• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Selasa, 24 Juni 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Dari Anda Renungan

Ketika Hati Terasa Sempit

Oleh Eva F Hasan
8 tahun lalu
in Renungan
Waktu Baca: 4 menit baca
A A
0
Memaafkan Diri Sendiri, Kalimat Tauhid

Foto: Pexels

2.1k
BAGIKAN

Oleh: Ratna Dewi Idrus
Penulis dan Ibu Rumah Tangga Tinggal di Banjarmasin

KETIKA hati kita lapang, masalah apapun dapat kita hadapi dengan baik, pekerjaan seberat apapun dapat kita selesaikan, karena hati kita merasa lapang. Namun sebaliknya, jika hati terasa sempit, masalah sekecil apapun akan kita rasakan berat sekali, karena belum apa-apa hati kita tidak mampu menerimanya.

Itulah yang dirasakan Nabi Musa ketika beliau diberikan Allah tugas menjadi Rasul dan menghadapi Fir’aun, seorang raja yang sangat kejam, mengaku dirinya Tuhan sekaligus seorang yang pernah menjadi ayah tirinya dan telah memberinya naungan kehidupan sejak bayi hingga tumbuh menjadi pemuda kuat dan perkasa.

Nabi Musa merasa berhutang budi pada Fir’aun yang telah membesarkannya, dan ia merasa bersalah karena telah membunuh seorang Qibthi yang berkelahi dengan kaumnya Bani Israil, untuk membela. Namun ternyata kaumnya tersebut yang bersalah. Hingga membuatnya harus meninggalkan Mesir karena dikejar tentara Fir’aun yang akan menghukumnya.

ArtikelTerkait

Setelah Allah dan Rasul-Nya… Ibu

Hey, Kenapa Kamu Ga Mau Bayar Utang?

Kenapa Kamu Teh Malas Baca Quran?

Jangan Terlalu Memuji Seorang Tokoh, Apalagi Sambil Menjatuhkan Tokoh yang Lainnya

Nabi Musa merasa berat memikul beban semua itu. Sebab itulah Nabi Musa memohon kepada Allah untuk melapangkan dadanya,

“Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku,” (QS. Thaahaa, 20:25).

“dan mudahkanlah untukku urusanku,” (QS. Thaahaa, 20:26)

“dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku,” (QS. Thaahaa, 20:27-28).

Dalam tafsir Al Azhar dikatakan ketidakfasihan Nabi Musa dalam berbicara ini, dikarenakan ketika masih kecil dan berada dalam pengasuhan Fir’aun.

Suatu hari, Musa kecil merayap di lantai, menarik kaki kursi mahligai Fir’aun dengan tangannya yang mungil, maka goyahlah kaki kursi dan membuat Fir’aun yang duduk di singgasana hampir terjatuh. Riwayat tafsir lain mengatakan ketika Musa kecil duduk di pangkuan Fir’aun, lalu ditarik-tariknya janggut Fir’aun.

Sebelumnya juga sudah ada tanda-tanda ganjil yang membuat Fir’aun curiga jangan-jangan anak inilah yang dikatakan tukang tenung kelak akan meruntuhkan kerajaannya, karena itu Fir’aun hendak membunuhnya.

Tetapi Asiyah, istri Fir’aun yang sangat menyayangi Musa mencegah niat buruk suaminya, dikatakannya Musa belum berakal, dan Fir’aun membantah kalau Musa sudah berakal. Maka diujilah Musa kecil dengan kedua hidangan, hidangan pertama berisi makanan lezat dan kedua berisi bara api, seketika Musa kecil hendak mengambil makanan lezat, pucatlah wajah Asiyah ketakutan, namun segera Malaikat Jibril mengalihkannya pada bara api hingga bara api yang diambilnya menyentuh mulut mengenai lidahnya. Akhirnya Musa tidak jadi dibunuh, namun sejak saat itu Musa tidak fasih berbicara. Setelah beliau menjadi Rasul, kurang lancar dalam berbicara inipun masih menyelimutinya, hingga Fir’aun mencemoohnya:

“Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?” (QS. Az Zukhruf, 43:52).

Sadar akan kekurangannya, ia memohon kepada Allah untuk melepaskan kekakuan di lidahnya agar orang mengerti apa yang dikatakannya. Nabi Musa memohon Allah menjadikan Harun saudaranya sebagai asisten yang bisa membantunya dalam berbicara,

Kisah Musa ini menjadi pelajaran berharga untuk kita, jika kita menghadapi persoalan yang berat, maka memohonlah kepada Allah untuk melapangkan dada kita, sebagaimana yang dilakukan Musa AS.

Memohon diberikan kemudahan dalam segala urusan dan apa yang menjadi ujian kita dalam kehidupan ini. Kepada-Nya kita memohon diberikan segala kekuatan.

Begitulah yang dilakukan para Rasul saat didera masalah, dihimpit kesulitan, atau merasa tak kuat menghadapi tantangan, para Rasul berdoa kepada Allah, dan doa itu pun dikabulkan-Nya, betapa nikmatnya menjadi hamba yang dekat dengan Allah.

Lewat berbagai kisah dalam Al Qur’an, Allah mendidik kita, ketika menghadapi ujian dalam kehidupan ini, hendaklah kita senantiasa memohon pertolongan-Nya dengan doa-doa terindah yang pernah diajarkan-Nya.

Baca Juga: Inilah Foto Sumur Nabi Musa di Mesir yang Disebutkan dalam Al-Quran

Dengan berdoa, segala beban terasa ringan, segala keputusasaan menjadi hilang berganti dengan sayap-sayap pengharapan yang membumbung tinggi karena kita memohon pada Dzat yang Maha segala.

Doa adalah senjata kita ketika kita beriman dan yakin sepenuhnya pada Allah. Seperti sabda Rasulullah, “Doa itu adalah senjata orang yang beriman, tiang dari agama dan cahaya dari semua langit dan bumi. (H.r. Al Hakim)

Doa juga termasuk ibadah dan shalat itu sendiri bermakna doa. Dengan kekuatan doa, dapat menukar takdir yang tadinya buruk menjadi baik untuk kita. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Tidaklah yang menolak ketentuan Allah kecuali doa. Dan tidaklah yang menambah umur kecuali berbuat kebaikan. (H.r. Tarmidzi dan Ibnu Hibban)

Dari hadits di atas nyatalah benar terasa kasih sayang Allah, bahwa Ia senantiasa menguatkan kita dengan lebih dahulu mengakui ketidakberdayaan diri di hadapan-Nya. Dengan berdoa kita merasa dekat dengan-Nya.

Allah menuntun kita dalam berdoa, yaitu hendaklah terlebih dahulu kita bersuci, menghadap kiblat, memfokuskan pikiran hanya kepada Allah, memuji-Nya, bersyalawat untuk Rasul dan bersyalawat pula sesudah berdoa, adapun ketika kita berdoa dengan mengangkat kedua telapak tangan, hendaklah dengan rendah hati, suara yang lembut, rasa takut, penuh harap, khusyuk dan tidak melampaui batas. Dalam berdoa juga kita turut mendoakan orang mukmin, mencari waktu yang mustajab untuk berdoa. (menjelang berbuka puasa, hari Jumat, bepergian, dizalimi, dsb)

Cara berdoa pertama pilihlah saat yang baik, misalkan di tengah malam, saat hening sepi, ketika itu berdoalah dengan merendahkan diri kepada-Nya.

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,

“…Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang yang berbuat kebaikan,” (QS. Al A’Raaf, 7:55-56).

Takut akan murka-Nya dan penuh harap akan keridhaan-Nya.
Betapa banyak Allah ajarkan kita doa-doa dalam Kalam-Nya.

Namun jika kita teliti membaca kisah Rasul, betapa setiap detik kehidupannya baik di saat sendiri atau di tengah keramaian, baik dalam keadaan sedih ataupun gembira senantiasa membina kontaknya dengan Allah, beliau senantiasa mempertinggi mutu diri, mutu iman dan mutu kehidupan. Karena para Rasul itu senantiasa berbuat baik, sehingga doa-doa mereka mudah diijabah Allah, sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik,” (QS. Al A’Raaf, 7:56).

Ayat ini menegaskan makna yang terkandung dalam surat Al Baqarah, 2 ayat 105 yang artinya,
Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Allah pemilik karunia yang besar.
Orang yang senantiasa berbuat kebaikanlah yang dikehendaki Allah mendapat rahmat-Nya.

Namun jikalau doa-doa kita belumlah dikabulkan, bukanlah maknanya Allah tak sayang, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Tidaklah seorang mukmin menengadahkan wajahnya (memohon) kepada Allah suatu permohonan, melainkan akan dikabulkan-Nya permohonan itu, atau dicepatkan-Nya memberikannya, atau disimpan-Nya untuk lain waktu.” (HR. Imam Ahmad dan Al Hakim)

Ada yang lebih mengharukan saat kita mendengar sabda Rasul yang lainnya, mengapa doa kita belum juga dikabulkan-Nya.

“Sesungguhnya Allah itu hidup dan menawan. Malu jika hamba itu menengadahkan tangannya, lalu membiarkannya kosong tanpa meletakkan kebaikan dalam tangannya (mengabulkan doanya),” (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al Hakim).

Karena itu, yakinlah doa-doa kita akan dikabulkan, sabar dan terus berusaha, karena yang paling berhak memilihkan kehidupan terbaik kita adalaha Allah. Khusyukkan hati kita dalam berdoa kepada Allah, membersihkan tubuh dan menghadap ke kiblat.

Percaya dan tawakkal slalu pada-Nya.Hendaklah kita senantiasa sabar dan terus berusaha, karena yang paling berhak memilihkan kehidupan kita adalah Allah. Khusyukkan hati kita dalam berdoa kepada Allah, membersihkan tubuh, sehabis shalat dan menghadap ke kiblat. Percaya dan tawakkal slalu pada-Nya. []

Tags: hatiip renunganMusaRatna Dewi Idrus
Share2054SendShareTweetShareScan
Advertisements
ADVERTISEMENT
Previous Post

Ini Manfaat Shalat yang Telah Dibuktikan oleh Sains

Next Post

Warna Kehitaman di Dahi, Benarkah Bekas Sujud?

Eva F Hasan

Eva F Hasan

Terkait Posts

Tips agar Menantu Disayang Mertua, Ibu

Setelah Allah dan Rasul-Nya… Ibu

20 Juni 2025
Dosa Suami terhadap Istri, Kuisioner Test Kejujuran,, Utang

Hey, Kenapa Kamu Ga Mau Bayar Utang?

20 Juni 2025
Keutamaan Pembaca Quran, Orang yang Dirindukan Surga, Surat Al-BAqarah, Adab Membaca Al-Quran, Quran

Kenapa Kamu Teh Malas Baca Quran?

16 Juni 2025
tokoh

Jangan Terlalu Memuji Seorang Tokoh, Apalagi Sambil Menjatuhkan Tokoh yang Lainnya

14 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Syirik, Bahaya Vape untuk Kesehatan, Rokok, Kentut

Suami Suka Kentut Depan Istri, Istri Ga Suka, Bagaimana Hukumnya?

Oleh Saad Saefullah
24 Juni 2025
0

JISc

Banyak Diterima di UI, JISc Ungguli SMA Negeri Meski Terapkan 3 Kurikulum

Oleh Saad Saefullah
24 Juni 2025
0

fakta menarik tentang indonesia, fakta kopi indonesia, kopi

Inilah Negara yang Pertama Kali Temukan Kopi Sebelum Menyebar ke Seluruh Dunia

Oleh Yudi
24 Juni 2025
0

Waktu Shalat, Manfaat Shalawat bagi Hati,, Jumlah Rakaat Shalat Witir, Hukum Pura-pura Menangis dalam Shalat, Sholat, Keutamaan Shalat Qobliyah Shubuh, Cara Ruqyah Diri Sendiri, Shalat Dhuha, Hal yang Dilarang ketika Shalat, Shalat Witir, Pura-pura Menangis ketika Shalat, Shalat Dhuha

Apa Hukum Shalat tapi Tidak Paham Arti Bacaannya?

Oleh Haura Nurbani
24 Juni 2025
0

dajjal, pengikut dajjal

Mengenal Dajjal dari Perspektif Sains: dari Simbol hingga Fakta

Oleh Yudi
24 Juni 2025
0

Terpopuler

Jangan Dianggap Sepele, Ini 10 Dampak Perang Dunia Ketiga Jika Pecah

Oleh Yudi
23 Juni 2025
0
perang dunia, perang, kiamat

Seperti yang terjadi setelah Perang Dunia I dengan flu Spanyol, perang besar sering diikuti oleh pandemi mematikan.

Lihat LebihDetails

5 Negara Paling Aman, Jika Terjadi Perang Dunia, Ternyata Ada Indonesia!

Oleh Haura Nurbani
23 Juni 2025
0
Alasan kenapa Hidup di Indonesia Itu Enak Banget

Berikut ini lima  negara yang dianggap paling aman jika terjadi perang dunia — dan ya, Indonesia termasuk di dalamnya!

Lihat LebihDetails

11 Adab Jima yang Harus Diketahui Pasangan Suami Istri

Oleh Saad Saefullah
18 Juni 2023
0
Adab Jima

ISLAM telah mengajarkan kita segala sesuatu, bagaimana kita makan, memakai pakaian. Apakah disana ada sunah yang menjelaskan bagi orang Islam...

Lihat LebihDetails

8 Ciri Orang Suka Berbohong dari Fisiknya

Oleh Yudi
20 Juni 2025
0
berbohong

Orang yang berbohong sering butuh waktu lebih lama untuk merespons, karena mereka “menyusun” cerita.

Lihat LebihDetails

Apa Ciri-Ciri Ginjal yang “Kotor” atau Tidak Sehat?

Oleh Saad Saefullah
23 Juni 2025
0
Bahaya Jantung ketika Sudah Kotor Lebaran, Ginjal, ginjal

Dalam istilah medis, ini bisa merujuk pada gangguan fungsi ginjal atau penyakit ginjal kronis.

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.