• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Sabtu, 2 Juli 2022
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Tidak ada Hasil
View All Result
Home Syi'ar Sirah

Ketika Nabi Musa Ingin Saksikan Keadilan Allah SWT

Oleh Sodikin
2 tahun lalu
in Sirah
Waktu Baca: 2 menit baca
A A
0
Ilustrasi. Foto: lematin

Ilustrasi. Foto: lematin

0
BAGIKAN
Share on FacebookShare on Twitter

PADA suatu hari, Nabi Musa as sangat penasaran untuk mengetahui bentuk keadilan Allah SWT kepada para hamba-Nya tatkala mereka masih ada di dunia. Lalu Musa pun pergi ke Gunung Sinai untuk bermunajat, dan mencari jawaban atas rasa penasarannya yang mendalam.

Sesampainya di tempat tujuan, ia pun segera memohon pada Tuhannya, “Rabb, perlihatkanlah padaku keadilan dan kejujuranMu?”

Allah SWT menjawab, “Engkau adalah seorang yang terburu-buru, dan tidak mampu bersabar.”

“Kami dapat bersabar dengan pertolonganMu ya Rabb,” jawab Musa membujuk.

ArtikelTerkait

Kisah Nabi dan Abu Bakar di Gua Tsur ketika Hijrah

Sebab Utsman bin Affan Dijuluki Dzun Nurain

Mahar Abdurrahman bin Auf ketika Menikah

Nabi dan Seorang Perempuan Tua yang Membencinya

Tak lama kemudian, Allah menyuruh Musa untuk pergi ke sebuah sumber air dan bersembunyi di belakangnya, “Di sana, kau akan lihat kekuasaan dan ilmuKu tentang hal-hal gaib.”

BACA JUGA: Ketika Nabi Musa Ditegur Allah Gara-gara Menghardik Seorang Gembala 

Menyadari akan jawaban Sang Maha Kasih, Musa pun bergegas menuju sebuah bukit di hadapan sumber air yang ditujukan oleh Tuhannya. Di sana, ia duduk bersembunyi untuk memperhatikan apa pun yang kelak akan terjadi di depan matanya.

Tak perlu menunggu lama, Musa melihat seorang penunggang kuda datang ke sumber air tersebut. Ia turun dari kudanya, berwudlu dan mengambil sedikit air untuk ia minum. Musa juga melihat sang penunggang kuda itu meletakkan sebuah tas koper berisi uang seribu dinar di sampingnya. Kemudian shalat, lalu kembali menaiki kudanya. Ia lupa akan koper yang diletakkan di sampingnya, malahan terus memacu kudanya.

Kemudian, datanglah seorang anak kecil. Mengambil air minum di sumber air yang sama. Dan, kemudian membawa pergi koper yang ia lihat di sampingnya itu. Tak lama berselang, datanglah seorang kakek buta. Ia minum air sumber itu, lalu mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat.

Di tengah perjalanan, sang penunggang kuda teringat kopernya yang terlupa. Ia segera kembali ke tempat semula, dan dijumpainya seorang kakek tunanetra. Si penunggang kuda langsung berkata, “Hai orang buta, koperku yang berisi seribu dinar baru saja tertinggal di tempat ini. Karena tidak ada orang lain di sini selain engkau, pastilah kau yang mengambilnya!”

BACA JUGA: Belajar dari Doa-doa Nabi Musa Kala Hadapi Kesulitan yang Berat

Kakek tua itu menjawab, “Anda kan tahu, aku buta. Bagaimana aku dapat melihat koper itu?”

Mendengar ucapan kakek tersebut, si penunggang kuda marah dan naik pitam, lalu mencabut pedangnya. Ditebasnya leher kakek yang malang itu, dan tewas seketika.

Lalu si penunggang kuda menggeladah dan mencari kopernya, namun tidak menemukannya. Ia pun pergi, meninggalkan tempat itu.

Pada saat itu, Nabi Musa berkata, “Wahai Tuhanku, kami telah sabar dan Engkau adil. Tapi mohon jelaskanlah maksud peristiwa yang baru saja itu terjadi, agar aku tidak dalam kebingungan.”

Advertisements

Lalu datanglah malaikat Jibril, ia berkata, “Musa, Tuhan berfirman, ‘Aku mengetahui segala rahasia, dan apa pun yang tidak kamu ketahui.

Anak kecil yang mengambil koper sesungguhnya telah mengambil hak miliknya sendiri. Hal ini lantaran ayah anak tersebut menjadi buruh penunggang kuda selama bertahun-tahun, namun ia tidak pernah mendapat hasil kerja kerasnya itu, yang bila dihitung jumlah penghasilanya sama dengan jumlah uang yang ada dalam koper itu.

Sedangkan si buta pernah melakukan pembunuhan terhadap pemilik koper yang merupakan ayah si bocah kecil tadi. Ia mendapat hukum qisash darinya. Dan sampailah setiap orang yang punya hak akan mendapat haknya. Baik yang terlihat mata manusia, atau yang sengaja Allah sembunyikan. Keadilan dan kejujuraan Kami sangat rahasia.

Usai mendengar penjelasan itu, Musa segera mengucap Istighfar. []

Referensi: 30 Kisah Teladan/ Karya Abdurrahman Arroisi/ Remaja Rosda Karya/1985

Tags: kakekKeadilanKudaNabi Musa
ShareSendShareTweet
Advertisements



ADVERTISEMENT
Previous Post

Kabar Baik, Pemerintah Bakal Kasih Kuota Internet Gratis bagi Siswa-Guru

Next Post

Bahaya Punya Banyak Akun Medsos bagi Kesehatan Mental

Sodikin

Sodikin

Terkait Posts

Abu Bakar

Kisah Nabi dan Abu Bakar di Gua Tsur ketika Hijrah

18 Juni 2022
ayah terbaik Kekuatan Ilmu, Kemiskinan yang Aku Khawatirkan, Umar bin Abdul Azis, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Nabi Yakub

Sebab Utsman bin Affan Dijuluki Dzun Nurain

18 Juni 2022
Umat Nabi Musa, Abdurrahman bin Auf

Mahar Abdurrahman bin Auf ketika Menikah

17 Juni 2022
ayah terbaik Kekuatan Ilmu, Kemiskinan yang Aku Khawatirkan, Umar bin Abdul Azis, Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Nabi Yakub

Nabi dan Seorang Perempuan Tua yang Membencinya

6 Juni 2022
Please login to join discussion
Facebook Twitter Youtube Pinterest

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist