BACA JUGA: Nabi Muhammad, Nabi Akhir Zaman

Ini merupakan penjagaan Allah kepada Beliau, yaitu membebaskannya dari kotoran jahiliyah dan dari semua aib, serta menganugerahkan kepadanya akhlak yang mulia; sehingga Beliau dikenal di tengah kaumnya sebagai al-Amiin (orang yang terpercaya), karena mereka melihat amanah, kejujuran dan kesuciannya.

Ketika usianya mencapai 12 tahun, beliau pergi berdua sama pamannya ke Syam hingga sampai di Bushra. [5] Saat Buhaira ar-Rahib melihatnya, ternyata ia mengenali sifatnya, maka ia datang dan memegang tangannya seraya berkata, “Ini adalah pemimpin semesta alam. Ini adalah utusan Rabb semesta alam. Anak ini akan Allah utus se­bagai hujjah bagi alam semesta.” Mereka bertanya, “Dari mana engkau mengetahui ini?” Ia menjawab, “Ketika kalian datang dari ‘Aqabah, tidak ada satu pohon atau batu pun melainkan bersungkur dalam keadaan bersu­jud. Mereka tidak bersujud (memberikan penghormatan) kecuali kepada seorang Nabi, dan kami mendapatinya dalam kitab-kitab kami.” Ia pun meminta Abu Thalib agar membawanya pulang karena khawatir terhadap apa yang akan dilakukan kaum Yahudi (bila mereka mengetahuinya), maka Abu Thalib pun membawanya pulang.’

BACA JUGA: Fakta-fakta Menarik Nabi Muhammad

Kemudian Beliau pergi untuk kedua kalinya ke Syam bersama Maisarah, budak Khadijah, untuk mem bawa dagangannya sebelum menikahinya, hingga sam­pai di pasar Bushra.[7]

Ketika usianya mencapai 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah. [8]

Ketika Rasulullah SAW pergi berhijrah ke Madinah, Beliau pergi berhijrah ditemani Abu Bakar ash-Shiddiq dan maula Abu Bakar: `Amir bin Fuhairah, sedangkan yang menjadi penunjuk jalan mereka adalah `Abdullah bin al-Uraiqith al-Laitsi. Ia kafir, dan tidak diketahui tentang keislamannya. [9]

[]

Foot Note:

[1] Tsuwaibah meninggal pada tahun tujuh hijrah, dan diperselisih­kan tentang masuk Islamnya.

[2] Diriwayatkan al-Bukhari (5101, 5106, 5107, 5123, 5372), Mus­lim (1449), Abu Dawud (2056), dan an-Nasa-i (VI/96).

[3] Adz-Dzahabi, dalam as-Siirah dari Taariikhul Islaam (hal. 46), membawakan sebuah atsar yang panjang dari Halimah as-Sa’diyyah, yang di dalamnya ia mengatakan, “Nabi tumbuh dalam seharinya, sebagaimana anak yang lain tumbuh dalam sebulan.” Kemudian, ia mengatakan, “Hadits ini bagus sanadnya.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar menisbatkan hadits ini kepada Abu Ya’la dan Shahiih Ibni Hibban, sebagaimana dalam al-Ishaabah (XII/200). Hanya saja al-`Allamah al-Abani menilai dhaif atsar ini, sebagaimana disebutkan dalam Difa’ and Hadiitsin Nabawi (hal. 38). Di antara cacat hadits itu, ialah terputus sanadnya, karena dalam atsar ini, ‘Abdullah bin Ja’far tidak menegaskan bahwa dirinya telah mendengar langsung dari Halimah. Dalam sanadnya juga terdapat Jahm bin Jahm, yang menurut adz-Dza­habi dalam Miizaanul I’tidaal (I/426), tidak dikenal.

Ibnu Katsir mengatakan -tentang penyusuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,oleh Halimah as-Sa’diyyah-, “Kami meriwayatkan hal itu dengan sanad shahih, dan beliau tinggal dengannya di rumah Bani Sa’d selama empat tahun. Apa pun keadaannya, maka sesungguh­nya penyusuan Rasulullah di lingkungan Bani Sa’d, oleh Halimah as-Sa’diyyah adalah benar dan nyata berdasarkan ber­bagai bukti yang bukan di sini tempat penguraiannya. Seandai­nya tidak ada indikasi ke arah itu, kecuali hanya berdasarkan kemasyhuran riwayatnya dan tersebarnya berita itu, niscaya hal itu sudah cukup.” Lihat al-Bidaayah wan Nihaayah (II/333­340).

[4] As-Suyuthi, dalam Khasaa-ish al-Kubra (I/150), menisbatkan­nya kepada Abu Nu’aim, dan menisbatkannya juga kepada ash-Shalihi, sebagaimana disebutkan dalam Subulul Huda (II/ 201). As-Suyuthi juga menisbatkannya kepada Ibnu Asakir.

[5] Bushra adalah kota di sebelah barat daya Suria (Mu’jamul Bul­daan (I/441).

[6] Ini adalah salah satu dari berbagai riwayat yang mengisahkan tentang Buhaira ar-Rahib dan kisahnya bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Riwayat ini disebutkan dalam at-Tirmidzi (3620), dan dikeluar­kan al-Hakim dalam al-Mustadrak (II/615-617). Al-Hakim me­ngatakan, “Hadits ini shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya.” Namun, adz-Dzahabi mengatakan, “Saya menduganya maudhu’ dan sebagiannya ba­til.” Ia mengatakan dalam as-Siirah dari Taariikhul Islaam (hal. 57), “Hadits ini mungkar sekali.” Al-Hafizh Ibnu Katsir me­nilainya gharib, sebagaimana dalam al-Bidaayah wan Nihaayah (II/348). Karena menyebutkan Abu Bakar dan Bilal di sebagian riwayatnya. Sementara adz-Dzahabi, dalam as-Siirah (hal. 36), mengatakan, “Para perawinya semuanya tsiqah.” Ibnul Qay­yim mengatakan dalam az-Zaad (I/76), “Poin ini merupakan ke­salahan yang jelas.” Ibnu Hajar mengatakan, “Para perawinya tsiqah. Tidak ada yang dipermasalahankan kecuali penyebutan Abu Bakar dan Bilal, dan ini adalah lafazh yang mungkar dan keraguan dari salah seorang perawi.” Lihat al-Isaabah, tentang biografi Buhaira. Sementara muhaddits Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berpendapat untuk menshahihkan hadits ini, sebagaimana dalam Shahiih at-Tirmidzi (III/191) dan al Misykaah (5918) dan ia mengatakan, “Akan tetapi penyebutan Bilal di dalamnya adalah mungkar.”

[7] Al-Hafizh adz-Dzahabi mengatakan dalam as-Siirah dari Taa­rikhul Islaam (hal. 64), “Kisah perginya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk berdagang diriwayatkan oleh al-Mahamili dari ‘Abdullah bin Syabib, dan ia adalah perawi yang lemah.”

[8] Lihat Fat-hul Baari (VII/133).

Khadijah adalah Ummul Qasim binti Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul `Uzza bin Qushay, dan di sinilah nasabnya bertemu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah ibu dari anak-anak beliau orang yang pertama beriman kepadanya dan membenarkannya se­belum ada seorang pun yang beriman kepadanya. Pembelaan­nya terbukti, dan ia adalah “pendamping yang setia”. Sifat dan akhlak baiknya banyak, dan ia termasuk orang yang sempurna dari kalangan wanita. Ia berakal, mulia, taat beragama, sangat memelihara diri, pemurah, dan salah seorang ahli Surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyanjungnya, mengutamakannya, dan sangat memulia­kannya sehingga membuat Aisyah cemburu, padahal Khadijah sudah meninggal. Di antara kemuliaannya bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau tidak pernah menikah sebelum dan setelah menikahinya semasa hayatnya. Hingga ketika ia meninggal, maka beliau sa­ngat bersedih atas kehilangannya karena ia adalah sebaik-baik pendamping. Sebelumnya, Khadijah pernah menikah dengan Abu Halah bin Zararah at-Tamimi. Setelah itu, dinikahi oleh `Athiq bin ‘Abid bin ‘Abdillah bin Makhzum. Setelah ia dinikahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat itu usianya 40 tahun, menurut riwayat yang masyhur. Ia hidup bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamselama 25 tahun, di mana la meninggal tiga tahun sebelum hijrah, yakni sepuluh tahun setelah diangkat sebagai Nabi. (Al-Fat-h, VII/134, dan as-Siyar, 11/109).

[9] Mengenai peristiwa hijrah dan Abu Bakar menjadi teman Ra­sulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hijrah, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

`Jikalau kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, Janganlah berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Nabi ‘Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ” (QS. At-Taubah: 40)

Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahiihnya (3905) menge­nai cerita ‘Aisyah tentang hijrah dan kepergian ayahnya ber­sama beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.Di dalamnya disebutkan tentang Amir bin Furaihah dan bahwa ia datang dengan membawa kambing-kambing pada malam hari kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Sahabatnya, Abu Bakar, saat keduanya di gua, agar keduanya memerah susunya. Sebelum fajar, ia membawa kambing-kambingnya pulang, sehingga tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Di dalamnya juga disebutkan tentang ‘Abdullah bin Uraiqith, penunjuk jalan mereka.

‘Abdul Ghani al-Maqdisi (wafat 600 H) menegaskan dalam bukunya, as Siirah (hal.23) bahwa tidak diketahui  tentang keislaman Ibnu Uraiqith. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam al-Ishaabah (VI/5), “Saya tidak melihat ada orang menyebutkannya dalam kategori Sahabat, kecuali adz-Dzahabi dalam at-Tajriid.”

SUMBER: KISAH ISLAM

Tags: kelahiran nabinabi akhir zamannabi muhammad
Share138SendShareTweetShareScan
ADVERTISEMENT
Previous Post

Kalau Sudah Jodoh, Tak akan Kemana

Next Post

Artis Sinetron Madun Jual Narkoba, Alasannya: Kesal karena Sepi Job

Sodikin

Sodikin

Terkait Posts

pasukan nabi isa, pemuda, nabi ibrahim, nabi musa

7 Fakta Sosok Nabi Musa AS: Nabi Penyelamat Bani Israil

7 Juli 2025
QRIS

Bagaimana Cara Kerja Pembayaran QRIS dan Bagaimana Sejarahnya?

30 Juni 2025
Ibnu Abbas, Bani Israil, Abu Bakar

Abu Bakar: Cinta Sejati pada Rasulullah ﷺ yang Mengalahkan Segalanya

27 Juni 2025
Penjagaan Allah terhadap Nabi, Abu Bakar

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

12 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

Senin

Jangan Lagi Bilang “Nggak Suka Senin!”

Oleh Dini Koswarini
14 Juli 2025
0

Cerai, Sebab Zina Dilarang dalam Islam, zina, Penyebab Lelaki Selingkuh, Talak

Talak: Halal yang Dibenci, Senjata Iblis untuk Memecah Belah

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999! 1 nabi

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999!

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Terpopuler

Bait-bait syair Imam Syafi’i yang Menyentuh dan Menggetarkan Jiwa

Oleh Dini Koswarini
26 Oktober 2022
0
Penilaian Manusia, Muhasabah, Imam Syafi'i, ujian, akad

Inilah Bait-bait syair Imam Syafi’i rahimahullah yang bisa kita jadikan sebagai keteladanan di saat kondisi seperti sekarang ini.

Lihat LebihDetails

12 Ayat Al-Quran tentang Istiqamah, Dapat Memotivasi Kita

Oleh Sufyan Jawas
31 Oktober 2021
0
Hadist Nabi Tentang Ikhlas

ayat Al-Quran Tentang Istiqamah

Lihat LebihDetails

Ini 8 Ayat Al-Quran tentang Perintah Bekerja Keras

Oleh Sufyan Jawas
26 Oktober 2021
0
hadist-hadist tentang kesombongan

Banyak sekali kita jumpai ayat Al-Quran tentang perintah bekerja keras. Bekerja keras merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh setiap orang

Lihat LebihDetails

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0
agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

"Jika seseorang bekerja dengan pekerjaan yang membuat bajunya selalu kotor, maka itu bukanlah halangan untuk shalat selama tidak terkena najis."

Lihat LebihDetails

Berikut 7 Ayat Al-Quran tentang Masjid

Oleh Sufyan Jawas
1 November 2021
0
Ayat Al-quran tentang masjid

Saking pentingnya dalam kehidupan seorang Muslim, ada beberapa ayat Al-Quran tentang masjid. 

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.